Hilangnya Sense of Crisis Membuat Negeriku Berduka

Opini553 Views

 

 

Oleh : SW. Retnani S.Pd, Praktisi Pendidikan

_________

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Tong kosong nyaring bunyinya. Begitulah bunyi pepatah buat mereka yang hanya banyak bersuara tanpa aksi.  Janji manis kampanye dan jargon pencitraan sering menghiasi lisan para calon pemimpin. Bahkan mereka tidak segan mengaku sebagai pemimpin yang amanah, pembawa perubahan bangsa dan berjanji mewujudkan kesejahteraan rakyat serta anti korupsi dll.

Ternyata, janji yang diucapkan para pengambil kebijakan di negeri ini kian memudar serta nyaris menghilang hingga rakyat berduka dan hanya bisa meratapi nasib. Janji-janji kampanye menguap tak bisa dibuktikan. Berbagai alasan mereka ungkapkan, hingga rakyat kian terluka dan negeri zamrud khatulistiwa kian berduka.

Kala pandemi terus menghantui, para pengambil kebijakan kian menunjukan arogansi. Mereka tak mau dipusingkan dengan berbagai urusan rakyat negeri ini. Malah kian menampakkan kepongahan serta keserakahan diri.

Kondisi ini mencerminkan sikap para pemimpin yang konsumtif, hedonis dan tidak memperhatikan rakyat. Sistem kapitalis sekuler telah menggiring para pemimpin menjadi penguasa zalim, diktator dan serakah. Kebijakan yang diambil bukan demi kepentingan rakyat. Hukum yang diterapkan hanya mampu mngadili rakyat kecil. Para penguasa dan mereka yang bergelimang harta, seakan tak tersentuh oleh hukum. Dengan kata lain, hukum tumpul keatas tajam ke bawah.

Seharusnya seorang pemimpin mampu melayani seluruh kebutuhan rakyatnya bukan malah meminta fasilitas dan berbagai tunjangan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya :

“Seorang pemimpin adalah “pelayan” bagi masyarakat atau orang yang dipimpinnya”.

Pengadaan proyek apa pun yang memakan banyak anggaran ini sangat mencederai hati masyarakat yang sedang sekarang. Nampak sekali tidak memiliki sense of crisis di saat masyarakat mengalami kesulitan.

Dalam Islam penguasa dipegang ucapannya atau janjinya dan sangat berhati-hati sekali menggunakan uang milik umat karena sadar memiliki konsekuensi yang besar yaitu pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuannya dalam mensejahterakan umat yang mereka pimpin.

Sebagaimana sejarah telah menorehkan kejayaan Islam, kegemilangan dan kesejahteraan rakyatnya. Hingga daulah Islam menjadi mercusuar dunia selama 13 abad.

Dengan dicampakkannya sistem kapitalis-demokrasi serta menggantinya dengan penerapan Islam secara kaffah, negeri ini akan makmur dan sejahtera. Allah SWT akan menganugerahkan kepada kita para pemimpin yang amanah serta memahami tugas dan kewajibannya sebagai khadimul ummah (pelayan umat). Amin allahumma Amin.

Para penguasa akan senantiasa ingat bahwa setiap kepemimpinan adalah amanah dan setiap amanah pasti akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Sang Maha pencipta Allah Azza wa Jalla kelak di yaumul akhir. Wallahu a’lam bish showab.[]

Comment