Penulis: Irah Wati Murni, S.Pd | Pemerhati Kebijakan Publik
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Ratusan orang yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Ayam di wilayah Purwakarta, Subang dan Cikampek (Purwasuka) memilih mogok mengirimkan ayam ke tingkat pasar dan melakukan konvoi di jalan raya Purwakarta hingga ke Arah Jakarta. (Radar Karawang, 27/6/23).
Penyebab pedagang ayam itu melakukan aksi adalah menuntut diturunkannya harga ayam potong yang saat ini harganya selangit, mencapai 40 ribu lebih per kilogram.
Para pelaku usaha merasa khawatir dan kebingungan, semua harga ayam meroket sejak beberapa bulan terakhir dan tidak kunjung turun (sampai tulisan ini dimuat harganya masih di batas 40 ribu per kilogram), padahal semua barang kebutuhan untuk ayam potong ataupun peternak ada di Indonesia.
Akibat aksi tersebut pedagang sulit mendapatkan ayam dari peternakan. Jikapun ada harganya pun selangit dan susah dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Padahal ayam adalah salah satu sumber protein yang tinggi dibutuhkan masyarakat. Namun harganya yang tinggi menyebabkan masyarakat tidak seluruhnya mampu membelinya.
Jika ditelusuri lebih dalam akar masalah penyebab kebutuhan pokok masyarakat naik ialah karena diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang hanya mementingkan para kapital (pemilik modal) dan mengorbankan kepentingan masyarakat umum. Apalagi, dalam sistem ini bukan tak mungkin harga pasar bisa dimainkan sesuai kepentingan pihak-pihak yang mengambil manfaat dari kejadian ini.
Maka tidak terlalu berlebihan, jika kejadian ini menunjukkan salah satu contoh gagalnya sistem ekonomi kapitalis yang tidak bisa menstabilkan harga pasar. Jika harga-harga kebutuhan pokok manusia semakin naik, maka kebutuhan pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat pun tidak bisa didapatkan. Pemerintah – yang seharusnya membuat kebijakan demi rakyat, justru lebih condong berpihak ke para pemilik modal besar.
Dari sini dibutuhkan sebuah tata kelola global yang bisa mensejahterakan umat manusia – dengan membuat kebijakan bukan hanya menguntungkan para korporat atau para kapital pemilik modal.
Tak lain dan tak bukan hanya ekonomi Islam yang mampu mengatur semua aspek kehidupan dengan adil dan sejahtera.[]
Comment