Generasi Hedonis VS Generasi Pembangun Peradaban Cemerlang

Opini592 Views

 

Oleh: Yulida Hasanah, Pemerhati masalah generasi

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Saya tak hendak mengkritisi negeri ini, tetapi ikut peduli bahkan prihatin dengan apa yang menimpa generasi negeri akhir-akhir ini.

Di Itaewon Korea terjadi peristiwa maut perayaan Halloween di mana lebih dari 150 meninggal karena berdesak-desakan hingga terinjak-injak, bahkan diduga ratusan orang tergeletak akibat terkena henti jantung. Hal ini terjadi di jalan sempit di distrik Itaewon Korea Selatan. Jalan ini tak mampu menampung jumlah manusia yang membludak mengikuti perayaan tersebut.

Sedangkan di Indonesia, pekan lalu juga dihebohkan dengan insiden over kapasitas pada acara konser ‘Berdendang Bergoyang’. Konser yang diselenggarakan di Istora, Komplek Gelora Bung Karno (GBK), Senayan ini mengakibatkan puluhan orang pingsan.

Konser musik yang sudah terjadwal akan berlangsung 3 hari ini akhirnya ditutup di hari ke tiga. Alasannya karena over kapasitas penonton, panitia tidak jujur pada pihak kepolisian saat perijinan baik dari over penjualan tiketnya, hingga masalah jumlah panggung yang tak sesuai dengan kapasitas yang telah ditentukan dan disepakati.

Yang menjadi perhatian besar kita semua adalah bahwa dari 21.000 penonton konser, mayoritas adalah pemuda. Generasi umat yang diharapkan menjadi pembangun peradaban cemerlang di tengah rusaknya bangunan peradaban hari ini.

Generasi Teracuni Budaya Hedonisme

Memang sangat memprihatinkan melihat generasi kita lebih senang untuk bersenang-senang, dibanding menyibukkan diri mereka dengan hal-hal yang bermanfaat untuk agama dan negaranya. Terlebih negeri ini memiliki potensi jumlah pemuda yang luar biasa. Seratus juta lebih penduduk Indonesia adalah pemuda, yakni rentang usia 15-39 tahun.

Namun, budaya Hedon di tengah-tengah kehidupan generasi muda umat hari ini juga tak bisa dibiarkan tanpa perhatian. Terlebih budaya ini muncul karena adanya disorientasi hidup.

Memaknai kebahagiaan saat semua keinginan yang bersifat duniawi terpenuhi. Parahnya, budaya hedonis seperti ini merupakan budaya yang lahir dari peradaban barat, peradaban asing yang jelas sangat bertentangan dengan fitrah generasi.

Secara fitrah, generasi dilahirkan sebagai pembangun peradaban yang akan menempatkan posisi manusia sebagai makhluk yang mulia. Hal demikian tidak kita dapati di dalam peradaban barat yang menganut kebebasan serta menjauhkan manusia dari Allah SWT.

Padahal, generasi Indonesia hari ini  diharapkan sebagai mampu menjaga kesatuan negara. Jelas sungguh jauh panggang dari api. Sebab, generasi hedonis yang lebih suka hura-hura dan bersenang-senang tidak akan memiliki cita-cita sampai ke sana.

Justru yang ada dalam hidupnya adalah bagaimana caranya meraih kesenangan tanpa memandang apakah itu halal ataukah haram, apakah itu akan memajukan bangsa atau bahkan menghancurkannya. Na’uzubillah

Generasi Islam, Pembangun Peradaban Cemerlang

Berbeda halnya dengan generasi Islam. Sejak awal, Islam telah menjadikan generasi sebagai penerus perjuangan. Benarlah jika ada ungkapan dalam bahasa Arab, “Syubanu al-yaum rijalu al-ghaddi” (pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang).

Maka, Islam jelas memberikan perhatian besar kepada mereka, bahkan sejak dini. Termasuk dalam mengarahkan kesibukan generasinya hanya dalam koridor ketaatan.

Sebuah ungkapan bijak menyebutkan, “Jika seseorang tidak menyibukkan diri dalam kebenaran, pasti sibuk dalam kebatilan.” Disinilah Islam mengatur umat manusia termasuk generasi muslim agar tetap berada dalam aktivitas ketaatan, selain budaya kehidupan masyarakat yang bersih(dari maksiat). Juga menghentikan tayangan, tontonan atau acara yang bisa menyibukkan masyarakat dalam kebatilan.

