Hardita Amalia, M.Pd.I*: Peran Islam Sebagai Solusi Terhadap Bullying Anak Yang Semakin Masif

Opini747 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Kian tingginya angka bullying pada anak menjadi raport merah bagi pendidikan saat ini.

Kenyaatannya pendidikan di Indonesia belum mampu menyelesaikan persoalan bullying yang kian menggunung.

Mengutip kompas.com (14/02/2020) di bulan Februari ini seorang siswa sebuah SMPN di Kota Malang, MS (13), terpaksa menjalani operasi amputasi jari tengah tangan kanan setelah diduga menjadi korban bully 7 teman sekolahnya.

Tak hanya itu, liputan6.com (13/02/2020) mengungkap video berdurasi 30 detik yang berisi aksi persekusi tiga siswa SMP Muhammadiyah, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, viral di media sosial. Korban persekusi diketahui bernama Cahya Anugraheni yang kini duduk di kelas 8 di SMP Muhammadiyah tersebut.

Ironis memang,bila kita melihat fakta massifnya bullying di kalangan peserta didik saat ini bahkan seolah sudah menjadi hal yang biasa di kalangan peserta didik.

Menurut penulis, massifnya bullying di kalangan peserta didik ini tak terlepas dari hegemoni nilai – nilai sekulerisme dan liberalisme yang melekat pada sistem yang diterapkan saat ini.

Sistem saat ini menjadikan terbentuknya nilai – nilai sekulerisme dan liberalisme yang pada akhirnya berkorelasi erat dengan out put peserta didik yang juga serba permissif dalam ucap dan tingkah laku.

Hingga standard nilai spiritual keislaman melekat nihil pada diri peserta didik. Tak hanya itu tata aturan sistem saat ini menyebabkan munculnya tabiat barbar pada diri peserta didik. Hilangnya empaty juga nilai – nilai spiritualitas pada diri peserta didik saat ini.

Maka perlu solusi paripurna dalam menyelesaikan persoalan bullying di kalangan peserta didik saat ini.

Islam adalah solusi komprehensif yang mampu menyelesaikan persoalan bullying ini.

Dengan menjadikan Islam sebagai paradigma dan implementasi penyelesaian persoalan bullying merupakan langkah kongkret yang wajib kita ambil.

Islam adalah agama yang mampu menyelesaikan problematika kehidupan manusia termasuk bagaimana Islam mampu membentuk syakhsiyah ( kepribadian ) individu.

Salah satu ayat yang menerangkan tentang pendidikan karakter kepribadian anak dalam Islam adalah dalam Q.S Luqman ayat 12-24, Walaupun terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang memiliki keterkaitan dengan pendidikan karakter, namun Q.S Luqman ayat 12-14 karena ayat ini mewakili pembahasan ayat yang memiliki keterkaitan makna paling dekat dengan konsep pendidikan karakter kepribadian Islam anak.

Allah SWT berfirman:

وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا لُقۡمَٰنَ ٱلۡحِكۡمَةَ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِلَّهِۚ وَمَن يَشۡكُرۡ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيد. وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيم. وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ.

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar”. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”

Dalam ayat 13, Allah mengabarkan tentang wasiat Luqman kepada anaknya, yaitu Luqman bin ‘Anqa bin Sadun, dan nama anaknya Tsaran, agar anaknya tersebut hanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Ungkapan “la tusyrik billah” dalam ayat ini, memberi makna bahwa ketauhidan merupakan materi pendidikan terpenting yang harus ditanamkan.

Sehingga pendidikan dalam Islam adalah pendidikan yang paripurna tanpa memisahkan agama dari kehidupan.

Tak hanya itu sinergis orang tua juga pendidik dan sekolah untuk menjadikan Islam sebagai pondasi penyelesaian menjadi aspek penting untuk menyelesaikan bullying.

Hingga peran utama dalam menyelesaikan persoalan bullying adalah negara. Karena negara memiliki tugas utama dalam mengurusi umat.Maka harapannya negara mengambil Islam sebagai solusi problematika umat dan menerapkannya dalam segala aspek kehidupan.[]

*Dosen, Peneliti Anggota Asosiasi Dosen Ilmu Keislaman Sosial Nasional, Pemerhati Pendidikan, Konsultan Parenting dan Founder Sekolah Ibu Pembelajar dan Institut Pernikahan Islami

Comment