Generasi dan Perundungan, Potret Buruk Pendidikan

Opini822 Views

 

 

Oleh: A. Maleeka, Pelajar Homeschooler

_________

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Jika bisa berwujud nyata, maka perisakan/perundungan (bullying) bisa saja berupa duri tajam yang semestinya sudah dicabut agar tak menimbulkan sakit berkepanjangan. Akan tetapi, sayangnya duri tersebut kian tumbuh subur dalam ranah pendidikan di Indonesia.

Mengutip kumparan.com (20/11/2022) – Viralnya video di media media yang menampilkan penganiayaan terhadap seorang nenek oleh para pelajar di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Ada total enam pelajar yang diamankan polisi, mereka mengaku iseng menendang seorang nenek hingga tersungkur.

Bagaimana bisa Indonesia memiliki pemuda penerus bangsa yang tak sungkan kepada orang tua bahkan sampai menganiaya? Bagaimana bisa para pelajar yang memiliki pendidikan di sekolah justru malah berlaku kurang ajar?

Mengutip kumparan.com (20/11/2022) – Perundungan kembali terjadi di antara para pelajar, lewat video yang ramai di media sosial. Tampak seorang siswa memasang helm pada korban, kemudian pelaku menendang kepala korban hingga terjatuh dan ditertawakan rekan-rekannya. Kabarnya, korban sempat dilarikan ke rumah sakit.

Inilah yang terjadi pada para pelajar di Indonesia. Ibarat gunung es, yang terekspos hanyalah bagian pucuknya saja. Jika dijabarkan satu per satu, maka tak terbayang betapa nahasnya kondisi generasi hari ini. Bagaimana mungkin sebuah bangsa bisa maju jika penerusnya tak lagi memiliki rasa kemanusiaan dalam jiwanya?

Perundungan merupakan perilaku agresif yang bisa terjadi di mana saja. Bisa secara fisik seperti menganiaya, memukul, menendang. Bisa secara verbal seperti mengolok, menghina, menyindir. Atau secara tidak langsung seperti halnya mengabaikan, dianggap tidak ada, dan menyebarkan rumor.

Ada tiga faktor besar mengapa perundungan masif hingga mengakar di dunia pendidikan, yaitu faktor keluarga, faktor lingkungan, dan faktor negara.

Pertama, faktor keluarga. Pembentukan kepribadian seorang anak bemula dari pola asuh dalam keluarga. Akan tetapi, yang terjadi hari ini adalah sistem sekularisme (paham pemisahan agama dari kehidupan) lebih banyak berpengaruh terhadap pola asuh orang tua kepada anak-anaknya.

Orang tua lalai memahamkan kepada anaknya bahwa kecintaan terhadap agama jauh lebih penting daripada kecintaan terhadap duniawi atau materi. Akidah Islam, adab, dan ketaatan kepada Allah tidak menjadi utama. Anak tumbuh menjadi manusia yang jauh dari Islam dan berkembang menjadi generasi yang tak memiliki nurani.

Kedua, faktor lingkungan. Perundungan bisa masif terjadi bahkan di lingkungan sekolah yang berbasis agama Islam. Menjadi sebuah tantangan yang besar ketika sebuah negara dihadapkan dengan generasi yang rusak. Apalagi ditambah dengan sikap masyarakat yang individualis bahkan cenderung cuek dengan kemaksiatan.

Tak jarang sekolah menutupi kasus perundungan yang terjadi demi menjaga citra dan nama baik karena tidak mau menjadi pihak yang dipersalahkan atas kasus yang terjadi. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab utama sulit terciptanya lingkungan yang kondusif.

Ketiga, negara. Negara memiliki tanggung jawab dalam menciptakan SDM unggul. Meskipun sebenarnya pemerintah telah membuat program Sekolah Ramah Anak, tetapi fakta memperlihatkan adanya kontradiksi dengan program tersebut.

Program Sekolah Ramah Anak hanyalah seperti jargon, sebab bagaimana mungkin program tersebut bisa lancar ketika dasar ideologinya adalah sekuler kapitalisme? Anak-anak terus dijejali dengan nilai-nilai yang jauh dari agama.

Dalam sistem Islam, siapa pun yang sudah balig alias sudah terkena beban hukum syariat, ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya dengan menerima sanksi. Berbeda dengan sistem sekularisme, meskipun sudah balig jika masih di bawah usia 18 tahun, ia masih dianggap sebagai anak-anak.

Inilah yang membuat generasi hari ini tak memiliki rasa tanggung jawab dan lahir menjadi pribadi yang rusak.

Untuk membangun generasi yang sehat secara mental dan fisik, diperlukan perbaikan yang menyeluruh dengan digantinya sistem sekularisme menjadi sistem Islam. Kegemilangan peradaban Islam selama lebih dari 13 abad sebetulnya sudah membuktikan Islam mampu melahirkan generasi yang cerdas dan saleh, pun bisa menjadi alasan kuat untuk merombak sistem pendidikan yang terbukti lebih aktif memproduksi generasi yang rusak.

Hanya dengan Islam kita bisa menjadi umat terbaik. “Agama yang diridai oleh Allah adalah Islam.” (QS. Al Imran: 19). Wallahualam bissawab.[]

Comment