RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Saham perusahaan kontraktor infrastruktur yang sudah listing di bursa saham, sepertinya akan sulit meningkat dan mendapatkan gain di 6 bulan ke depan. Soalnya menurut Direktur Eksekuti IDM, Fahmi Hafel menilai diakibatkan oleh Pemerintah akan melakukan pemotongan anggaran sektor infrastruktur cukup lumayan besar.
Fahmi menyampaikan terkait Penawaran Umum Perdana (IPO / Initial Public Offering) Saham PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) dilakukan oleh PT Bahana Sekuritas (DX), PT CLSA Sekuritas Indonesia (KZ) dan PT Indo Premier Sekuritas (PD) selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek.
Dimana TOPS Perusahaan yang merupakan Perusahaan Kontraktor yang baru akan melantai di bursa saham sepertinya akan kurang menarik investor membelinya.
“Apalagi TOPS banyak mengerjakan proyek bangunan dan gedung swasta,” jelasnya, seraya menjelaskan ibaratnya seperti apartemen ,hotel dll yang bergantung pada pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana Pemerintah.
Kemudian, kemuka Direktur. Eksekuti IDM mengemukakan, bahkan tidak itu saja TOPS juga beberapa kali dalam kerjakan proyek pembangunan sebuah proyek milik swasta, namun TOPS mengalami kesalahan fatal dari kontruksinya sampai ambruk bangunanya dan menyebabkan kematian dan luka berat para pekerja-nya.
“Seperti pembangunan apartemen Podomoro City Deli Medan di Jalan Putri Hijau Medan, dan pengembangnya PT Podomoro Land Tbk akan menekankan kontraktor meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja harus dilakukan PT Totalindo, tentu ini sebuah contoh yang bisa membuat PT Totalindo merugi,” tukas Fahmi.
Sementara itu, sambung Fahmi Havel menjelaskan prospektur rencana penggunaan dana yang diperoleh dari penawaran umum perdana saham ini, setelah dikurangi biaya-biaya terkait emisi saham akan digunakan seluruhnya yang pertama (1) ialah sekitar 35% atau sebesar Rp174.463.765.543 pembayaran sebagian utang berdasarkan fasilitas-fasilitas pinjaman/pembiayaan yang diperoleh dari
kreditur-kreditur Rp125.953.313.564 untuk membayar sebagian pinjaman.
Lalu kedua, Sekitar 60% untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perseroan guna mendukung operasi Perseroan yang terkait beban pokok penjualan, beban umum dan administrasi, serta bebas bunga pinjaman.
Dan terakhir ketiga (3.) Sisanya 5,00% untuk mendukung pengembangan bisnis Perseroan di bidang konstruksi melalui pembelian mesin, alat berat dan/atau peralatan konstruksi antara lain berupa aluma System, tower crane, passenger hoist, dan concrete pump.
“Penjualan saham TOPS lebih besar digunakan untuk membayar hutang pada kreditur. Ini artinya sangat sulit nantinya pemegang saham TOPS memperoleh keuntungan dari kenaikan nilai saham Perdana,” ungkapnya mencermati.
Ditambahkannya, akan bisa mendapatkan dividen nantinya. Maka itulah, menurut analisa Indonesia Development Monitoring (IDM) para investor di pasar saham harus lebih ‘hati hati’ dalam membeli saham perdana TOPS.
“Yang jumlah saham ditawarkan dalam IPO ini sebanyak 1.666.000.000 lembar saham baru dengan nilai nominal Rp100,- dan harga penawaran Rp310,- per saham,” pungkasnya.[Nicholas]
Comment