Generasi, Antara Sekularisme dan Budaya Kekerasan 

Opini270 Views

 

 

Oleh: Yulia Hastuti, S.E, M.Si, Pegiat Literasi

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA— Moral generasi di negeri ini kian terkikis ditambah tindak kekerasan yang terus meningkat. Kerusakan moral generasi penerus bangsa semakin mengkhawatirkan. Fakta mengejutkan terungkap dan menjadi pembahasan publik tentang kasus penganiayaan secara brutal yang dilakukan anak pejabat.

Peristiwa ini terjadi di sebuah perumahan daerah Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 WIB. Korban mengalami pemukulan secara bengis yang menyebabkan dirinya hilang kesadaran sehingga harus dirawat secara intensif di ruang ICU.

Kasus lain yang tak kalah mencengangkan terjadi pada J (14), siswi SMP di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan meninggal usai menjadi korban pemerkosaan beberapa rekannya. Peristiwa tersebut terungkap saat korban mengaku diperkosa secara beramai-ramai oleh empat rekan sekolahnya.

Orang tua korban terkejut dan membawa anaknya ke kantor polisi untuk melapor. Tapi sebelum kasus ini terungkap, korban telah meninggal dunia. Setelah dilakukan penyidikan, polisi kemudian menetapkan MA (15) sebagai tersangka yang merupakan teman sekolah korban dan juga masih di bawah umur. (kompas.com, 24/02/2023)

Mengutip data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa), pada tahun 2022 angka kasus kekerasan tercatat sebanyak 27.589 kasus. Sebelumnya, pada tahun 2021, kasus kekerasan yang tercatat pada data Kemenpppa 25.210 kasus. Data tersebut menunjukkan bahwa kekerasan terus meningkat.

Pada dasarnya kekerasan adalah tingkah lalu yang berlawanan dengan fitrah manusia. Kekerasan telah membudaya di masyarakat, dan telah mewarnai kehidupan terutama di kalangan anak muda. Mulai dari kasus tawuran, pembunuhan, pengrusakan, penyerangan, penganiayaan, pemerkosaan dan lain sebagainya.

Tindak kekerasan seolah sudah menjadi hal biasa dan membudaya. Maka tidak heran pola pikir kita dipaksa (walau tidak mau, red) menerima bahwa kekerasan, agresifitas, dan anarkisme adalah hal yang lumrah dan wajar. Fenomena di atas telah menunjukkan bahwa budaya kekerasan yang dilakukan generasi saat ini akibat pengaruh budaya barat yang bebas tanpa batas.

Gaya hidup yang semakin kebablasan, pacaran/zina, narkoba, hingga hamil di luar nikah dan lainnya menjadi fenomena yang memprihatinkan. Orientasi hidup yang hanya berfokus pada kesenangan duniawi semata (hedonisme) telah merasuki pikiran sebagian generasi saat ini.

Banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh generasi muda ini mengindikasikan bahwa ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini. Mulai dari gagalnya sistem pendidikan membentuk anak didik yang beriman bertakwa dan berakhlak mulia, lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji hingga rusaknya masyarakat.

Apa yang terjadi ini tidak lepas dari paham sekuler kapitalisme sebagai biang keroknya. Akal manusia, dalam sekularisme menjadi penentu segala sesuatu.

Sekulerisme telah meminimalisir dan memarginalkan peran agama dalam kehidupan, ibarat rel kreta api yang tidak pernah bertemu. Bahkan telah menghilangkan identitas keislaman yang semestinya melekat pada pemuda dan remaja saat ini.

Sistem yang telah menunjukkan kegagalannya ini mengubah cara pandang manusia bahwa kebahagiaan hakiki hanya berpusat dari dan oleh materi. Manusia kemudian diarahkan untuk mengejar kemewahan dan kesenangan semu sesaat.

Inilah strategi Barat menghancurkan kaum muslimin, terutama generasi muda dari akidahnya. Sekularisme menjadikan banyak orang tua tidak paham bagaimana mendidik anak-anak secara Islami.

Cara pandang tentang standar kehidupan yang benar menurut kacamata Islam menjadi penting dan harus ditanamkan sejak masih dalam kandungan. Tentu, standar kehidupan yang berasal dari Sang Khalik adalah satu-satunya yang layak untuk diberikan kepada generasi saat ini.

Maka solusinya ialah mencampakkan ide-ide sekulerisme dan menerapkan Islam baik dalam lingkup keluarga, dunia pendidikan, bermasyarakat dan bernegara. Keluarga sebagai institusi terkecil masyarakat mempunyai andil besar untuk menjauhkan anak muda dari berbagai perilaku buruk.

Penanaman akidah yang kuat dan juga keterikatan terhadap aturan Islam akan melahirkan generasi muda yang berprinsip kuat.

Lingkungan masyarakat, dalam Islam –  memiliki tanggung jawab dan kewajiban beramar ma’ruf nahi munkar sehingga ada sanksi sosial terhadap tindakan kriminal yang muncul di lingkungan tersebut.

Tidak kalah pentingnya adalah peran negara. Negara membuat kurikulum pendidikan berbasis akidah dan syariat Islam. Tujuan dari pendidikan untuk mencetak generasi berkepribadian Islam sehingga terwujud generasi beriman kokoh dan berwawasan luas.

Islam menjadikan akidah sebagai asas dalam seluruh aspek kehidupan  sehingga menyadari bahwa dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akhirat kelak.

Hal ini akan menjaga setiap individu agar selalu berperilaku sesuai aturan Allah dan RasulNya. Islam juga mewajibkan masyarakat dan negara sebagai pilar penjaga umat berada dalam kebaikan.

Begitulah Islam mengatasi budaya kekerasan pada generasi muda.  Generasi muda unggul dan berkualitas yang memiliki tanggung jawab dan pemberani itu hanya bisa terealisasi apabila kaum muslimin kembali dan mengikatkan diri dengan ajaran Islam yang diturunkan Allah Swt. Wallahu a’lam.[]

Comment