RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Pada tanggal 24 Januari 2014, Heavenly Culture, World Peace, Restoration of Light (HWPL) menawarkan perwakilan-perwakilan lokal termasuk pemimpin-pemimpin politik dan agama untuk menandatangani sebuah perjanjian perdamaian atas 40-tahun konflik di Mindanao.
Saat ini, perjanjian perdamaian yang dipimpin kelompok masyarakat sedang dalam pelaksanaan dan telah berkontribusi demi menciptakan atmosfir perdamaian atas perjanjian perdamaian antara pemerintah Filipina dan orang-orang Moro.
HWPL telah mengadakan berbagai acara dan kegiatan di Filipina sejak Juni 2013, termasuk memberikan bantuan bagi daerah-daerah miskin, mengadakan serangkaian pembicaraan dengan beberapa pemimpin agama demi keharmonisan antar agama, dan menciptakan jaringan pemuda untuk perdamaian.
HWPL telah menyelenggarakan Peace Walk pertama pada tanggal 24 Januari 2014 di Mindanao, General Santos, Filipina. Lebih dari 1.000 orang, termasuk dari kedua agama, murid-murid dari Universitas Negeri Mindanao, dan para anggota International Peace Youth Group, berpartisipasi.
Pada hari yang sama, para perwakilan termasuk Esmael G. Mangudadatu, Gubernur dari Maguindanao dan Fernando Capalla, Uskup Agung Katolik, telah menandatangani perjanjian untuk penciptaan perdamaian dan pengakhiran perang.
Menurut HWPL, perjanjian perdamaian Mindanao mengajukan sebuah pendekatan berdasarkan “Pemusatan peningkatan kesadaran masyarakat dan tindakan” untuk perdamaian.
Bersama pendekatan ini, organisasi tersebut bekerjasama dengan kelompok-kelompok lokal untuk menjalankan prakarsa perdamaian yang berpusat kepada masyarakat sipil, termasuk pendidikan, agama, pemuda, dan wanita, untuk menghapus faktor-faktor yang menjadi sumber konflik dan memperkuat nilai-nilai inti dalam suatu perkembangan yang damai.
Pada usianya yang ke-84 tahun, ketika bergandengan tangan dengan pemimpin-pemimpin yang telah menandatangani perjanjian, Ketua HWPL Man Hee Lee mengingatkan, saat penandatanganan perjanjian perdamaian tersebut diperlihatkan kepada para undangan, Moderator menjelaskan tentang perjanjian perdamaian, kemudian difoto dan direkam. Saat itu, para penonton bersorak dan bertepuk tangan dengan meriah karena merasa bahagia dan senang.[]
Comment