RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Tersenyum merupakan bagian sunnah yang diwariskan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.
“Senyum itu ibadah”, begitu bunyi sebuah hadits. Demikian simpel ungkapan yang menjadi prinsip dan ajaran Nabi akhir zaman itu, namun cukup sulit diimplementasikan.
Senyum dan atau senyuman ternyata memberi dampak positif bagi orang di sekitar kita. Senyum membuat efek domino yang sangat positif terhadap seluruh rangkaian aktifitas seseorang.
Bahkan seorang Dale Carnagie, penulis buku motivasi berjudul How To Win Friends And Influenced People, yang terbit pertama kali tahun 1936 ini menjadikan senyum sebagai syarat membangun kepribadian kharismatis.
Dari sudut psikologi, tersenyun itu memberi dampak, internal dan eksternal.
Secara internal, senyum yang menjadi anjuran Nabi dan bagian ibadah kaum muslim ini, dapat menghancurkan rasa kecewa dan tidak senang yang kita alami.
Sementara dari sudut eksternal, senyum memberi dampak positif kepada orang yang kita berikan. Senyum menjadi preambule bagi seseorang untuk mendekat kepada si pemberi senyuman.
Oleh karena itulah seorang muslim harus menjadikan senyum ini sebagai sebuah aktifitas keseharian sehingga mendatangkan banyak keuntungan dan dampak positif bagi pekerjaan dan tugas yang diemban.
Namun, Dale Carnagie yang mengajarkan seni bicara di depan umum, public speaking ini mengatakan bahwa senyum bukan sesuatu yang Anda posisikan secara mekanis.
Senyum yang sebenarnya adalah ekspresi kita ke luar, yang melukiskan suasana hati kita.
Bersikap anggun dan mempesona mungkin saja dilakukan tanpa harus tersenyum.
Senyum sebagai rangkaian ibadah tentunya lebih memiliki power ketimbang senyum artificial.
Begitulah dahsyatnya senyum yang diajarkan baginda Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.
Senyum membawa efek positif dan menjadikan kita sebagai pribadi magnetis, yang dapat menarik orang lain untuk menerima kehadiran kita.[]
*Penerjemah buku 100 Moral Stories, Akramullah Syed, ditebitkan oleh IKADI
Comment