Gerakan Wakaf Uang Nasional Dan Kondisi Ekonomi Umat

Opini650 Views

 

 

 

Oleh : Miftah Karimah Syahidah*

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Seperti lagu Band Enau yang berjudul “Negara yang Lucu”, negeri ini memang tampak lucu.

Umat Islam di tanah air kerap menjadi bulan bulanan dengan label dan predikat negatif yang disematkan oleh para pendengki.

Predikat negatif seperti radikal, ekstrim, teroris dan lain sebagainya. Namun anehnya,  umat Islam pula yang menjadi andalan memperbaiki ekonomi negeri ini.

Salah satu contoh adalah gerakan kebijakan ekonomi  dengan nama Gerakan Nasional Wakaf Uang (GWNU) yang mau tak mau mengandalkan umat Islam. Sebuah paradigma antagonis yang tentu saja terdengar sangat lucu.

Selain itu, pemerintah juga sadar bahwa masyarakat Indonesia dalam kondisi yang sangat prihatin secara ekonomi dengan adanya pandemi dengan segala eksesnya.

Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU) bertujuan  memperkuat sosial ekonomi dan memperluas pemanfaatan waqaf agar tidak hanya terbatas untuk tujuan ibadah dan Brand Ekonomi Syariah.

Gerakan ini diyakini bakal menjadi terobosan bagi pemberdayaan ekonomi mengingat besarnya potensi wakaf di Indonesia.

Gerakan ini mendorong pondok pesantren, para alim ulama untuk aktif memberikan kesadaran bagi umat Islam akan pentingnya wakaf dalam bentuk uang (detik.news.com).

Dalam sejarahnya, kaum muslimin tercatat sebagai masyarakat yang paling peduli terhadap persoalan negeri ini. Tak hanya harta, bahkan bila diperlukan jiwa dan raga pun mereka korbankan untuk membela agama dan negara.

Namun, saat ini masalahnya bukan pada peduli atau tak peduli, karena sudah menjadi karakternya kaum muslimin untuk peduli terhadap umat. Tapi ini tentang rasa kecewa yang melanda kaum muslimin terhadap apa yang terjadi di negeri ini.

Setelah perjuangan panjang mereka, membela negera, berjuang meraih kemerdekaan, kini kaum muslimin justru dimarginalkan. Mereka dilabeli teroris-radikal.

Belakangan lahir Perpres no.7 tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme berbasis Kekerasan yang Mengarah kepada Aksi Terorisme atau Perpres Ekstremisme.

Pepres ini disinyalir banyak pihak rentan dijadikan sebagai alat kriminalisasi terhadap kelompok yang berseberangan dengan pemerintah.

Di tengah ketidakadilan dan pandemi yang menyengsarakan akibat PHK, kenaikan BPJS,  kenaikan listrik dan tingginya biaya hidup itu, kaum muslim justeru diminta untuk mewaqafkan uang. Dengan kondisi ini, akankah rakyat memiliki kemampuan dan kerelaan?

Terlebih gerakan ini lahir, di saat kasus korupsi menggurita. Jelas banyak pihak yang mempertanyakan pegelolaan dana ini. Kekhawatiran tentu saja akan muncul di hati rakyat tentang uang yang mereka kumpulkan dalam bentuk waqaf yang direncanakan tersebut.

Bukan berprasangka buruk tapi ini adalah realita yang telah diketahui oleh rakyat secara umum.

Masyarakat tidak ingin dana yang diwaqafkan nantinya hanya menjadi bancakan korupsi oleh para oknum pejabat yang tidak bertanggung jawab.

Ketika Rasulullah SAW menjadi kepala negara di Madinah dan menyeru untuk memberikan infaq harta terbaiknya, para sahabat dengan kemampuan masing-masing menginfakkan harta mereka fi sabilillah dengan penuh gairah dan semangat walaupun, melebihi kemampuan mereka.

Sebut saja ketika perang Tabuk, saat itu kaum muslim sedang berada dalam sulit karena Madinah dlanda paceklik. Cuaca kering dan panas saat itu hampir melelehkan gunung.

Namun ketika Rasulullah SAW menyeru pada kaum muslimin, “Siapakah yang ingin memberikan hartanya untuk membiayai pasukan perang?”

Utsman bin Affan datang menyerahkan 970 ekor unta, 50 kuda, beserta 700 uqiyah emas (Rp 21,2 milyar, 1 gram emas= Rp 956.000). Abdurrahman bin Auf datang dengan 200 uqiyah emas (Rp 6M). Umar bin Khattab datang dengan ½ hartanya. Bahkan Abu Bakar datang dengan menyedekahkan 100% hartanya.

Mengapa bisa begitu? Hal ini terjadi karena mereka sudah percaya pada Allah dan Rasul-Nya. Kecintaan kepada agamanya menjadikan mereka tak lagi hitung-hitungan, apa lagi mencari profit materi.

Kuncinya adalah iman. Inilah karakter kaum muslim, saling berlomba dalam amal shaleh dan kebaikan. Mereka memiliki keinginan besar untuk memberi kontribusi terbaiknya demi Islam yang dianutnya. []

*Aktivis Muslimah, Koordinator BMIC Jember

_____

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.

Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.

Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang

Comment