Mungkin awalnya mubah, tetapi lama-lama kemubahan tersebut melalaikan, bahkan menyibukkannya dalam kebatilan. Jadi, jelas dalam Islam tak mungkin acara seperti konser ‘Berdendang Bergoyang’ diberi izin dan difasilitasi pelaksanaannya.

Oleh karena itu, sebagai sebuah pandangan hidup dan aturan kehidupan yang sahih. Islam tidak membiarkan keterpurukan menimpa generasi hari ini. Generasi harus kembali pada visi hidupnya di dunia, yakni sebagai hamba Allah yang mengemban misi islam di muka bumi. Dengan begitu individu tetap terpelihara ketakwaannya. Generasinya terjaga dari berbagai kerusakan. Masyarakat terfungsikan sebagai mesin kontrol penguat ketakwaan. Negara pun menjadi penjaga umat dari celah kerusakan.

Kondisi ini jelas hanya dirasakan saat peradaban Islam sebagai peradaban cemerlang tegak di tengah-tengah kehidupan. Sedangkan generasi muslim memiliki peran sebagai arsitek pembangun peradaban yang cemerlang tersebut. Bagaimana caranya?

Pertama, generasi muslim wajib menyadari bahwa kewajiban amar makruf nahi mungkar (dakwah) adalah kunci penyelamatan umat Islam dari berbagai kerusakan. Sebagai seorang muslim, mereka jelas memiliki kewajiban dalam perubahan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ini adalah perintah Allah untuk tegaknya peradaban mulia. Karena itulah, harus dipahami pula bahwa kewajiban dakwah itu sama dengan kewajiban shalat, shaum, zakat, haji dan sebagainya. Ini adalah kesadaran penting yang harus dibangun di tengah-tengah generasi umat. Khususnya di tengah upaya kriminalisasi dakwah Islam hari ini. Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

Siapa saja yang melihat kemungkaran, cegahlah dengan tanganmu. Jika belum bisa, cegahlah dengan mulutmu. Jika belum bisa, cegahlah dengan hatimu. Itulah pertanda selemah-lemah iman.

Kedua, sebagai generasi muslim tidak boleh cuek dengan kondisi sekitar alias peka terhadap persoalan yang terjadi. Apalagi hari ini kita tahu bahwa umat diatur oleh penguasa-penguasa yang lahir dari sistem sekuler kapitalis. Aturan yang diterapkan jelas-jelas sangat jauh dari apa yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.

Maka, selama umat hidup dalam pengaturan yang serba sekuler,  persoalan umat tidak akan tersolusi dengan tuntas. Oleh karena itu, menjadi sebuah keharusan bukan sekadar peduli persoalan yang terjadi tapi juga mampu menghadirkan solusi atas persoalan tersebut.

Ketiga, jadilah generasi yang memiliki ambisi menerapkan hukum Allah SWT di muka bumi. Sebab bumi ini milik Allah, dan Dia telah menetapkan tujuan hidup kita di bumi ini tak hanya sebagai hamba Allah tetapi juga sebagai Khalifah di bumi. masyaaAllah, sungguh luar biasa keren sebenarnya.

Mengapa harus menerapkan hukum Allah SWT? Sebab, Allah SWT sebagai Pembuat hukum menyatakan dengan jelas bahwa Rasulullah saw. diutus sebagai ‘rahmatan lil ‘alamin’.  Dan setiap hukumnya pasti memberikan solusi bagi persoalan manusia. Dimana hukum syariah diterapkan, di sana ada kebaikan.

Inilah yang harus dipahami oleh setiap generasi muslim hari ini. Menjadi motivasi untuk berkontribusi dalam proyek membangun peradaban Islam yang akan menerapkan syariat Allah SWT sebagai solusi dan pengatur urusan manusia.

Keempat, karena proyek membangun peradaban cemerlang adalah proyek besar. Maka, sebagai generasi umat, kita tidak bisa bekerja dan berjalan sendirian. Kita butuh berjamaah dalam dakwah. Yakni berjuang bersama kelompok dakwah seperti yang dicontohkan Nabi Saw.

Beliau mengajak yang lain untuk mendakwahkan Islam hingga akhirnya menegakkan Daulah Islam di Madinah. Dan ini jelas butuh kesabaran, istikamah dan jiwa-jiwa yang ikhlas. Yang hatinya terpaut dan hanya bergantung pada Allah SWT saja. Serta yang selalu semangat untuk meraih pertolongan-Nya segera. Wallaahua’lam.[]

Comment