Penulis: Furqon Bunyamin Husein| Pemred Radar Indonesia News
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Lebih satu tahun sudah, tepatnya lima belas bulan sejak “Taufanul Aqsha” yang diprakarsai Hamas (Harokatul Muqowwamah Al – Islamiyyah) dan faksi mujahidin lain di Palestina, zionis Yahudi akhirnya harus mengakui kekuatan Hamas dengan melakukan gencatan senjata, Rabu (15/1)25).
Perlu dijabarkan lebih jelas terkait pseudo ceasefire (gencatan senjata pura pura) tersebut agar masyarakat dunia lebih khusus masyarakat muslim – memahami dari sudut pandang yang menyeluruh.
Zionis Yahudi, setelah banyak tentaranya mengalami beban psikologis dan depresi di medan perang ditambah sejumlah konflik internal akhirnya menyepakati kebijakan gencatan senjata dengan Hamas pada Rabu (15/1) lalu.
Selain itu, negara paman Sam yang menjadi pendukung utama Israel sedang menghadapi krisis keuangan dengan setumpuk utang lebih dari Rp400.000 triliun plus kebakaran hutan yang menghanguskan ribuan rumah penduduk di Los Angeles dengan kerugian hingga 250 milyar dollar atau sekitar 4 ribu trilliun. Setidaknya, peristiwa ini secara tidak langsung ikut mempengaruhi terjadinya gencatan senjata tersebut.
Tiga Fase Gencatan Senjata
Pertama, gencatan senjata ini berlangsung selama 42 hari dengan beberapa kesepakatan meliputi pembebasan sandera Hamas dan tahanan Palestina di Israel. Pada tahap ini, Israel juga diharuskan menghentikan serangan ke Gaza.
Kedua, para sandera yang masih hidup akan dibebaskan. Ratusan tahanan Palestina di Israel juga akan dilepas. Israel dalam gencatan senjata ini sepakat menarik semua pasukan dari Gaza.
Ketiga, pengembalian jenazah dan sisa-sisa tubuh sandera baik dari pihak Hamas maupun israel. Israel dengan seteru Hamas menyetujui pengembalian para jenazah ini.
Perlu dipahami bahwa isi perjanjian kesepakatan ini belum membahas soal solusi dua negara (Two State Solution) di mana Jerusalem Timur sebagai ibukota Palestina.
Gencatan senjata antara zionis dan Hamas ini hanya menghentikan perang sementara waktu yang difokuskan pertukaran tawanan dan berlaku selama 42 hari ke depan. Selanjutnya belum ada bahasan lebih rinci untuk betul betul berhenti perang. Terkait hal ini, faksi mujahidin Al-Qassam masih melakukan musyawarah internal.
Pihak zionis yahudi sendiri sebagaimana penjelasan Netanyahu mungkin kembali menyerang Palestina bila genjatan senjata tidak berjalan mulus.
Dari penjelasan Netanyahu tersebut, Al-Qassam mengambil sikap untuk tetap waspada dan siaga karena di beberapa titik konflik masih terjadi pertempuran. Saat menjelang dimulainya genjatan senjata, pihak IDF israel masih menyerang penduduk dan tetap jatuh korban.
Situasi di lapangan tidak sama dengan apa yang terjadi (apa yang kita lihat dan dengar).
Fakta di lapangan, masih banyak pasukan IDF israel yang tidak mengetahui akan ada gencatan senjata karena komunikasi di lapangan tidak sepenuhnya efektif bahkan masih banyak mujahiddin belum mengetahui hal ini sehingga masih terjadi saling baku tembak.
Ini perlu dipahami bahwa gencatan senjata belum mutlak menjadi sebuah kemenangan Palestina apalagi terbentuknya two state solution. Hal ini masih teramat jauh dan belum tampak kesepakatan resmi.
Untuk itu, Al-Qassam mengimbau para pengungsi untuk tetap berhati hati di pengungsian sampai sepenuhnya aman terutama di Gaza.
Gencatan senjata atau ceasefire tahap awal ini menurut salah seorang brigade Al-Qassam, tidak mutlak untuk penghentian perang tetapi sebagai langkah dan upaya pertukaran tawanan dan memberi jeda agar bantuan untuk para pengungsi bisa masuk ke lokasi pengungsian.
Zionis Yahudi Ingkar Janji
Dalam sejarah peradaban Islam, Yahudi sudah terbiasa mengingkari janji. Lihat bagaimana mereka mengingkari Piagam Madinah yang dibuat bersama Nabi Muhammad pada tahun 622 M.
Nabi pun langsung mensikapi pengingkaran perjanjian tersebut dengan tegas dan mengusir kabilah kabilah Yahudi (Bani Qoinuqo, Nadzir dan Quroizoh) yang merusak perjanjian.
Watak ingkar janji yang telah mendarah daging dalam kehidupan Yahudi ini harus menjadi perhatian dan disikapi oleh kaum muslim sebagaimana sikap Nabi.
Umat islam tidak perlu berlebihan dan euforia menanggapi gencatan senjata yang masih jauh dari ekspektasi ini. Karena faktanya, masih terjadi penyerangan dan pembunuhan yang dilakukan zionis yahudi di Jenin.
Hal yang sama juga terjadi di West Bank (Tepi Barat) bahkan Gaza yang dilakukan tentara Zionis beberapa saat usai gencatan senjata.
Bahkan laman kompas menulis, tak lama setelah pengumuman gencatan senjata, pesawat tempur Israel langsung menyerang rumah sakit, tempat penampungan, dan rumah-rumah dengan serangan udara langsung.
Belajar dari sejarah, maka umat islam jangan terlalu berharap dengan gencatan senjata yang masih di tahap pertama ini.
Tetaplah waspada dan tidak over excited yang akan membuat lengah dan membuka peluang bagi zionis melakukan serangan yang lebih besar. Para zionis itu pasti ingkar janji dan memerangi warga Palestina meskipun telah dilakukan gencatan senjata. Wallahu a’lam bishowab.[]
Comment