Gempa Di Lempeng Tektonik, Bagaimana Mitigasinya?

Opini594 Views

 

Oleh: Devi Saraswati, S.Pd, Pendidik dan Aktivis dakwah

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas gunungapi atau runtuhan bangunan. Jenis bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat menghancurkan bangunan, jalan, jembatan dan sebagainya dalam sekejap.

Dampak gempa tektonik yang berpusat di Perairan Sumur Kabupaten Pandeglang itu cukup kuat dan ratusan rumah di Kabupaten Lebak mengalami kerusakan.

Gempa dengan kekuatan M 6,7 mengguncang wilayah Banten pada pukul 16.05 WIB, Jumat (14/1/2022). Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa Banten tersebut berada di 52 kilometer Barat Daya Sumur, Banten, tepatnya di koordinat 7,01 LS dan 105,26 BT dengan kedalaman 10 kilometer.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mencatat sebanyak 274 rumah rusak akibat gempa tektonik bermagnitudo M6,6 yang terjadi pada (Jumat, 14/1/2022). Dari 274 rumah tersebut, 16 rumah rusak berat , 32 rumah rusak sedang dan 226 rumah rusak ringan.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama di Lebak, Minggu, 16/1/2022, mengatakan bahwa hingga saat ini masih melakukan pendataan dengan melibatkan aparatur kecamatan, desa dan relawan.

Selain itu gempa tersebut juga menimbulkan kerusakan terhadap delapan gedung sekolah, satu kantor pemerintahan dan enam sarana ibadah.

Tidak ditemukan korban jiwa akibat bencana alam tersebut. Hanya saja ada dua warga yang mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan rumah, tetapi kini kondisinya sudah membaik setelah ditangani tenaga medis setempat.

Sebagai kaum yang beriman, bencana alam yang menimpa manusia merupakan qadha dari Allah Subhanallahu Wata’ala. Namun di balik qadha tersebut ada fenomena alam yang bisa dicerna seperti ikhtiar untuk menghindarnya sebelum bencana alam terjadi.

Dalam suatu kejadian bencana alam ada dua domain yang berada dalam dan di luar kuasa manusia. Segala upaya yang dapat meminimalisir bahkan menghindarkan resiko dan bencana alam adalah domain yang berda dalam kuasa manusia.

Lantas bagaimana upaya mitigasi yang dapat dilakukan ? Dalam mengahadapi gempa kita perlu belajar dari persiapan Kota Tokyo di Jepang , yakni upaya mitigasi yang dilakukan pun sangat jelas, mulai dari penguatan standar bangunan, jalur evakuasi, jalur air untuk antisipasi kebakaran pascagempa, hingga waktu pemulihan infrastruktur dasar dihitung dengan pasti.

Untuk fase pra-bencana (mitigasi dan kesiapsiagaan), peran pemerintah adalah membuat dan memastikan regulasi mengenai standar bangunan, tata ruang, dan edukasi berjalan baik, sehingga kerusakan dan kerugian korban jiwa bisa diminimalisir. Namun penanganan secara teknis saja tidak cukup. Selain itu juga dibutuhkan kepemimpinan yang dapat menjaga dan menyelamatkan nyawa manusia.

Kita perlu belajar bagaimana menghadapi bencana dari kisah khalifah Umar Bin Khattab. Beliau menyusun kebijakan publik dan perencanaan yang baik, melakukan modifikasi faktor bencana alam.  Pembiayaan operasional tersebut dilakukan Umar dari baitul mal dan pos kepemilikan negara dan umum.

Dalam sistem islam khalifah atau pemimpin mengajak rakyat merenungi kemaksiatan apa yang telah dilakukan sehingga Allah mendatangkan murkanya seraya bertaubat kepada Allah subahanahu wa ta’ala.[]

Comment