Heatwave Tak Luput dari Ulah Manusia

Opini433 Views

 

 

 

Oleh: Afnida Selvia Gultom, S.Si, Pegiat Literasi

__________

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Gelombang panas nampaknya tidak boleh luput dari perhatian kita. Jika hal ini tidak ditangani dengan tepat, maka bukan hal yang mustahil keadaan ini akan terus berulang dan bahkan ke depan semakin parah.

Sebagaimana pernah terjadi sebelumnya, dikutip dari World Meteorological Organization (WMO), pada tahun 2015 Asia mengalami gelombang panas. Suhu terpanas hingga 54 derajat celsius. Bahkan ada ribuan orang meninggal dunia. Sedangkan untuk kesehatan kala itu mengalami kondisi yang memprihatinkan.

Beberapa negara seperti India dilanda gelombang panas yang hebat karena selama dua tahun berturut-turut (2014-2015) musim hujan tidak tentu. Selama 50 tahun terakhir gelombang panas semakin sering terjadi. Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim memperkirakan, intensitas gelombang panas diperkirakan akan meningkat. (Kompas.com 26 April 2023).

Mungkinkah kita menginginkan panas ekstrim menyerang dan memberikan dampak merata bagi seluruh manusia ? Tentunya tidak ada seorang pun mengingatkan hal tersebut. Maka dari itu sebagai manusia haruslah berpikir dengan serius untuk menemukan solusi atas persoalan global tersebut.

Walau Indonesia tidak menjadi bagian wilayah yang merasakan gelombang panas ekstrim secara langsung untuk saat ini, namun tetap saja merasakan efek dari bencana global ini. Baik dari sisi kesehatan, pertanian, petambak dan lainnya.

Banyak faktor yang melatarbelakangi gelombang panas yang tengah membakar beberapa bagian Asia Selatan pada April 2023 ini. Para ilmuwan mengungkapkan ini setidaknya 30 kali lebih mungkin disebabkan oleh perubahan iklim. Temuan ini diungkapkan oleh studi cepat dari para ilmuwan internasional yang tergabung dalam World Weather Attribution.

Di stasiun pemantauan yang ada di beberapa bagian India, Bangladesh, Thailand, dan Laos pada bulan lalu, tercatat suhunya mencapai 45 derajat celsius seperti ditulis Detik.com (18 Mei 2023).

Dengan demikian, fokus utama atas persoalan ini adalah gelombang panas ekstrim yang sedang menyerang Asia saat ini bukanlah sebatas gejala alam. Hal ini disebabkan adanya perubahan iklim dan pemicunya disebabkan oleh ulah manusia. Inilah yang harus dipecahkan persoalannya, apa sebenarnya yang telah dilakukan umat manusia, hingga akhirnya alam bergejolak dan memberikan dampak kerusakan di muka bumi ini.

Sebagaimana tema hari bumi tahun 2022 tentang ”perubahan iklim” yang diperingati pada 21 April, perubahan iklim merupakan isu penting yang harus disadari oleh masyarakat di seluruh dunia.

Penyebab utama perubahan iklim seperti ditulis kata data.co.id(22/4/2022) adalah aktivitas manusia. Aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil, meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca termasuk karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida semakin meningkat sejak sekitar dua ratus tahun yang lalu, menurut Australian Academy of Science.

Adalah fakta bila ternyata sistem kapitalis sekuler yang mendominasi dunia saat ini tidak mampu mengatasi persoalan manusia secara tuntas bahkan semakin memperburuk keadaan dengan sikap liberal (bebas) yang diterapkan dalam kehidupan.

Oleh karena itu, sistem apa yang dapat kita harapkan sebagai solusi untuk menyelesaikan persoalan ini selain sistem islam yang menerapkan aturan Allah?

Sangat kontras perbedaan penerapan sistem Islam dengan sistem kapitalis. Kapitalis berasaskan sekulerisme (Pemisahan agama dari kehidupan), yang telah menjadikan negri ini berhukum dengan aturan buatan manusia, sehingga aturan yang dilahirkan tidak sepenuhnya memberi kesejahteraan bagi seluruh umat manusia tetapi terbatas pada pihak dan golongan tertentu saja.

Dengan penerapan kapitalisme, para kapitalis telah berhasil masuk ke tengah masyarakat dengan modal yang mereka miliki untuk mengelola sumber daya alam secara besar-besaran tanpa pengaturan dan pengendalian yang ketat sehingga berdampak buruk bagi manusia dan alam semesta.

Sejatinya manusia berpotensi mengatasi perubahan iklim tersebut. Hanya saja, kapitalisme sekuler telah menggiring manusia berprinsip manfaat demi l menggapai kenikmatan duniawi belaka.

Sejumlah perusahaan yang diteliti oleh New Climate Institute menyumbang 5% dari emisi gas rumah kaca global. Menurut riset itu, meskipun memiliki jejak karbon yang besar, perusahaan tersebut berpotensi besar memimpin upaya mengatasi perubahan iklim.

“Upaya perusahaan mempercepat penuntasan target terkait iklim, ditambah perbedaan metode, menandakan bahwa akan lebih sulit bagi publik membedakan antara kepemimpinan iklim yang nyata dan yang tidak berdasar,” begitu kesimpulan riset itu.

Menurut riset itu, cara perusahaan berbicara tentang janji iklim mereka juga merupakan masalah besar.

“Terdapat kesenjangan besar antara yang dikatakan perusahaan dan kenyataan” kata Thomas Day.

Menurutnya, konsumen cenderung sulit menentukan kebenarannya. “Narasi utama yang terdengar ambisius dari pihak perusahaan terlalu sering tidak memiliki substansi yang nyata,” kata Day (bbc.com, 13 Febuari 2022).

Maka dari itu, tindakan manusia yang bebas seperti ini hendaknya dikendalikan dengan aturan-aturan yang bukan berasal dari manusia, melainkan dari Allah, Pencipta alam semesta.

Dengan menerapkan aturan Allah dalam kehidupan ini akan menghindarkan manusia dari hal-hal yang berdampak buruk karena Allah sebaik-baik pembuat hukum untuk makhlukNya.

Aturan Allah ini hanya akan diterapkan secara sempurna di dalam sistem Islam. Allah sebagai sang khalik memiliki aturan yang sempurna dari segala sisi, sehingga bencana Heatwave bisa diminimalisir dengan sangat baik.

Sistem Islam akan menerapkan aturan Allah dari segala sisi, termasuk dalam ranah kepemilikan, sehingga negara tidak akan membiarkan para kapitalis mendirikan perusahaan-perusahaan dan melakukan eksploitasi secara bebas.

Hal ini melanggar ketentuan Allah dan berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan dan turut serta dalam menyumbang pemanasan global. Rasulullah SAW bersabda: ”Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal yaitu air, padang gembalaan dan api (HR. Abu Dawud).

Hadits tersebut menyatakan bahwa kaum Muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu, maka haram hukumnya diswastanisasi. Islam juga memastikan tata kelola lahan agar mampu memberikan manfaat tanpa merusak alam.

Kebijakan ini akan terwujud hanya di dalam sistem Islam. Maka dari itu, marilah kita berbenah untuk kembali menerapkan sistem Islam dalam kehidupan, hingga nantinya Islam mampu menyelamatkan dunia.

Ambillah hikmah dari wahyu Allah dalam QS Al A’raf ayat 96, ”Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. Wallahu a’lam bishawab.[]

Comment