Hari Kemenangan, Saatnya Berislam Kaffah Agar Hidup Berkah

Opini424 Views

 

 

Penulis : Irma Ismail | Muslimah Peduli Generasi dan Penuliis Balikpapan

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Hampir sepekan berada di bulan Syawal, tidak terasa sebulan penuh berpuasa di bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Bulan yang sangat istmewa, begitu banyak hadist-hadist yang menggambarkan bagaimana istimewanya bulan Ramadhan, semua bernilai ibadah. Pahala dilipat gandakan hingga dosa-dosa di ampuni.

Rasulullah SAW bersabda: Artinya: “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadist lain, Rasulullah bersabda:

…..وللصائم فرحتان يفرحهما: إذا أفطر فرح بفطره، وإذا لقي ربه فرح بصومه

Artinya : ….bahwa bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, jika dia berbuka maka dia bergembira dengan berbukanya itu. Kalau dia bertemu dengan Rabbnya maka dia bergembira dengan puasanya itu.

Ini adalah ungkapan kegembiraan yang sangat luar biasa, kegembiraan saat berbuka yang sama dengan kegembiraan melihat Allah Swt. Tidakkah setiap muslim pasti menginginkan bertemu dengan Allah Swt ?

Tentunya ini bukanlah puasa sekedar menahan lapar dan haus saja, tetapi puasa untuk menahan apa saja yang Allah perintahkan di dalam bulan Ramadhan ini. Karena dalam bulan ini, hal-hal yang halal saja bisa menjadi haram ketika dilakukan di siang hari pada bulan Ramadhan. Menahan dari yang haram sudah jelas tetapi menahan dari hal yang halal pastinya membutuhkan iman yang kuat.

Kalau bukan karena keimanan dan keyakinan akan janji Allah, seorang muslim akan berat melakukan hal ini. Maka penggemblengan selama sebulan penuh sudah pasti mempunyai tujuan yang satu yaitu menjadikan muslim yang bertaqwa. Menyandarkan segala aktifitas kehidupan hanya bersandar pada Allah swt saja. Sebagaimana dalam firman Allah, Surah Al-Baqarah ayat 183:

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Maka jelas bahwa, implementasi tujuan berpuasa adalah menjadi orang yang bertaqwa, menyandarkan hidupnya pada aturan Allah. Tidak ada langkah lain selain langkah yang Allah ridhoi.

Akan tetapi faktanya sekarang ini, banyak yang mampu menahan dari hal yang halal tetapi tidak dalam perkara yang haram. Tidak sedikit ditemui puasa pun sebatas menahan lapar dan haus saja tetapi tidak mampu menahan dengan perkara yang haram.

Sebagai contoh, betapa banyak yang melaksanakan ibadah puasa, tidak makan dan minum di siang hari tetapi kehidupannya penuh dengan ribawi, masih saja bermuamalah dengan hal yang Allah haramkan, pergaulan sosial pun tidak terjaga, masih saja terbuka auratnya, khalwat atau berduaan dengan bukan mahrom juga berikhtilat, bercampur baur untuk perkara yang tidak jelas dan masih banyak lagi padahal sedang menahan lapar dan haus alias berpuasa.

Puncaknya adalah kita masih hidup dalam aturan yang bukan dari Islam. Masih sebagian saja aturan Islam yang diterapkan. Aturan Islam seperti makanan prasmanan yang diambil ketika sesuai dengan hati dan kepentingan dan tidak akan diambil bahkan akan berusaha untuk dihapus ketika tidak sesuai dengan hati dan kepentingan. Hal yang tidak boleh terjadi, mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS An-Nisa ayat 150-151:

“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan Rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain),” serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir). Merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.”

Ini adalah hal yang terjadi karena kita hidup dalam system sekulerisme yang membatasi peran agama dalam kehidupan. Agama hanya dipakai dalam ibadah ritual saja tetapi tidak dalam kehidupan keseharian. Meniadakan peran Allah dalam setiap aktivitas . Ibadah pun sebatas seremonial saja tanpa ruh. Inilah yang terjadi pada kaum muslim, termasuk dalam merayakan Idul Fitri.

Hingga saat Idul Fitri pun tak lebih dari moment jalan-jalan atau makan-makan. Seharusnya kegembiraan Idul Fitri saat Syawal tetap sesuai dengan syariat. Saat Idul Fitri, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bergembira menyambutnya. Hanya saja kegembiraan ini harus sesuai dengan tuntunan syariat dan akan sempurna jika Islam diterapkan secara kaffah karena akan menghadirkan keberkahan.

Hanya saja kegembiraan ini tidak bisa dirasakan sepenuhnya karena syariat Islam belum diterapkan secara kaffah, padahal penerapan syariat Islam kaffah ini akan menghadirkan keberkahan . Karena apa yang datang dari Allah pasti membawa keberkahan. Sebaliknya, tanpa menerapkan hal-hal yang diperintahkan Allah pasti akan menimbulkan musibah dan kerusakan. Maka menjadikan system sekulerisme sebagai dasar dalam kehidupan bernegara tentunya adalah hal yang keliru.

Ini adalah hal yang harusnya dirasakan oleh kaum muslim saat ini – sebuah kondisi yang masih jauh dari menerapkan ajaran Islam secara kaffah. Sebagian kaum muslim yang sudah menyadari akan hal ini hendaknya mengajak saudaranya yang lain agar juga ikut berupaya menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh. Hal ini karena setiap muslim adalah bersaudara sebagaimana terdapat dalam Surah A;-Hujurat ayat ke 10:

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara”.

Jika memang merasa bahwa sesama muslim adalah satu bagian, maka pastinya tak akan rela atau mendiamkan saja ketika saudara yang lain dalam kesalahan atau melanggar apa yang Allah sudah tetapkan.

Semangat berislam tidak dicukupkan pada kebahagiaan diri sendiri tetapi juga kebahagiaan bersama. Moment Ramadhan harusnya mampu mewujudkan hal ini. Bahagia beribadah secara total kepada Allah. Bahagia manakala saudara muslimnya juga sama menerapkan Islam secara menyeluruh.

Mengimplementasikan aturan Islam secara menyeluruh akan memberikan kebaikan dan keberkahan, bukan hanya bagi negeri ini tetapi juga di seluruh dunia. Bukan hanya bagi kaum muslim tetapi juga bagi non muslim dan seluruh makhluk hidup lainnya. Kebaikan dan keberkahan yang hanya akan diperoleh ketika manusia bertaqwa kepada Allah Swt dengan menjalankan apa yang diperintahkan secara menyeluruh dan sempurna. Menjadikan Islam sebagai dasar dalam kehidupan di muka bumi ini.[]

Comment