Genosida Palestina: Persatuan Umat Islam dan Panggilan Jihad Fisabilillah

Opini75 Views

 

Penulis:  Ummu Balqis | Ibu Pembelajar

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Serangan Hamas dalam Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023 mengejutkan dunia internasional. Hamas melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel dari Jalur Gaza, menerobos tembok pembatas Gaza-Israel dan masuk melalui penyeberangan perbatasan Gaza ke pemukiman terdekat dan instalasi militer Israel.

Hamas berhasil menembus sistem pertahanan Iron Dome yang dibanggakan Israel. Hal ini mematahkan pandangan para sejarawan dan akademisi militer di seluruh dunia yang memandang Israel kuat dalam segala bidang. Serangan ini juga mematahkan reputasi Israel yang selalu bangga dengan kemampuan badan intelijennya.

Namun demikian, Israel tidak tinggal diam. Zionis Israel telah melakukan pembalasan atas serangan Hamas. Pembalasan zionis Israel menyasar warga sipil. Ribuan korban telah berjatuhan dari kalangan wanita dan anak-anak.

Dikutip dari cnbcindonesia.com (28/10/2023), Secara total, 7.028 warga Palestina telah terbunuh. Adapun 66% di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, serangan zionis Israel telah membunuh puluhan jurnalis.

Sebanyak 30 orang jurnalis dilaporkan terbunuh selama meliput perang Israel. Jumlah jurnalis Palestina yang terbunuh sejak 7 Oktober mencapai 25 orang. Empat jurnalis Israel dan satu jurnalis Lebanon juga terbunuh. Jumlah korban akan terus bertambah karena Israel belum berhenti membombardir perumahan warga.

Saat ini kondisi Palestina semakin mencekam. Zionis Israel telah melakukan genosida secara nyata. Tidak hanya itu, sebagian besar akses aliran listrik telah diputus, kini Israel memutus kembali jaringan internet di Gaza. Sebagaimana dikutip dari liputan6.com, (28/10/2023), Israel memutus akses internet dan komunikasi di Jalur Gaza, serta meningkatkan intensitas pengeboman pada Jumat (27/10/2023) malam.

Rakyat Palestina benar-benar telah terisolasi. Israel sengaja melakukan hal itu agar mereka lebih leluasa melakukan genosida, menekan pemberitaan terhadap kekejaman yang mereka lakukan. Israel bertekad ingin membumi – hanguskan Palestina.

Namun sayang beribu sayang, tak terlihat satu penguasa negeri muslim pun yang mampu menolong rakyat Palestina dari upaya genosida tersebut. Para pemimpin negeri muslim hanya berani mengecam atas kekejaman zionis Israel.

Namun tak ada satu negeri pun yang berani mengirimkan tentaranya untuk melawan Israel. Bahkan tak ada satu kerikil pun yang berani dilempar untuk Israel. Tangan-tangan mereka telah terbelenggu dengan sekat nasionalisme.

Tanah palestina adalah tanah seluruh kaum muslimin. Tidak layak para penguasa muslim membiarkan tanah Palestina dirampas Yahudi Israel. Sudahkah kita lupa sejarah bagaimana sikap tegas dan beraninya Khalifah Abdul Hamid II menolak tawaran pemuka Yahudi Theodor Herzl untuk memberikan tanah Palestina?

Pada tahun 1902 tanpa rasa malu Herzl menghadap Sultan Abdul Hamid II. Herzl ingin menyogok sultan. Di antara sogokan yang disodorkan Herzl adalah uang sebesar 150 juta poundsterling khusus untuk Sultan; membayar semua utang Pemerintah Utsmaniyah yang mencapai 33 juta poundsterling; membangun kapal induk untuk pemerintah dengan biaya 120 juta frank; memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga; dan membangun Universitas Utsmaniyyah di Palestina.

Namun, kesemuanya ditolak Sultan. Bahkan, Sultan tidak mau menemui Herzl dan hanya diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya untuk menasihasihati Herzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina) karena ia bukan milikku.

Tanah itu adalah hak umat Islam. Sultan mengatakan, Umat Islam telah berjihad demi kepentingan Palestina. Mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi dipersilakan menyimpan harta mereka.

Jika suatu saat kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Sultan Abdul Hamid II juga mengatakan, selama masih hidup, dia lebih rela menusukkan pedang ke tubuhnya sendiri daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah.

Ingatlah bagaimana perjuangan kaum muslimin pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab  membebaskan bumi Syam (Palestina). Kemudian Palestina dikuasai oleh pasukan Nasrani dan kembali di bebaskan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi.

