Gempar Emak-Emak Menenggak Miras, Akankah Tercapai Generasi Emas 2045?

Opini346 Views

 

 

Penulis: Luthfiah Jufri, S.Si, M.Pd | Anggota Dharmayukti Karini Cabang Polewali

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA–  Terminologi ibu sebagai madrasah pertama (Madrasatul Ula) bagi anak-anaknya hanya sebatas kata slogan saja. Ibu yang menjadi tuntunan generasi, kini menjadi tontonan anak-anak karena berpesta miras sambil berjoget tanpa rasa malu dan berdosa. Miris sekali melihat kondisi ini.

Dilansir detik.com, Sabtu (27/7/2024), beredar video di media sosial, emak-emak menenggak minuman keras (miras) saat acara pesta pernikahan. Dalam video tersebut ampak wanita berpakaian merah mengambil sebuah botol minuman keras dan wanita yang berbaju hijau asik berjoget.

Peristiwa tersebut terjadi di Desa Bulusibatang, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Kamis (25/7). Keenam wanita dalam video tersebut, berinisial SI, WA, ME, HA, AN, dan JA, telah diamankan polisi untuk dimintai keterangan.

Ini salah satu cerminan emak-emak masa kini. Akankah tercapai generasi emas 2045? Tentunya sangat timpang jauh antara harapan dan kenyataan. Jika ibunya saja tidak bisa menjadi teladan yang baik, lantas bagaimana anak-anaknya?

Peradaban barat sekuler telah mengkontaminasi wahyu Allah sebagai kitab suci dengan ilmu tertinggi dan luhur yang harus difahami setiap muslim. Pemisahan agama dari kehidupan menjadi sebab seorang muslim beranggapan yang penting sholat, puasa, zakat dan ibadah ritual lainnya sudah dilaksanakan.

Maka, wajarlah di tengah masyarakat ada seorang wanita berhijab/muslimah yang rajin sholat tetapi berzina atau seorang pejabat negara rajin sholat berjamaah di masjid dan sudah berhaji tetapi menjarah uang rakyat.

Begitu pun kejadian mamak-mamak di Jeneponto ini, memakai hijab tetapi tanpa rasa malu dan takut kepada Allah dengan enteng dan bahagianya mereguk Minuman yang diharamkan Agama.

Ingat! Cita-cita besar pasti diikuti oleh tantangan yang besar pula, Kerusakan Sosial adalah salah satu tantangan kita saat ini dan itu lahir dari ideologi sekuler kapitalistik. Sudah jelas bahwa miras bukan hanya dilarang agama tetapi juga menimbulkan berbagai macam tindak kriminal di masyarakat. Dengan begitu  akankah lahir generasi berkualitas di masa depan?

Generasi berkualitas adalah generasi yang lahir dari ibu yang berkualitas karena mereka adalah sekolah pertama nagi anak anak di dalam keluarga – tentunya akan dengan penuh kesadaran berupaya untuk melahirkan generasi yang tidak hanya memiliki keahlian melainkan juga memiliki kepribadian istimewa yang ditunjukkan oleh integritasnya pada nilai-nilai kebenaran.

Untuk mewujudkan cita-cita generasi emas 2045, seorang ibu harus terus meng-upgrade dirinya agar siap menjadi ibu tangguh dan berkualitas dengan kepribadian, keilmuan Islam yang kuat dan keterampilan memadai untuk menjadi pendidik generasi. Siap menjadi guru pertama dan utama bagi anak-anaknya.

Tentunya bukan hanya seorang ibu saja yang harus bekerja keras, cita-cita mulia ini wajib disokong oleh keluarga, masyarakat dan negara sebagai penanggung jawab.

Jika dia seorang anak perempuan, maka orang tua harus mendidiknya menjadi ibu yang berkualitas. Jika seorang perempuan ini sudah menikah, maka suami bertanggung jawab mendidiknya agar ia mampu menjadi ibu terbaik bagi anak-anak.

Peran masyarakat juga tidak kalah penting, mereka harus ikut andil dalam upaya mewujudkan sosok ibu berkualitas ini, yaitu dengan melakukan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar, menasihati ketika melihat ada ibu yang melanggar aturan Allah, seperti meminum miras sebagaimana yang terjadi di Jeneponto.

Terakhir, negara harus menerapkan sistem pendidikan berkualitas, memastikan output pendidikan memiliki kepribadian kuat dan memberi sanksi tegas dengan efek jera bagi pelakunya. Dalam Islam, sanksi bagi peminum miras (khamar) wajid dijatuhi haad atau hukum cambuk.

Diriwayatkan dari nabi saw, beliau bersabda: “Barang siapa meminum Khamar, maka jilidlah! Imam Muslim mengeluarkan dalam hadits Hudlain Bin Mundzir tentang kisah penjilidan (cambuk) al-Walid, bahwa Ali bin Abi Thalib ra berkata:

“Nabi saw, menjilid 40 kali, Abu Bakar 40 kali, Umar 80 kali dan semuanya adalah Sunnah”.

Hal ini bisa diwujudkan ketika Islam menjadi standar aktifitas kita dengan berusaha untuk taat kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan. Wa’allahu ‘alam biishowab.[]

Comment