Hari Anak Nasional,  Potret Buram Generasi Muda

Opini661 Views

 

 

Oleh : Didi Diah, S. Kom, Praktisi Pendidikan

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli. Tema yang diusung Hari Anak Nasional tahun 2022 ini adalah “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”.

Dikutip dari laman kemenpppa.go.id, tema tersebut dipilih untuk memotivasi bangsa Indonesia memberi kepedulian dan pemenuhan hak anak agar tetap tangguh pasca pandemi.

Namun, masih banyak pekerjaan rumah bagi negara memfasilitasi ketangguhan dan pemenuhan hak anak tersebut, karena pada faktanya masih banyak anak-anak Indonesia yang belum keluar dari masalah stunting atau gizi buruk, pendidikan yang tidak merata baik fasilitas maupun penyediaan ruang belajar anak terutama di daerah pelosok tanah air.

Kasus bunuh diri anak juga masih terjadi karena stress dan depresi, kemiskinan yang menghimpit berakibat labilnya kondisi anak.

Di ruang publik, masalah bullying kerap muncul di permukaan dan selesai hanya pada taraf kekeluargaan. Kasus anak jalanan yang tak terhitung jumlahnya, menyebabkan mereka mengais barang rongsok serta mencari makan sendiri hingga mereka tidur di jalanan. Dalam kondisi ini sudah pasti keselamatan mereka akan terusik oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Hidup mereka tak lagi punya masa depan dan harapan, sungguh memilukan. Sekali lagi, negara kurang maksimal terhadap perlindungan anak.

Tidak itu saja, minimnya edukasi menyebabkan anak-anak kita hilang kreatifitas dan kemandirian. Lihatlah dalam beberapa dekade tahun ini, tidak lagi terdengar pula kreatifitas anak negeri yang mampu melejitkan potensi mereka. Mereka lebih senang menjadi remaja pembebek dunia Barat, fashion, food dan life style mereka seakan tak punya jati diri.

Belum lama ini bukti mundurnya kehebatan generasi muda adalah hilangnya daya cipta mereka. Mereka hanya sibuk di dunia maya. Efek pandemi yang cukup lama begitu menampar dan membalikkan kehidupan kita, hingga anak-anak nyaman berlama-lama dengan gawai dan laptop mereka, dan berimbas kepada keberlangsungan eksistensi diri mereka agar tak punah lewat media sosial, dengan cukup hanya menjadi konten creator, vlogger dan semacamnya. Lebih miris lagi, hadirnya Citayam Fashion Week beberapa waktu lalu hingga viral di SCBD Sudirman Jakarta menjadi bukti bahwa kehidupan hedonis dalam bingkai kapitalistik sungguh melekat dalam diri mereka.

Sungguh menyedihkan melhat potret generasi muda kita saat ini. Lemahnya pengawasan orang tua, lingkungan juga negara menjadi sebab mereka menjadi generasi rapuh yang tidak mampu menyelesaikan masalah di sekitar mereka.

Itu semua terjadi karena jauhnya mereka dari Allah Swt untuk belajar agama. Mereka tak acuh terhadap syariatNya, hingga tak lagi tampak penerapan syariat dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Kalau saja kita mau membaca sejarah, bagaimana ketangguhan Muhammad Al Fatih yang dalam usianya baru 21 tahun mampu menaklukkan benteng Konstantinopel. Usamah Bin Zaid, usia 18 tahun diangkat menjadi panglima perang.

Masih banyak lagi nama-nama sahabat hebat nan luar biasa yang sejak kecil sudah disiapkan dengan pendidikan agama yang luar biasa agar menjadi pemuda tangguh dan kuat di masanya.

Keterikatan orang tua mereka kepada Allah tercermin dari didikan yang diberikan kepada generasi terdahulu, ilmu agama yang disiapkan dari para ulama hebat guna bekal mereka menjadi pemimpin, sehingga tampaklah kecemerlangan mereka, baik ilmu agama maupun ilmu yang lainnya.

Negara Jangan Abai

Lantas, apakah kita akan terus membiarkan generasi muda bangsa ini terseret arus Barat yang menghilangkan jati diri anak negeri dan hilangnya kesempatan menjadi pemuda hebat untuk membangun negeri, menjadi tangguh dan kuat dari derasnya jajahan dunia kapitalis yang hanya menuntun ke jurang kemaksiatan?

Kita harus menyelamatkan anak-anak kita dari buramnya masa depan mereka, agar mampu bangkit dan kembali taat kepada Allah Swt untuk memimpin negeri ini menjadi negeri yang besar, dan mampu menggiring negeri ini berdiri sendiri tanpa ikut campur barat, melepaskan ketergantungan kepada asing, agar mampu membebaskan dari segala rumitnya permasalahan bangsa.

Negara harus hadir memenuhi hak-hak anak, seluruhnya secara sistemik, juga melindungi jiwa serta kehormatan diri generasi muda. Kepada merekalah tongkat estafet pembangunan negeri ini akan kita serahkan karena merekalah yang akan menjadi cikal bakal generasi tangguh dan penuh harapan untuk menjaga Ibu pertiwi.Wallahua’lam.[]

Comment