Penulis: Ismah Zaahidah | Pegiat Literasi Tangerang
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Dilansir laman cnnindonesia. com Indonesia, Nikuba yang diklaim sebagai alat pengubah air menjadi bahan bakar kembali viral setelah mendapat atensi dari mancanegara. Nikuba hasil tangan dingin pria asal Cirebon, Jawa Barat, bernama Aryanto Misel. (09/07/2023).
Untuk diketahui, Nikuba merupakan nama yang merupakan akronim dari ‘Niku Banyu’ atau ‘Ini Air’. Nama ini kemudian digunakan pada sebuah alat inovasi baru yang diklaim mampu mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan tersebut.
Nikuba banyak terpasang pada motor Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kodam III/Slw dengan tujuan memperoleh data-data untuk penyempurnaan terhadap inovasi tersebut. Temuan ini sebelumnya sempat viral pada Mei 2022.
Ramai kasus penemuan Nikuba, mengingatkan berbagai penemuan anak bangsa yang tidak berkembang atau tidak difasilitasi negara dalam riset lanjutan atau pengembangannya. SDM yang berkualitas tidak mendapat perhatian negara decara optimal.
Masih banyak lagi penemuan-penemuan besar karya anak bangsa hang kurang mendapat apresiasi oleh negara ini tetapi dipakai oleh negara lain, seperti penemuan sinyal 4G yang ditemukan oleh Prof. Dr. Khoirul Anwar dari kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang tidak lain adalah orang indonesia.
Bahkan temuannya ini telah mendapatkan penghargaan Best Paper untuk kategori Saintis pada Institute of Electrical and Electronic Engineer Technology Conference pada bulan Mei 2010 di Taiwan. Hasil temuannya tersebut telah dipatenkan dan digunakan di beberapa perusahaan elektronik besar di Jepang dan China.
Di sisi lain, penemuan atau inovasi sering berbenturan dengan kepentingan para pengusaha. Namun Negara sementara ini justru banyak berpihak pada pengusaha-pengusaha asing sehingga masyarakat indonesia saat ini hanya menjadi masyarakat konsumen terbesar.
Sungguh sangat disayangkan, masih banyak lagi karya-karya anak bangsa yang kurang mendapat apresiasi dan tidak mendapat ruang untuk melakukan penelitian lebih dalam dan dipatenkan untuk negara ini. Artinya apresiasi negara terhadap karya anak bangsa masih sangat dan sangat kurang.
Lalu bagaimana Islam memandang persoalan ini?
Islam sangat menghargai ilmu. Ilmu yang berdasarkan pada Al quran dan hadits melalui proses bayani atau ijtihadi, ilmu yang bersumber dari alam jagat melalui riset ijbari yakni eksperimen dan dan penalaran logis, ilmu yamg bersumber dari fenomena sosial yang dicapai melalui riset burhani yakni observas, wawancara dan angket.
Dalam pandangan Islam semua ilmu ini hakikat-nya milik Allah SWT, karena wahyu, alam jagat raya, fenomena sosial, akal dan intuisi yang menjadi sumber ilmu tersebut adalah merupakan anugerah Allah SWT yang diberikan kepada manusia untuk dipelajari, dikaji, digali hikmahnya dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia.
Perhatian besar Islam terhadap para ilmuwan dapat dilihat dalam sejarah peradaban Islam pada abad ke 7 sampai ke abad 13 masehi. Di zaman ini, ummat Islam bukan saja telah melahirkan berbagai pakar dalam ilmu agama (Tafsir, Hadis, Fikih, Kalam, Tasawuf, dan Sejarah Islam), melainkan juga ilmu umum (matematika, kimia, fisika, dengan terapannya seperti kedokteran, farmasi, astronomi dan lainnya) juga telah melahirkan tradisi ilmiah yang tinggi, seperti menulis, membaca, menulis buku, rihlah ilmiah, membangun perpustakaan, pusat penelitian, lembaga pendidikan dan lain sebagainya.
Kemajuan ummat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan bukan saja telah memindahkan pusat peradaban dunia dari Yunani, Mesopotamia, Arkadia, China dan India ke Timur Tengah, seperti Makkah, Madinah, Bashrah, Kuffah, Damaskus, Badhdad dan Mesir, melainkan juga telah mendahului kemajuan yang dicapai dunia Barat dan Eropa saat ini, bahwa Barat dan Eropa itu berhutang budi pada Islam.
Selanjutnya, perhatian besar Islam terhadap ilmu pengetahuam terlihat pula ketika Islam menetapkan agar segala apa yang dikerjakan berbasis riset – didasarkan pada ilmu pengetahuan yang bersumber dari Allah SWT.
Dengan kata lain Islam selain menolak mitos, khurafat, bid’ah, dan takhayul juga tidak bersifat positivisme, antropocentred, dan rasionalisme semata-mata, dan juga taklid buta. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT.
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. al-Isra’, 17:36).
Islam melalui ajaran dasarnya al-Qur’an telah memberikan bahan-bahan untuk dijadikan sumber ontologi pengembangan ilmu, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah yang menghasilkan ilmu agama (Tafsir, Hadis, Fikih, Kalam, dan sebagainya), alam jagat raya yang menghasilkan ilmu-ilmu alam (biologi, fisika, kimia dan sebagainya), fenomena sosial yang menghasilkan ilmu-ilmu sosial (sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi dan sebagainya).
Islam memiliki pandangan integralistik antara berbagai macam ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pandangan tauhid yaitu sebuah pandangan, bahwa wahyu, alam jagat raya, fenomena sosial, akal dan hati nurani adalah sebagai ayat-ayat Allah yang antara satu dan lainnya saling berhubungan.
Dengan demikian Islam tidak mengenal pemisahan antara berbagai ilmu pengetahuan. Seorang ilmuwan seperti Ibn Sina misalnya, selain menguasai ilmu agama, juga menguasai ilmu alam.
Islam menetapkan bahwa negara membutuhkan inovasi dalam upayanya menjadi negara adidaya dan terdepan. Islam juga sangat menghargai ilmuwan dan mednorong pengembangan teknologi.[]
Comment