Penulis: Sri Astuti S.M | Guru dan Aktivis Muslimah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Baru baru ini viral tentang sejumlah anak yang melakukan cuci darah terutama di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pihak RSCM seperti ditulis detik.com sudah melakukan klarifikasi di mana tidak terjadi lonjakan terkait anak anak yang cuci darah secara nasional.
Konsultan nefrologi anak dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) mengatakan RSCM merupakan rumah sakit rujukan nasional yang memiliki layanan khusus cuci darah untuk anak. Pasiennya bukan hanya berasal dari Jakarta tetapi juga luar pulau Jawa. Karena tak semua rumah sakit memiliki layanan cuci darah, akhirnya banyak pasien yang merujuk ke RSCM.
Di sisi lain, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso sebagaimana ditulis cnnindonesia.com juga menegaskan tak ada laporan peningkatan kasus gagal ginjal pada anak terapi cuci darah pada anak sudah biasa dilakukan sejak lama.
Namun, tak semua terapi cuci darah pada anak dilakukan karena gaya hidup. Menurut Piprim, ada banyak penyebab seorang anak harus menjalani cuci darah.
Misalnya, kelainan bawaan pada ginjal dan saluran kemih yang telah dialami anak sejak lahir. Ada juga sindrom nefrotik yang memicu terjadinya gangguan pada ginjal.
Meski tak ada lonjakan anak penderita gagal ginjal yang berujung cuci darah, keberadaan kasus ini perlu menjadi perhatian karena sebagian kasus erat kaitannya dengan pola konsumsi yang salah atau tidak sehat, dan ini yang mendominasi faktor penyebab gagal ginjal.
Realita hari ini banyaknya produk berpemanis buatan atau alami yang merupakan produk industri makanan minuman di Indonesia. Sayangnya produk tersebut mengandung gula yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan dalam angka kecukupan gizi. Bahkan minuman susu yang dianggap baik oleh orang tua, ternyata mengandung banyak gula dan pemanis buatan.
Hampir seluruh jajanan anak-anak tidak layak dikonsumsi namun karena peredaran dan iklan yang begitu massif akhirnya membuat para orang tua hari ini sulit untuk mengawasi apa yang dikonsumsi anak-anak.
Dalam sistem kapitalisme, hal ini menjadi wajar di mana uang menjadi tujuan utama dari proses produksi. Kapitalisme tidak lagi melihat apakah makanan itu baik atau tidak untuk anak. Mereka hanya mencari keuntungan yang banyak. Siapapun bisa melakukan proses produksi asalkan mendapatkan izin produksi dari pemerintah.
Diperparah dengan proses perizinan yang kurang ketat, makanan dan minuman yang tidak thayyib akhirnya beredar.
Negara tidak boleh abai terhadap aspek kesehatan dan keamanan pangan anak. Perizinan harus sesuai dengan konsep makanan halal dan thayyib. Negara tidak boleh abai dalam menentukan standar keamanan pangan dan harus memberikan jaminan keberadaan makanan yang halal dan thayyib.
Makanan dan minuman dalam pandangan islam.
Makanan dan minuman yang beredar harus halal dan thayyib. Seluruh pihak bekerjasama menciptakan pangan yang halal dan thayyib. Tidak hanya menggapai materi sebanyak banyaknya dengan melupakan kesehatan masyarakat.
Negara juga mengontrol industri agar memenuhi ketentuan ketentuan yang telah ada dalam Islam. Untuk itu negara menyediakan tenaga ahli, melakukan pengawasan dan sanksi tegas bagi pihak yang melanggar aturan.
Negara juga melakukan edukasi terkait makanan halal dan thayyib melalui berbagai mekanisme dan sarana untuk mewujudkan kesadaran pangan yang halal dan thayyib kepada masyarakat. Wallahu ’alam.[]
Comment