Harapan Umat Di Tahun 2022, Hidup Sejahtera Dengan Syariat Islam

Opini663 Views

 

 

Oleh: Puput Hariyani, S.Si, Pendidik Generasi

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Keunggulan sistem pemerintahan Islam tak lagi diragukan. Kemampuannya meramu dan mensolusi persoalan terbukti sepanjang sejarah peradaban manusia.

Prof Kodrad dalam bukunya Uber den Usprung Deermite literchen Minnesang yang diterbitkan di Swiss tahun 1918 menulis, ”Eropa mendapatkan sastra dan nyala api peradaban modern berasal dari Islam.”

Hal ini tentu tak lepas dari syariat yang diterapkan secara totalitas dalam bingkai kenegaraan dengan ketaatan sebagai pondasi.

Islam menempatkan konsep kedaulatan (as-siyadah) merupakan hal fundamental dalam sistem politiknya. Kedudukannya amat strategis karena kedaulatan berada di tangan As Syari’, yakni Allah SWT sebagai satu-satunya zat yang memiliki otoritas penuh membuat hukum dan mutlak untuk direalisasikan dalam kehidupan.

Tidak ada tawar menawar atau kesempatan tafsir ulang sebagaimana konsep moderasi beragama yang mendudukkan hukum Islam fleksibel. Meminjam pernyataan Prof Amany, penerapan ajaran Islam harus “dalam koridor prinsip fleksibilitas”.

Manusia tidak diberi peluang untuk menetapkan satu hukumpun. Manusia bebas dari penghambaan sesama manusia. Baik penguasa maupun rakyat memiliki posisi yang sama di hadapan syariat.

Sementara kekuasaan berada di tangan manusia. Memastikan penerapan syariat kaffah oleh penguasa agar tidak terjadi penyelewengan atau memimpin dengan mengedepankan hawa nafsu. Masyarakat terus melakukan tugasnya untuk mengontrol dan ber amar ma’ruf nahi munkar.

Maka tak berlebih bila masyarakat menjatuhkan pilihan harapan mereka pada penerapan syariah kaffah. Bukan saja karena sejarah telah mengakui kehebatannya secara historis tetapi fakta empiris menunjukkan peluang diterimanya sangat besar di tengah ambruknya ideologi dunia seperti kapitalisme dan sosialisme.

Asisten Profesor di Universitas Boston yang fokus pada politik perbandingan, agama dan politik di Asia Tenggara dan Timur Tengah, Jeremy Menchik mengungkapkan bahwa kebangkitan Islam berasal dari keputusasaan akan kekosongan moral akibat liberalisme dan kapitalisme sekuler. Dalam mencari hubungan yang lebih berarti, banyak masyarakat Indonesia yang beralih ke Islam.

Masyarakat Indonesia menurutnya seperti dikutip matamatapolitik.com, merupakan bagian dari kebangkitan Islam global, di mana saat ini keagamaan dan identifikasi sosial yang berkaitan dengan Islam sedang sangat meningkat.

Masyarakat cukup cerdas menilai kehidupan yang mereka rasakan hari ini. Hidup mereka semakin sulit dari berbagai sisi kehidupan. Yang terbaru adalah berita tentang rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) di tahun 2022 mendatang. Pemerintah bersama dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI berencana menerapkan kembali tarif adjustment (tarif penyesuaian) untuk 13 golongan masyarakat pelanggan listrik non-subsidi (Banjarmasin post.com).

Rencana pemerintah mencanangkan kenaikan TDL tahun 2022 secara merata ini, setelah beberapa tahun tidak ada kenaikan pada golongan bersubsidi.

Kebijakan ini bukan saja tidak tepat dari aspek layanan yang kurang memenuhi harapan meski TDL sudah cukup mahal. Akan tetapi sekaligus mengkonfirmasi bahwa posisi negara tak ubahnya pedagang yang menjual layanan energi dengan harga tinggi kepada rakyatnya sendiri. Padahal listrik bersumber dari energi yang merupakan milkiyah ammah (kepemilikan umum).

Inilah ciri paling menonjol dalam ekonomi kapitalis yakni minimnya intervensi negara dalam artian negara tidak aksimal mengurusi rakyatnya. Semua ditentukan berdasarkan kehendak pasar. Inilah yang disebut Adam Smith sebagai teori The Invisible Hand (Kompas.com).

Padahal dalam kacamata Islam, listrik merupakan harta milik umum. Dalam HR. Abu Dawud dan Ahmad, kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api. Hadits tersebut menyatakan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu atau swasta apalagi diperjualbelikan dengan harga mahal.

Kepemilikan umum wajib dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk kesejahteraan hidup seluruh masyarakat. Syariat Islam menutup ruang terhadap campur tangan manusia untuk mengelola sesuai kehendaknya. Karena Islam menghendaki kedaulatan di tangan syariat. Dengannya harapan masyarakat untuk hidup sejahtera dengan syariat kaffah akan menjadi nyata.

Kami sertakan terjemah surat Al A’raf: 96 sebagai penutup sekaligus renungan untuk kita bersama.

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. _Wallahu alam bi ash-showab._

Comment