Penulis: Uci Riswahyu, S. Akun | Aktivis Dakwah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Dunia kembali menyaksikan peristiwa pahit yang menimpa kaum Muslim di Palestina dengan tragedi pilu yang tak kunjung berlalu. Belum hilang dalam ingatan duka saudara kita, kini kembali darah mengalir di bumi para nabi.
Lebih dari 250 warga Palestina tewas dalam 24 jam terakhir, termasuk wanita dan anak-anak akibat serangan udara Israel terhadap konvoi yang meninggalkan Kota Gaza seperti dikatakan pejabat kesehatan di daerah kantong yang terkepung.
Koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa ribuan warga sipil Palestina telah meninggalkan Gaza utara setelah mendapat peringatan dari Israel. Penembakan Israel menghantam sekelompok wartawan di Lebanon selatan, menewaskan seorang jurnalis Reuters dan melukai beberapa lainnya, termasuk dua dari Al Jazeera.
Laman tribun.com (14/10/2023) menulis, setidaknya 1.900 warga Palestina tewas dan 7.696 luka-luka dalam serangan udara Israel di Gaza.
Sebagai saudara seiman, sungguh peristiwa tersebut teramat menyayat hati seluruh umat Islam. Islam mengajarkan bahwa umat Islam bagaikan satu tubuh. Ketika ada bagian tubuh yang tersakiti, maka bagian tubuh yang lainnya juga merasakan sakit.
Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pertanyaannya adalah apa yang harus kita lakukan terhadap peristiwa keji ini? Apakah cukup dengan menangis dan berdo’a saja? Atau sekedar mengirimkan makanan dan obat – obatan?
Bantuan kemanusian yang diberikan memang dibutuhkan tapi tidaklah menjadi solusi untuk penyelesaian masalah pembantaian terhadap kaum muslim di Palestina.
Hal ini dibuktikan dengan krisis kemanusia yang terus berlangsung hingga saat ini. Krisis kemanusiaan masih tetap terjadi dan kaum muslim masih saja tersakiti. Tetesan air mata dari kita sungguh tidak dapat menghapus duka mereka. Do’a yang senantiasa kita panjatkan tidak cukup untuk menghilangkan derita mereka.
Dibutuhkan upaya nyata untuk menolong mereka lepas dari penjajah zionis. Hingga saat ini belum ada satupun penguasa negeri muslim yang mengambil tindakan nyata untuk melindungi kaum muslim di Palestina dengan mengirimkan bala tenntaranya.
Banyak di antara kita yang justru diam dengan seribu bahasa – seolah membiarkan derita Palestina menjadi sebuah tontonan drama yang penuh dengan deraian air mata. Sekat-sekat nasionalisme menjadi penghalang langkah mereka sehingga cukup mengandalkan solusi dari PBB semata dengan gencatan senjata.
Penyelesaian masalah Palestina bukan hanya dengan jalan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan, karena hal tersebut tidak menghasilkan solusi tuntas.
Hanya dengan pembebasan dari imperialis melalui kekuatan miliiter islam internasional di bawah satu komando khilafah yang mampu menyelamatkan Palestina dan kaum muslim di dunia.
Rasulullah Saw telah bersabda, “Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).
Oleh karena itu selain memberikaan bantuan logistik dan dukungan moril, yang lebih utama adalah berjuang membangun kekuatan Islam internasional yang dipimpin oleh seorang Khalifah.
Penimpin inilah yang akan memberi perintah kepada negeri-negeri muslim agar mengirimkan bala tentara demi melindungi kaum muslim di belahan dunia manapun.
Bila rasa sakit dan derita Gaza begitu menyayat luka, maka kita sejatinya berjuang dan berperan untuk mewujudkan persatuan umat internasional. Wallahu a’lam bish-shawab.[]
Comment