Harga Pangan Naik Jelang Ramadhan, Sudah Tradisi?

Opini440 Views

 

 

Penulis: Farizah Atiqah, S.Pd | Guru dan Aktivis Muslimah Makassar

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Masyarakat dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan di tahun 2024 M / 1445 H. Sudah semestinya mereka menyambut dengan meriah bulan yang penuh berkah ini, misal dengan pulang ke kampung halaman, berkumpul dengan keluarga, menyiapkan bahan masakan untuk sahur dan berbuka, dan masih banyak lagi.

Tetapi menjelang bulan Ramadhan ini masyarakat kembali mengernyitkan kening karena harga pangan semakin naik. Dilansir dari jawapos.com pada Minggu (3/3/2024) mengatakan bahwa kenaikan harga sejumlah bahan pokok, seperti cabai, minyak goreng, beras, gula pasir, dan telur ayam ras, menjelang Ramadhan menambah beban masyarakat.

Biasanya mengacu pada data historis pada momen Ramadan harga beberapa komoditas diperkirakan meningkat,” kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah dalam konferensi pers Indeks Harga Konsumen di kantornya, Jakarta, Jumat (1/3/2024).

Habibullah mengatakan kenaikan harga itu disebabkan permintaan yang meningkat pada bulan Ramadan. Adapun, beberapa komoditas yang berpotensi naik di antaranya, daging ayam, minyak goreng, dan gula pasir. Dia bilang kenaikan harga-harga komoditas tersebut akan mendorong tingkat inflasi secara umum. (dilansir dari cnbcindonesia.com pada 1 Maret 2024).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi bulan Februari 2024 sebesar 0,37 persen secara bulanan. Sementara secara tahunan, inflasi Februari 2024 ini sebesar 2,75 persen dibanding Februari 2023. Dan secara year to date, inflasi pada Februari 2024 mencapai 0,41 persen.

Adapun komoditas yang paling besar menyumbang inflasi bulan Februari ini adalah beras. Harga beras dan gabah, tercatat terus melesat sejak Januari 2022, dan kini menyentuh harga tertinggi sepanjang sejarah. (kumparan.com pada 1 Maret 2024).

Seolah tradisi, harga pangan naik setiap menjelang Ramadhan dari tahun-tahun sebelumnya dan berlanjut hingga sekarang. Kondisi ini tentu memberatkan rakyat, dan mengganggu kekhusyukan ibadah dalam bulan mulia ini.

Masyarakat akan disibukkan mencari uang agar bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Akibatnya amalan-amalan lain yang bisa dimaksimalkan saat Ramadhan akhirnya terlalaikan. Sedangkan bagi yang memiliki uang akan sibuk dengan sikap konsumtifnya.

Tentunya ada banyak penyebab, termasuk di antaranya memanfaatkan semangat bersedekah dan berbagi pada bulan suci.

Sebagian pihak memanfaatkan untuk meraup keuntungan yang banyak salah satunya dengan menaikkan harga pangan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat saat ini.

Masyarakat akan merasa ini adalah bentuk dari ibadah dan amal salih yang bisa mereka lakukan. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa mereka juga akan terbebani dengan harga pangan yang melunjak tersebut.

Di sinilah terdapat kesalahpahaman bagaimana seharusnya beribadah dan beramal shalih selama bulan Ramadhan sehingga berimbas pada naiknya permintaan.

Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan – di dalamnya ada suatu malam yang lebih besar dari seribu bulan. Amal ibadah yang kita lakukan akan bernilai pahala yang berlipat ganda dibanding bulan-bulan yang lain. Karena itu kita tidak mau menyia-nyiakan bulan yang istimewa ini karena fokus dengan sikap konsumtif kita saja.

Beginilah jika kita hidup di bawah sistem kapitalis-sekuler yang memisahkan Islam dari kehidupan. Lalu bagaimanakah Islam mempersiapkan setiap muslim menyambut Ramadhan?

Islam mendorong setiap muslim bersiap memasuki Ramadhan dengan memperbaiki amal dan banyak ibadah. Namun syarat ini tentu akan berat jika yang menaati hanya di level individu. Untuk itu Islam memerintahkan negara hadir sebagai pelayan (raa’in) agar rakyatnya bisa fokus melakukan amal salih dan beribadah di bulan Ramadhan.

Pelayanan itu diwujudkan melalui kebijakan negara yang memudahkan rakyat dalam menjalani ibadah Ramadhan dan mempersiapkan segala sesuatunya demi meraih ridha Allah dan nyaman menjalankan ibadah puasa.
Misalnya negara akan mengawasi harga-harga pangan selama bulan Ramadhan tetap terjangkau oleh rakyat.

Memang tidak bisa dipungkiri jumlah permintaan bahan pangan sangat dimungkinkan naik di bulan Ramadhan. Peran negara di sini adalah mengikuti mekanisme pasar dan menghilangkan distorsi pasar seperti penimbunan, kartel, mafia dan sebagainya. Dengan begitu rakyat bisa menjangkau harga pangan.

Jika bahan pangan terjangkau, rakyat tentu akan merasa tenang karena kebutuhan pangan mereka tercukupi sehingga mereka fokus beribadah dan beramal salih selama Ramadhan.

Negara juga memberikan pendidikan terbaik melalui sistem pendidikan Islam yang akan membentuk kepribadian baik dari segi aqliyah maupun nafsiyah.

Kepribadian Islam ini akan mengantarkan umat memiliki pemahaman yang benar atas ibadah Ramadhan, termasuk pola konsumsinya yaitu tidak berperilaku konsumtif dengan berlebihan.

Dengan demikian peran negara ini akan mendorong umatnya bersegera dalam kebaikan sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya serta memanfaatkan bulan Ramadhan sebaik mungkin dengan amalan ibadah.

Semua ini dapat terwujud bila islam terimplementasikan dalam semua aspek kehidupan.[]

Comment