Hancurnya Mentalitas Generasi Tanggung Jawab Siapa?

Opini325 Views

 

Penulis: Anti Riyanti, S.Pt | Pendidikan Generasi

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Akhir-akhir ini seperti ditulis tempo.co, banyak berita mengkhawatirkan mengenai kondisi remaja Indonesia yang menderita kesehatan mental. Jumlahnya mencapai 15,5 juta orang dari total remaja Indonesia. Angka tersebut bukan angka yang kecil dan terkategori sangat tinggi, yaitu mencapai 15,5 juta orang atau setara 34,9 persen dari total remaja Indonesia.

Generasi muda saat ini menghadapi tantangan yang semakin kompleks, salah satunya adalah isu kesehatan mental di kalangan remaja.

Kerusakan mentalitas generasi muda merupakan masalah kompleks yang dihadapi banyak negara, termasuk Indonesia.

Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan kasus depresi dan kecemasan di kalangan remaja. Selain itu, laporan dari berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) menyoroti maraknya kasus bullying, kekerasan, dan penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda. Fakta-fakta ini mengindikasikan adanya krisis mentalitas yang perlu segera ditangani.

Penyebab Hancurnya Mentalitas Generasi

Berbagai faktor berkontribusi terhadap hancurnya mentalitas generasi muda. Pertama, kurangnya pendidikan agama dan moral menjadi penyebab utama. Generasi muda kehilangan pegangan nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi landasan moral mereka. Kedua, pengaruh negatif globalisasi dan teknologi juga berperan besar.

Konten-konten negatif seperti pornografi, kekerasan, dan gaya hidup hedonis dengan mudah diakses oleh generasi muda melalui internet dan media sosial. Ketiga, kurangnya perhatian dari keluarga dan lingkungan sekitar juga menjadi faktor penting. Keluarga yang broken home, kurangnya komunikasi, dan tekanan sosial dapat memicu masalah mental pada generasi muda.

Hancurnya mentalitas generasi merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan komprehensif dari berbagai pihak. Islam menawarkan solusi yang efektif untuk mengatasi masalah ini, yaitu melalui pendidikan agama dan moral, pengawasan terhadap konten negatif, serta peran aktif keluarga dan masyarakat.

Dengan kerja sama semua pihak, kita dapat membangun kembali mentalitas generasi muda yang kuat dan berkarakter.

Peran Keluarga dan Masyarakat

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran paling besar dalam membentuk mentalitas generasi muda. Orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka, serta memberikan pendidikan agama dan moral yang cukup.

Selain itu, orang tua juga harus menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka, serta memberikan perhatian dan dukungan yang cukup. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung perkembangan generasi muda.

Peran Pemerintah dan Lembaga Terkait

Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam upaya mengatasi masalah hancurnya mentalitas generasi. Pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung pendidikan agama dan moral, serta melindungi generasi muda dari pengaruh negatif globalisasi dan teknologi.

Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan mental bagi generasi muda. Lembaga-lembaga terkait, seperti sekolah, LSM, dan organisasi keagamaan, juga memiliki peran penting dalam memberikan kontribusi positif bagi perkembangan mentalitas generasi muda.

Solusi dalam Sistem Islam

Islam menawarkan solusi komprehensif untuk mengatasi masalah hancurnya mentalitas generasi. Pertama, pendidikan agama dan moral harus menjadi prioritas utama. Pendidikan ini harus dimulai sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Kedua, pengawasan dan pengendalian terhadap konten negatif di internet dan media sosial harus ditingkatkan. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan digital yang sehat dan aman bagi generasi muda.

Ketiga, peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membentuk mentalitas generasi muda. Keluarga harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak, serta memberikan pendidikan dan perhatian yang cukup.

Masyarakat juga harus berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung perkembangan generasi muda.

Negara secara sadar menerapkan sistem Kapitalisme sekulerisme dan berdampak mewarnai kehidupan dalam berbagai aspek.

Pendidikan sekuler misalnya, memberntuk remaja berperilaku liberal yang gagal memahami jati dirinya. Remaja pun gagal memahami penyelesaian shahih atas segala persoalan kehidupannya. Penyakit mental yak terhindrkan.

Berbeda dengan Islam. Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas, melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam.

Islam mewajibkan negara membangun sistem pendidikan yang berasas aqidah Islam. Negara juga wajib menyiapkan orang tua dan masyarakat untuk mendukung proses pembentukan generasi pembangun peradaban Islam yang mulia dan bermental kuat.

Negara menetapkan kebijakan untuk menjauhkan remaja dari segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam, yang menyebabkan remaja blunder dengan persoalan hidupnya.[]

Comment