Ketua MUI Sulteng, Habib Ali bin Muhammad Al-Jufri. Foto: Arie/Jurniscom
RADARINDONESIANEWS.COM, PALU – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Tengah (Sulteng), Habib Ali bin Muhammad Al-Jufri melihat ada yang berbeda dalam musibah yang melanda sejumlah wilayah di Sulteng. Menurutnya, gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Donggala, dan Sigi hanya melanda wilayah-wilayah tertentu.
“Dengan kita lihat kejadian ini seakan-akan musibah ini pilih-pilih tempatnya dan membuat apa yang dikatakan pakar mau dibilang tsunami bukan tsunami, tetapi tidak dibilang tsunami kejadiaanya pun macam tsunami,” katanya kepada Jurnalislam.com saat ditemui di kediamannya, Palu, Kamis (18/10/2018).
Kendati demikian, Ketua MUI Sulteng, Habib Ali bin Muhammad Al-Jufri mengatakan, musibah tersebut adalah teguran bagi seluruh warga Sulteng khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
“Jadi ini teguran yang sangat keras yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala bagi kita sudah waktu kita untuk berpegang teguh pada ajaran Allah Subhanahu Wata’ala,” tuturnya.
Menurutnya, bencana tidak akan datang kecuali manusia berbuat dosa. Oleh sebab itu, ia mengimbau kepada seluruh warga Sulteng untuk bertaubat meminta ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Umat Islam ini agar kembali kepada fitrah agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, disebabkan mungkin ada perbuatan-perbuatan yang tidak diridhoi Allah,” pungkasnya.
Terpisah, hal senada diungkapkan beberapa warga Kota Palu seperti dikutip Jurnalislam.com. Mereka berkeyakinan musibah tersebut terdapat banyak keanehan, seperti lokasinya yang pilih-pilih.
“Lihat saja bang, aturan kan kampung ini kena, tapi ini tidak,” ungkap Bayu (25) saat menyusuri jalan Pantai Barat yang berada di pesisir Pantai Talise.
Bahkan kerusakan di titik pusat gempa, yaitu di Desa Lompio, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala tidak separah di Kota Palu.
“Alhamdulillah tidak ada korban jiwa di sini, hanya saja kerusakan pemukinan warga mencapai 60%,” kata Kepala Desa Lompio, Dzulfikar beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, musibah gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang terjadi pada Jumat (28/9/2018) di Sulteng itu telah menelan ribuan korban jiwa. Hingga batas tanggap darurat bencana pada 11 Oktober lalu, BNPB mencatat, sebanyak 2.065 jenazah ditemukan.[]
Comment