RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Anak laki-laki itu kini mulai memasuki usia baligh , level berfikir tak sepolos fase tamyis. Kejadian inipun yang membuat sang ibu banyak mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga terhadap perubahan berfikir dan sikapnya, ia tumbuh menjadi anak yang peka dan dewasa.
Yups, kebiasaan sang anak jika diberi uang saku sekolah, gemar sekali ditabungnya. Hemm, tapi ternyata ia juga gemar menawar barang dagangan orang.
Sore hari yang sedikit terik, ia melihat bapak tua menarik gerobak yang berisi beberapa krey rotan.Tetiba sang anak menghentikan tukang krey tersebut dan menanyakan dagangannya “Berapa harga krey ini pak ?” tanyanya singkat.
” Krey ini harganya 75.000 dek” jawab tukang krey agak merasa heran ada anak baru gede tanya-tanya harga krey.
“Owh 75.000, tapi saya hanya punya uang 50.000 pak, apakah ada krey yang seharga segitu?” Tanya sang anak kepada tukang krey sambil mengeluarkan uang di saku celananya.
Nggak ada dek, tapi nggak apa-apa kalau adek hanya punya uang 50.000 bapak kasih, karena sudah seharian krey rotan ini belum satupun yang laku, jelas bapak tukang krey sambil menyeka keringat dengan handuk kecilnya.
Mendengar dagangan bapak belum laku, dirinya semakin iba, ya Allah kasihan sekali bapak tua ini belum satupun dagangannya yang laku.
Tanpa berfikir panjang akhirnya
Sang anak menyerahkan uang 50.000 kepada tukang krey dan langsung bergegas jalan.
Tukang krey berteriak -teriak “Dek, ini kreynya koq gak dibawa”
Sang anakpun membalas teriak “nggak apa-apa pak, saya susah bawanya, itu uangnya buat bapak saja”.
Yups, anak laki-laki itu menghilang dari pandangan si tukang krey.
Itulah kisah yang dialami seseorang anak laki-laki, yang kemudian diceritakan kepada ibunya. lagi-lagi sang ibu hanya bisa tersenyum mendengar kisah unik anak laki-lakinya tersebut.
Dan sang anak berujar: “Ibu, bukankah ketika kita melihat orang kesusahan kita harus membantunya Bu, bayangkan bu, tukang krey yang sudah tua tersebut sudah seharian barang dagangannya belum juga laku, aku sangat kasihan, aku membayangkan jika seandainya aku jadi bapak itu, pasti lelah dan sedih. Uang yang aku berikan kepada bapak itu pasti lebih dibutuhkan dibandingkan kebutuhan aku sebagai anak-anak.
Maafkan aku ya Bu, aku suka menabung tapi aku juga suka menawar barang dagangan orang lain.” ujar sang anak laki-laki kepada ibunya
Masya Allah, sang ibu turut bersyukur, jiwa pemurahnya semakin menghiasi pribadinya. Dulu ia belajar banyak hal dari kami orangtuanya, dan kini kami banyak belajar dari pribadinya.
Itulah anak-anak, disadari atau tidak, ternyata mereka adalah guru bagi kita orang dewasa. Hati tulus dan kepolosan tingkahnya banyak mengandung keistimewaan bagi kita orangtua.
Anak diciptakan Allah bagaikan kertas putih nan suci namun orangtuanyalah yang harus menghiasi lembaran putih nan bersih itu dengan hal-hal penuh kebaikan. Kelak kebaikan dan akhlaknya yang bagus akan menjadi sosok pribadi yang menyejukkan hati.
Dalam Islam pribadi mulia dikenal sebagai shakshiyyah Islamiyyah yaitu pribadi yang terbentuk dari pola pikir dan pola sikap seseorang sesuai dengan syariat islam.
Kerennya Islam mengajarkan sopan santun tidak hanya berdasarkan kebiasaan wilayah setempat tetapi mengajarkan adab yang akan mendatangkan pahala, inilah yang sering kita kenal dengan Akhlaqul Karimah.
Adapun tuntunan berbuat baiknya seorang muslim (ihsanul amal) memiliki ketentuan sebagai berikut yaitu :
1. Diniatkan karena Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju (yaitu dunia dan wanita)
2. Berdasarkan ilmu yang disyariatkan Islam.
Allah berfirman :
‘Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya“.” (QS. Al Kahfi: 110)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh”, maksudnya sesuai dengan syariat Allah dan petunjuk Rosulullah.
“Janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Tugas kita orangtua senantiasa menanamkan maklumat yang benar sesuai dengan syariat islam agar terpancar pribadi sholih dan gemar melakukan ihsanul amal diamanapun anak-anak berada. Wallahu’alam bishowab.[]
Comment