RADARINDONESIANEWS. COM, JAKARTA – Libur semester telah usai. Begitupun para santri diberbagai pondok sudah bersiap-siap kembali ke asramanya masing-masing.
Hmm, kepulangan ananda sangat kita rindukan, tentu melepas ananda untuk menuntut ilmu kembali juga serasa berat.
Walau kita sudah memiliki beberapa anak panah yang telah dilepaskan belajar nun jauh dari busurnya, tetap saja perasaan ini membuncah tatkala melepas kepergiannya satu persatu.
Jangan Melow bunda…
Hal ini akan sangat berpengaruh kuat terhadap perasaan ananda. Ya kita harus ikhlas melepaskannya, sesaat mengantarkan kembali untuk tholabul ilmi kepada para guru yang mumpuni.
Ya, tatkala ananda meninggalkan jejak kakinya dari rumah, keluar untuk tholabul ilmi, disitulah lembaran awal bahwa kita selamanya akan kehilangan diri mereka secara fisik dan bersiap frekuensi bertemu serta berkomunikasi akan sangat terbatas. Namun hati dan doa ini begitu dekat & lekat untuknya dan perpisahan ini hanyalah sesaat bunda, ya sesaat saja, tetap kita harus kuat dan sabar.
“Barangsiapa bersabar dengan kesusahan yang sebentar saja maka ia akan menikmati kesenangan yang panjang” (Thariq bin Ziyad)
Jika kita berhitung secara matematis, dalam sebulan kita hanya berkomunikasi 4 x 15 menit (1 jam/bulan). Jika 1 tahun berarti orangtua hanya berkomunikasi kepada anandanya hanya 12 jam (itupun jika rutin berkomunikasi).
Begitupun frekuensi bertemu juga sangat terbatas, jika 1 bulan jadwal penjengukan sekali, berarti dalam 1 tahun hanya 12 kali bertemu (inipun jika rutin dijenguk sekali dalam setiap bulannya).
Sangat terbatas, ya sangat terbatas.
Namun demi masa depan mereka, biarlah sesaat kita menelan pil pahit, biarlah sesaat kita menahan rindu, sampaikan rindu kita dengan kekuatan doa, agar tidak menjadi penyesalan dikemudian hari.
Jangan Melow bunda..
Waktu akan cepat berlalu, anak-anakmu akan kembali menjadi qurrota’ayyun yang dapat menyejukkan hati dan pandangan, yang tidak hanya dapat membahagiakan dengan kesenangan materi belaka, tetapi juga kesholihan jiwa dan doa tulus tiada dinding menembus langit untuk kita.
Merekapun faham bagaimana caranya berbuat ma’ruf kepada kedua orangtuanya (Birulwalidain) sebagaimana ilmu agama yang mereka dapatkan. Owh sungguh indah.
Ya, mereka hanyalah amanah Allah yang harus kita jaga, membekali dan memilihkan sekolah terbaik bagi mereka. Sejatinya sekolah terbaik tak hanya sekedar mendapatkan segudang maklumat, tapi menanamkan nafsiyah islami yang kuat bagi diri ananda.
Ingatkah kita, tatkala pertama kali menguatkan hati ini tuk mengantarkannya berproses tholabul ilmi dengan nasihat Imam Syafi’i?
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup baru terasa setelah lelah berjuang,
Aku melihat air menjadi keruh karena diam tertahan,
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang,
Singa, jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa,
Anak panah, jika tak tinggalkan busur tak akan kena sasaran,
Biji emas bagaikan tanah sebelum digali dari tambang,
Kayu gaharu tak ubahnya kayu biasa jika di dalam hutan.”
Karenanya
Jangan Melow Bunda..
Biarlah calon ahli ilmu tidak tinggal diam. Ia tempuh perjalanan jauh dari rumahnya untuk menuntut ilmu. Ia akan dapatkan ilmu yang membuatnya mulia dan tinggi derajatnya disisi Rabb-Nya, pun dengan kesholihannya ia akan menyelamatkan diri kita dari jilatan api neraka.
Semoga para bunda tetap tegar, walau air mata tak sadar menetes jua. Ya kita harus kuat dan ikhlas, hari ini dan esok akan melepas ananda kembali ke asrama. Selalu iringi doa penuh keselamatan perjalanannya dalam berproses menuntut ilmu, agar kelak ananda mudah menggapai asa & cita-cita menuai kebahagiaan hakiki.[]
Comment