Tepatnya tanggal 2 Oktober 1187 Masehi, Salahuddin Al Ayyubi bersama tentara-tentaranya memasuki Baitul Maqdis dan membersihkan Al Aqsha. Darah kaum muslimin telah banyak tumpah demi mempertahankan tempat suci ini.

Setelah Yahudi memproklamirkan pendirian negara Israel tanggal 14 Mei 1948, di Tel Aviv, Ben-Gurion menjadi perdana menteri pertama Israel. Mereka semakin semena-mena mengusir penduduk asli Palestina, merusak rumah-rumah, membantai anak-anak dan ibu-ibu hamil, menghancurkan masjid, dan berusaha meruntuhkan Al Aqsha. Pencaplokan wilayah Palestina semakin meluas.

Atas dasar penjajahan inilah kaum muslimin di Palestina melakukan perlawanan jihad fi sabilillah. Israel dibantu oleh Amerika Serikat bersama sekutunya dengan mengirimkan kapal perang dan senjata.

Namun sebaliknya, para pemimpin negeri – negeri  muslimin masih belum tergerak untuk mengirimkan pasukan jihadnya. Bahkan yang paling menyedihkan, rakyat Palestina mendapat kiriman kain kafan dari mobil truk yang berhasil masuk ke Gaza.

Sudah saatnya umat Islam bersatu untuk membebaskan Palestina. Ikatan nasionalisme harus dihancurkan. Persatuan kaum muslimin dalam sebuah negara Islam lah yang dapat menghancurkan Yahudi Israel. Ketahuilah, sesungguhnya persatuan umat Islam merupakan mimpi buruk bagi Yahudi Israel dan negara-negara kafir lainnya.

Kumandang jihad yang digaungkan oleh pemimpin Islam merupakan  sesuatu yang menghantui mereka. Saat ini kita menyaksikan bagaimana ketakutan negara-negara Barat ketika umat Islam meneriakkan jihad membela Palestina di seluruh penjuru bumi.

Hal ini sebagaimana yang dilansir dari alenia.id, (24/10/2023), “Demonstrasi pro-Palestina membuat sebagian pejabat di Inggris merasa tidak nyaman. Pasalnya, gaung yel-yel ‘jihad’ terdengar di barisan para pengunjuk rasa dan itu membuat sejumlah petinggi di Negeri Ratu Elizebeth itu khawatir. Ada keinginan untuk melarang kalimat jihad itu terus-terusan bergema di langit Inggris”.

Tak dipungkiri, gelora jihad kaum muslimin di berbagai negeri telah memuncak. Namun lagi-lagi pemimpin-pemimpin mereka terus menghalanginya. Andaikan saja, seluruh pemimpin Islam memiliki keberanian melawan, tentu penderitaan Palestina akan segera berakhir.

Menyelesaikan penjajahan oleh Yahudi Israel tidak bisa dengan diplomasi dan perundingan. Sudah berapa kali dilakukan perundingan, akan tetapi mereka terus saja menjajah Palestina. Hasil perundingan hanya mengakibatkan semakin luasnya wilayah Israel. Satu-satunya cara untuk menyelesaikan kekejaman Yahudi hanya dengan jihad.

Jihad fi sabilillah harus dilakukan oleh seluruh negeri Islam, bukan hanya menonton perjuangan Hamas. Pemimpin Islam wajib mengirimkan bala tentaranya dan alat perang yang canggih melebihi alat perang Israel. Jika hal ini dilakukan, tidak butuh waktu lama, Israel dapat dikalahkan, Palestina segera terbebaskan.

Rasulullah saw pun telah mencontohkan bagaimana cara menyelesaikan masalah Yahudi dengan wataknya yang keras kepala, gemar berbohong dan selalu mengingkar janji. Rasulullah saw pernah mengusir dan memerangi tiga kelompok Yahudi yang ada di seputaran madinah, yakni Yahudi Bani Qainuqa, Quraidzhah, Nadhir. Tiga suku Yahudi ini telah berkhianat dan melanggar janji dengan Rasulullah saw.

Sudah saatnya umat Islam bangkit, bersatu dan membangun sebuah negara sebagaimana yang telah terwujud dalam sejarah kejayaan Islam. Umat islam sejatinya mencampakkan sekat nasionalisme.

Umat Islam harus dipimpin oleh satu kepemimpinan Islam. Hanya dengan seruan jihad oleh Amirul mukminin, Palestina dengan mudah dibebaskan dari israel terkutuk. Wallahu ‘alam.[]

Comment