RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Humanity United Project Indonesia menyelenggarakan sebuah seminar virtual membahas bagaimana sosial media dan seni mural menjadi sarana alternatif perjuangan pembebasan Palestina dan dunia Islam, webinar dilaksanakan pada Jum’at, (27/10/23).
Dalam pengantar diskusi Hotmartua Simanjuntak S.Hum selaku ketua umum humanity United Project Indonesia menyampaikan bahwa kecaman-kecaman terhadap tindakan Israel dari berbagai negara terus bergulir, disamping itu dukungan kepada Palestina juga mengalir semakin deras. Sementara itu kekuatan Israel ingin menutupi tindakan genosida terus dilancarkan dengan membuat propaganda khususnya melalui media.
“Berbagai negara telah hadir untuk mendukung Palestina, sehingga menjadi dorongan semangat untuk para pejuang Palestina, disisi lain Israel dan sekutunya tidak mau kalah dengan menciptakan propaganda-propaganda untuk memancarkan genosida”, terang Hotmar.
Dalam kesempatan itu Hotmar mengajak agar masyarakat cerdas memilah informasi dan memainkan senjatanya melalui media sosial untuk menyampaikan kebenaran.
Sementara pemateri pertama Iwan Kurniawan S.T turut memperkuat argumen sebelumnya bahwa masyarakat juga sangat mudah termakan hoax sehingga perlu banyak edukasi dan pengetahuan yang harus dibagikan khususnya peranan itu bisa dimainkan oleh pemuda. Menurut Iwan saat ini perang opini dan narasi menjadi hal yang sangat urgent untuk menentukan sikap dunia kedepannya.
M. Anshorullah, Presidium Lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG) yang juga hadir dalam seminar tersebut menyampaikan bahwa setelah 7 dekade lebih melakukan perampasan hak Palestina. Saat ini Israel sedang membangun citra bahwa eksistensi zionis Israel adalah sebuah realitas dunia yang harus diterima oleh semua pihak.
“Di 20 tahun ini secara masif mereka membangun preming dan Citra bahwa zionis Israel atau entitas yang mereka klaim sebagai negara Israel itu adalah sebuah realitas sejarah yang harus diterima oleh semua kalangan”, ujar M Anshorullah.
Hal itu menurutnya terbukti melalui upaya normalisasi hubungan dengan dunia Arab seperti Emirat Arab, Bahrain, Maroko dan Sudan. Sementara itu dalam Operasi Badai Al Aqsa mereka (Zionis Israel) mempereming bahwasanya perang ini adalah melawan Hamas, bertentangan dengan fakta bahwa seluruh faksi yang ada di Palestina terlibat dalam operasi Badai Al Aqsa tersebut, yang memberi arti bahwa ini adalah perang antara Zionis Israel dengan bangsa Palestina.
Lebih lanjut dia menambahkan bahwa Hamas menyerang lebih dahulu bukanlah suatu kebenaran, selama 75 tahun mereka dirampas haknya dan saat ini para pejuang sedang berusaha mengembalikan kedaulatan mereka.
Menurutnya hal ini sama seperti yang dialami Indonesia masa perjuangan kemerdekaan, banyak para gerilyawan melakukan perlawanan penghancuran pos-pos dengan alat seadanya, dan dibalas dengan penghancuran kampung-kampung dan pemerkosaan ditambah stigma sebagai ekstremis oleh penjajah.
“Nah sehingga jangan diputar balikan, para pejuang ini berusaha memuliakan dan melindungi”, harap Anshorullah.
Peran media sosial menurutnya sangat strategis dan isu ini adalah isu kemanusiaan, yang mana telah menarik berbagai kalangan dan influencer baik itu dari Amerika dan Inggris yang beragama non muslim berani berdiri tegas menentang kezaliman Zionis Israel. Sementara Zionis Israel sejak dulu melancarkan propagandanya melalui film-film.
Pemateri ke-4 yaitu Ahmad Arafat Amirullah mewakili ketua umum CoHesive (Organisasi Bidang pertahanan dan keamanan negara) memaparkan bahwa umat Islam harus membangun people power melalui kapitalisasi pengaruh media sosial yang akrab disebut sebagai Pop Culture.
Terkait Palestina Arafat mengatakan bahwasanya dahulu di peta jelas tercantum keutuhan Palestina dan lambat laun berubah akibat aneksasi dari Israel, yang mengakibatkan 12 juta masyarakat Palestina terusir.
“Ini menunjukkan betapa getolnya ekspansi dan aneksasi yang dilakukan oleh Israel”, ungkapnya.
Menurutnya hal ini bisa terjadi karena umat Islam sendiri tidak solid. Tapi perang melalui sosial ini memiliki dampak nyata bahwa tren dan volume terkait Palestina menunjukkan skala 6 sampai 7 kali lebih besar efeknya dari pemberitaan.
Masyarakat Indonesia harus tegas berdiri membela Palestina, menurut Arafat wali songo yaitu sunan Kudus ternyata merupakan Putra Palestina karena ayahnya adalah orang Palestina sehingga hal ini menjadi penambah suatu ikatan khusus antara bangsa Indonesia dengan Palestina.
“Where we stand, kita harus menunjukkan di mana posisi kita berada seperti yang disampaikan oleh Bung Hotmar, terkait bagaimana burung pipit berupaya memadamkan api yang bakar nabi Ibrahim”, tuturnya.
Diskusi berlangsung pada pukul 19.30 hingga larut malam. Sementara di seminar dalam perspektif seni moral kurang terbahas karena narasumber terkait berhalangan hadir.[]
Comment