Penulis: Imas Sunengsih, S.E., M.E
Aktivitas Muslimah Intelektual
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Menjelang momentum Nataru, harga-harga kebutuhan pokok terus merangkak naik, tentu sangat dirasakan oleh masyarakat yang mayoritas penduduk Negeri ini merupakan kalangan menengah kebawah. Masyarakat menjadi kian panik dengan kenaikan harga ini, Pasalnya kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi sebagai kebutuhan hajat hidup.
Dilansir dari laman bisnis.com, Badan Pangan Nasional (Bapanas) ancang-ancang harga pangan akan naik saat momentum Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru). Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengatakan, kenaikan harga pangan tersebut dikarenakan momentum Nataru merupakan peak season dari permintaan pangan.
“Stok pangan kita secara nasional aman dan cukup. Akan tetapi momentum Nataru yang merupakan peak season akan berdampak pada peningkatan harga pangan,” ujar Arief dalam keterangannya, Selasa (12/12/2023).
Semua kebutuhan hajat hidup terasa begitu berat karena semua ditanggung oleh individu. Beban hidup yang berat ini kian menambah angka bunuh diri sehingga memenuhi daftar panjang problematika yang terjadi yang belum bisa terselesaikan oleh pemangku jabatan dari tahun ketahun. Berganti pemimpin tidak lantas selesai tapi justru menambah problem baru, kenapa ini bisa terjadi? Apa penyebabnya?
Tentu ini perlu dianalisis yang mendalam dengan fakta dan data yang valid, bahwa problematika yang terjadi termasuk kenaikan harga pangan yang tidak terkendali terus berulang setiap tahunnya. Mungkin berbagai cara sudah dilakukan pemerintah namun belum berhasil, karena jika dilihat solusi yang ditawarkan tidak menyentuh akar permasalahan.
Perlu diperhatikan, bahwa penyebab problem yang terjadi tidak lepas dari sistem yang diterapkan. Jika sistemnya rusak pasti akan menimbulkan kerusakan ke ranah cabangnya, sebaliknya jika sistem shahih(baik dan benar) pasti akan baik ke ranah cabangnya. Saat ini sistem yang diterapkan merupakan sistem kapitalisme yang dibuat oleh manusia, sudah barang tentu kerusakan akan terjadi.
Manusia yang lemah dan serba kurang, serta mempunyai ambisi nafsu yang serakah untuk menguasai yang diinginkan, juga menguasai hajat hidup orang banyak, sepertinya halnya oligarki yang telah menjadi berkuasa negeri ini.
Sistem kapitalisme tentu sangat merusak tatanan kehidupan manusia, dimana ekonomi yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat mereka kuasai demi ambisi duniawi. Kenaikan harga pangan dikendalikan para kapital, mereka menguasai dari hulu hingga hilir. Masyarakatlah yang terdampak dari kebijakan sistem yang rusak ini, masyarakat selalu menjadi korban sistem.
Seharusnya sistem yang sudah bobrok ini jangan dipertahankan untuk dijadikan sumber penyelesaian problematika umat, yang ada justru menambah beban berat kehidupan masyarakat. Sistem ekonomi kapitalis hanya menguntungkan para oligarki, bukan untuk mensejahterakan masyarakat.
Tidak ada jalan lain untuk mengakhiri penderitaan masyarakat, jalan satu-satunya hanya dengan berganti sistem yang akan menjadi solusi mendasar untuk menyelesaikan problematika kehidupan termasuk kenaikan harga pangan, sistem yang terpercaya bisa menjadi problem solving.
Sistem ini sudah pernah diterapkan selama 14 abad lamanya dan mampu menyelesaikan semua problem yang ada, sistem ini berasal dari Allah Swt bukan buatan manusia, yang telah diwariskan oleh Rasulullah Saw untuk umat yaitu sistem Islam.
Sistem Islam ini wajib diterapkan oleh institusi negara secara Kaffah dan sempurna, dimana cabang dari sistem Islam yaitu sistem ekonomi Islam yang akan memberikan keadilan dalam memenuhi hajat hidup manusia.
Ekonomi Islam dengan politik ekonominya akan memenuhi kebutuhan pokok individu perindividu, negara disini berperan penting dalam menjamin kebutuhan asasiah. Jika seseorang mampu untuk berkerja dan dia mempunyai kewajiban untuk menafkahi keluarganya, maka negara wajib memfasilitasi ia untuk berkerja.
Begitupun dengan kebutuhan Harga pangan, negara akan mengontrol harga pasar agar bisa dijangkau oleh masyarakat, tidak boleh ada monopoli atau dikendalikan oleh pihak-pihak tertentu. Bahkan oligarki tidak akan pernah ada dalam sistem Islam karena pemimpin (Khalifah) akan menjalankan kepemimpinan dengan amanah dan penuh tanggungjawab yang diperintahkan oleh syariat Islam.
Pemimpin sangat berperan dalam mengurus rakyatnya, ini pernah dicontohkan oleh Umar bin Khattab ketika menjadi Khalifah kala itu. Dimasa itu sedang terjadi paceklik yang sulit namun demi amanah beliau berusaha melayani rakyatnya dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Pernah dituturkan oleh Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khattab, menceritakan situasi tersebut. Dia mengungkapkan, pada masa paceklik, Umar bin Khattab memiliki suatu kebiasaan baru, yaitu setelah selesai mengimami shalat isya dia langsung pulang dan melakukan shalat malam sampai menjelang subuh.
Kemudian Umar keluar menelusuri lorong-lorong jalan. Saya (Ibnu Umar) pernah mendengar pada suatu malam dia mengucapkan, “ya Allah, jangan engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad pada masa kepemimpinan ku.”
Rasulullah Saw sebagai tauladan dalam kepemimpinan, sebagaimana Allah telah berfirman dalam QS. Al-Anbiya ayat 107:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
Contoh-contoh pemimpin terbaik juga telah dicontohkan Khulafaur Rasyidin yang sangat bertanggung jawab terhadap rakyatnya dan konsisten dalam menerapkan syariat Islam secara menyeluruh.
Inilah yang seharusnya menjadi tauladan untuk pemimpin negeri ini menjadikan sistem Islam sebagai asas negara yang wajib untuk diterapkan untuk menyelesaikan semua problematika kehidupan termasuk untuk menjamin kebutuhan pokok masyarakat.
Sistem Islam merupakan sistem terbaik sudah menjadi keharusan untuk kaum muslim sadar dan memperjuangkan agar sistem Islam ini tegak kembali sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam. Wallahu’alam bish shawab.[]
Comment