Oleh : Syaila Nuraini, Mahasiswi STEBIS Bina Mandiri, Cileungsi
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Salah satu fakta menarik generasi muda saat ini adalah adanya generasi strawberry yang berbeda dengan generasi Z maupun milenial. Menurut Prof. Renald Khasali, generasi strawberry adalah generasi yang penuh dengan ide-ide kreatif, namun cepat menyerah dan mudah terluka.
Generasi Strawberry berasal dari sebuah kata baru bahasa Tionghoa yang digunakan untuk menyebut orang Taiwan yang lahir setelah tahun 1981, yang katanya gampang mengkerut layaknya buah strawberry.
Makna dari generasi strawberry adalah sebutan bagi mereka yang tidak mampu menghadapi tekanan sosial, serta tidak mempunyai semangat kerja keras layaknya generasi orang tua mereka, atau kata lain istilah ini digunakan untuk menyebut generasi manja, malas, namun arogan.
Orang-orang yang termasuk dalam kategori generasi strawberry ini dianggap terlalu banyak dilindungi secara berlebihan, dan terlalu dimanjakan dalam masalah ekonomi. Bisa dibilang mereka tinggal minta apa yang mereka mau, tanpa harus bersusah- susah. Seperti halnya tanaman strawberry yang diperlakukan dengan lebih baik dari tanaman lain, digantung di tempat tinggi, dimasukkan ke rumah kaca agar terlindungi dan terjaga.
Jika dilihat faktanya, memang generasi strawberry ini terlihat keren. Karena pendidikan mereka yang terjamin tanpa disibukkan dengan urusan kehidupan, yang membuat mereka bebas melakukan apa saja untuk mengeksplorasi kemampuan mereka.
Maka, tak heran mereka menjelma menjadi generasi yang kreatif dan banyak ide. Namun, meski mereka terlihat kreatif dan cerdas, ternyata mereka mudah sekali melempem, gampang frustrasi dan gampang sakit. Mereka generasi yang bercita-cita besar, melakukan perubahan-perubahan besar, namun tidak suka kerja keras. Mereka suka hal-hal instan, alias senang jalan pintas.
Akibatnya, ketika kenyataan tak sesuai harapan, maka orang-orang yang terkategori dalam generasi ini akan mudah marah, depresi, bahkan bunuh diri. Mental mereka tidak siap dengan sebuah kegagalan. Mereka akan mudah menyerah kalah, dan berbalik arah dengan menundukkan kepalanya. Seakan dunia telah menemui ajalnya. Karena pola pendidikan mereka mengajarkan menjadi ambisius namun kurang mendalami ilmu agama. Mereka lupa bahwa kegagalan itu proses menuju kesuksesan, serta ada Allah yang Mahakuasa.
Jiwa mereka rapuh, seperti buah strawberry. Kulitnya terlihat sangat indah dan kokoh. Namun jika kita usap sedikit saja maka akan mudah terkelupas dan bonyok. Coba kita lihat fenomena anak muda sekarang, penampilan kuat, tapi baru putus cinta sudah pengen bunuh diri.
Mereka senang hal-hal mewah, suka berhura-hura, bahkan flexing. Akan tetapi, mereka tidak mengenal kata bekerja keras, kesabaran, keuletan, padahal kesuksesan dibangun dari hal-hal itu. Akibatnya, mereka akan mudah ambruk dan roboh dengan sedikit guncangan yang menerpa.
Dalam pandangan Islam, pemuda adalah aset yang sangat berharga. Islam pun menaruh perhatian besar pada para pemuda. Pemuda merupakan agen perubahan, penerus estafet perjuangan dan kepemimpinan dunia. Maka dalam Islam eksistensi pemuda sangat penting. Generasi muda dalam Islam adalah generasi kuat dan patuh. Tidak hanya memiliki pandangan dunia, tetapi juga visi yang luas, yaitu kebahagiaan akhirat.
Dalam pandangan Islam, ujung tombak keberhasilan atau kegagalan perjuangan dakwah ditentukan bagaimana cara untuk melejitkan potensi para pemuda. Jika kita baca Sirah Nabawiyah, maka akan kita dapatkan kisah-kisah para pemuda pemberani dan tangguh yang memeluk dan memperjuangkan Islam.
Mereka adalah para tuan muda dari keturunan terpandang kaumnya. Namun mereka tidak manja. Mereka bertekad memperjuangkan kebenaran, meski harus meninggalkan harta keluarga dengan iman yang kuat dan tekad yang tajam. Mereka menjadi ksatria Islam dan menjadi pemimpin komunitas pemuda.
Salah satu contoh adalah kisah Sultan Muhammad Al-Fatih. Sejak kecil ia memang mempunyai keunggulan dalam menangkap ilmu. Kegemarannya melahap buku-buku sejarah, mendorongnya untuk terus meningkatkan kualitas ibadah dan kemampuannya dalam memimpin hingga mampu memobilisasi pasukan dalam upaya mengepung benteng Konstantinopel. Sebagai pancaran keagungan akhlaknya terhadap syariat Islam, cerminan kuatnya akidah yang telah melekat di dalam dirinya.
Ia seorang kesatria tangguh namun juga rendah hati Ia begitu memuliakan ulama, namun ia juga pemberani. Tak jarang ia terjun langsung ke medan laga dengan pedangnya sendiri. Ia pun tak mudah menyerah. Mentalnya tak mudah meleyot.
Ini terbukti dengan persiapannya yang tak kenal lelah demi menaklukkan Bizantium dan melebarkan dakwah dan jihad Islam. Ia mempersiapkan 250.000 pasukan untuk mengepung Konstantinopel, benteng tersulit di dunia untuk ditaklukan.
Gempuran demi gempuran belum juga membuahkan hasil, bahkan pasukannya mulai banyak yang gugur. Namun, ia terus memikirkan bagaimana caranya untuk dapat menjebol pertahanan kota itu.
Akhirnya dengan izin Allah ia mengeluarkan ide cemerlang untuk mengangkat kapal-kapal perangnya dan memutar berlayar menaiki gunung Galata demi dapat masuk ke selat Tanduk Emas. Inilah strategi perang paling brilian yang pernah dilakukan di dunia. Membuktikan ketajaman dan kecepatan berpikirnya, keteguhan tekadnya serta ketepatan dalam beraksi, hingga menjadi pintu kemenangan penaklukan Konstantinopel, simbol kekafiran dunia pada saat itu.
Sudah saatnya generasi Islam bangkit. Tinggalkan kehidupan penuh halu dan ala ala drama, yang seakan kuat namun rapuh dan keropos di dalam. Seakan gemerlap namun gelap gulita menghantuinya.
Jadilah pemuda Islam yang tangguh yang tak mudah melempem apalagi cepat patah arang. Ayo jadi generasi tangguh dengan Islam sebagai jalan hidupmu, dan perjuangkan Islam agar menjadi jalan hidup bagi dunia. Wallahu a’lam.[]
Comment