Oleh: Lilik Solekah, S.HI, Ibu Peduli Generasi
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Potret generasi remaja saat ini rapuh, labil, mudah frustasi, mudah depresi, mudah galau, hingga bergelar generasi menye-menye juga generasi stroberi. Keinginan tidak tercapai solusi bunuh diri menggorok leher sendiri dengan pisau/gantung diri.
Ditulis detiknews.com, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menyoroti fenomena tawuran pelajar yang belakangan marak terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Salah satunya tawuran yang menewaskan seorang pelajar di Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) pada momen peringatan Hari Guru.
Ini menunjukkan adanya krisis moral, krisis adab, bahkan krisis kepemimpinan di mana memimpin diri untuk mengekang nafsu pribadi saja tidak mampu apalagi untuk memimpin umat.
Selain itu fakta-fakta depresi dan memilih solusi pragmatis juga banyak dialami remaja. Pada 30 Oktober lalu pelajar kelas XII SMA kecamatan Ngoro Mojokerto meregang nyawa dengan gantung diri menggunakan tali tambang. Masih banyak lagi kondisi memprihatinkan dunia remaja kini.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa remaja-remaja itulah yang sepuluh tahun atau lima belas tahun mendatang akan menggantikan kedudukan dan mengurusi negara. Di tangan merekalah masa depan bangsa ini.
Hal yang menjadi pertanyaan mengapa kini kondisi remaja demikian suram? Ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan demikian yaitu:
1. Aqidah yang lemah.
Ketika keimanan seseorang lemah maka tidak akan ada akal digunakan untuk memimpin nafsunya. Tidak akan mampu berfikir konsekuensi jangka panjang. Ketika berbuat yang penting senang sekarang yang penting masalah selesai sekarang tidak memperdulikan halal maupun haram.
2. Keluarga yang abai.
Keluarga yang seharusnya menjadi benteng utama dan menanamkan aqidah bagi putra putrinya ternyata sibuk dalam urusan ekonomi. Merasa cukup anaknya sudah dididik di bangku sekolah saja. Padahal sudah lama pendidikan di negeri ini hanya mementingkan prestasi akademik yang berorientasi pada lapangan kerja bukan demi membentuk kepribadian Islam.
3. Masyarakat yang cuek.
Merasa bukan anaknya mereka mebiarkan seseorang berlaku nakal, membbiarkan tawuran, membiarkan mabuk, dan lambat laun anaknya terbawa arus.
Negara dengan sistem sekuler, yang memisahkan antara agama dengan kehidupan, tidak menganggap Islam sebagai solusi atas berbagai permasalahan, bahkan kini sinyal agama itu telah dijauhkan dari pendidikan nasional. Terbukti dengan adanya peta jalan pendidikan 2020-2035 digodok mendikbud yang akan menghilangkan frase Agama. Juga dari SKB 3 menteri tahun lalu yang mengatur tentang jilbab (sekolah dilarang mewajibkan Jilbab).
Selanjutnya ketika kita sudah mengetahui penyebabnya maka kita cari jalan keluar bagaimana membentuk sosok generasi pemimpin umat tersebut. Terutama sebagai ibu, yang merupakan pijakan pertama bagi putra putrinya.
Allah menitipkan anak dalam kondisi
putih bersih dan suci. Maka kelak Allah akan meminta pertanggung-jawaban kita. Seperti apa kondisi ketika kembali ke hadapan Allah.
Ada kewajiban bagi orang tua untuk menanamkan aqidah yang kokoh. Pemuda yang memiliki aqidah yang kokoh tidak akan ikut arus, tidak akan membebek. Dengan aqidah yang kokoh maka setiap ilmu yang dipelajari akan menjadikan mereka semakin beriman dan bertakwa juga ketika ada permasalahan maka dia mampu mengatasi dengan sandaran hukum Islam yaitu halal dan haram.
Selanjutnya orang tua memiliki kewajiban menanamkan kepribadian Islam yang kuat. Jadikan anak kita akhlaknya Alquran, sehingga mereka bagaikan Alquran yang berjalan. Kepribadian Islam yang kuat merupakan konsekuensi dari keimanan yang kokoh, bahwa dia harus memegang identitas muslim dalam seluruh aktivitas kehidupannya. Pola pikir dan pola sikapnya disandarkan pada Aqidah Islam.
Selain itu orang tua juga harus menanamkan kecerdasan spiritual kepada anak. Kecerdasan spiritual ini yang kelak akan memiliki kontribusi untuk umat yaitu kecerdasan yang beragam seperti ilmuwan ilmuwan muslim yang dikenang hingga sekarang seperti Ibnu Khaldun, pakar di bidang ilmu sosiologi, Al Khawarizmi pakar di bidang matematika, Al zahrawi pakar di bidang ilmu kedokteran mereka semuanya adalah ilmuwan-ilmuwan muslim yang memiliki kecerdasan luar biasa dan memiliki kontribusi untuk umat.
Kemudian dari sisi masyarakat. Untuk membentuk generasi pemimpin maka masyarakat juga harus peduli seperti halnya dalam Quran Surat Al Fussilat :33
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah. mengerjakan amal saleh dan berkata sesungguhnya aku termasuk kaum muslim.
Tugas dakwah itu adalah kewajiban bagi setiap muslim baligh, berakal, laki-laki ataupun perempuan sebagaimana tercantum alam Al Quran Surat Ali Imran :110 yang maksudnya “sebaik-baik umat adalah yang peduli terhadap sesamanya yang mau Amar ma’ruf nahi munkar “.
Tidak kalah penting adalah peran negara. Ada kewajiban negara untuk mencetak generasi pemimpin umat. Jika dalam negara sekuler saat ini pendidikan selalu diarahkan kepada kepentingan dagang dan politik dengan karakter sekuler, hedonis, materialis, individualis, pragmatis maka berbeda halnya dengan Islam yang bertanggung jawab dalam formalitas pendidikan Islam seperti kebijakan tentang tujuan pendidikan, strategi pendidikan, kurikulum pendidikan, metode pendidikan, standarisasi pendidikan, dan juga biaya pendidikan semua itu akan berbasis Islam.
Dengan Sinergi 3 komponen yaitu keluarga masyarakat dan negara In sya Allah generasi pemimpin umat akan menjadi kenyataan. Wallahualam bishowab.[]
Comment