![]() |
Foto/harto/radarindonesianews.com |
RADARINDONESIANEWS.COM, Jakarta – Forum Nasional Jurnalis Indonesia (FNJI) menggelar diskusi Publik dengan tema Evaluasi Akhir Tahun, Pemilu di Tengah Menguatnya Polituk Identitas, Rakyat Untung Apa Untung? dilaksanakan di Hotel Cordela Kramat Raya Senen Jakarta Pusat pada Rabu (27/12/2018).
Hadir dalam diskusi tersebut Irjen Pol Dr. Gatot Eddy sebagai keynote speaker Pramono, MSI., selaku Kasatgas Nusantara Mabes Polri. Hadir juga para wartawan /i yang ada di Jabodetabek, wartawan FNJI dan aktifis ormas tertentu.
Irjen Pol Dr. Gatot Eddy Pramono, Msi., mengatakan bahwa,”Isu-isu yang sensitif seperti ras adalah suatu isu yang paling harus di waspadai dalam perkembangan informasi sekarang ini sebagai salah satu inflementasi dari pemilu yang akan kita hadapi di tahun 2019 nanti di mana masyarakat dihadapkan kepada situasi yang baru dengan masuk ke dalam TPS dengan memilih surat suara yang ada sebanyak 5 surat suara.
“Pemilu kita sekarang ini potensi kerawanan. Karena dalam internal partai antara caleg juga ada kerawanan merebutkan suara agar masuk dan menjadi anggota dewan,”tambah Gatot.
Para caleg akan mencari pendukung suaranya sebanyak mungkin, banyak cara asal jangan pake berita hoax, politik identitas, money politik, dan cara-cara yang keluar dari koridor. Akan menjadi calon terpilih yang terbaiklah yang menjadi anggota yang terpilih dengan cara terbaik pula.
Analisa kerawanan pemilu 2019 dimana Pileg dan Pilpres diselenggarakan serentak dengan parlementary threshold 4 % Parpol bersaing keras merebut suara dalam pileg dan pilpres.
Politik identitas/politisasi SARA, pemanfaatan isu-isu yang dapat memecah belah, black campaign & negative campaign, hoax, ujaran kebencian dll.
“Maka kita harus bersinergi dengan seluruh elemen semisal dengan organisasi-organisasi masyarakat, kepemudaan dan juga kepada media konvesional juga media sosial yang ada maka terjalin kondisi yang kondusif dalam pemilu mendatang tahun 2019,” harap Gatot.
Bang Adnan selaku ketua umum FNJI dalam sambutannya mengatakan, “Adapun kegiatan ini diadakan dimana masyarakat resah akan negara kita, yang akhir-akhir ini saling mencela menjelekkan, ini juga terjadi politik identitas mengalami radikalisme/ penguatan, apalagi ada berita hoax dan adanya berita yang diterima masyarakat tanpa filter lagi.
Makanya disini kita bersama – sama untuk berdiskusi agar berita yang disampaikan ke masyarakat harus berdasarkan fakta/nyata dan tidak hoax.
Irjen Polisi Dr. Gatot Eddy Pramono, MSi juga memaparkan bahwa sudah saatnya para awak media datang ke Polda (Polres/Polsek) yang ada di 34 provinsi di Indonesia ketemu bagian humas berkerja-sama untuk menangkal berita hoax/ ujar kebencian. Berita harus mulai mengangkat menguatnya Politik identitas.
Sejak tahun 1908 kita berdiri dengan kesepakatan, dan seiring dengan waktu negara kita menjalani perubahan-perubahan yang dibuat lambat laun akan terlihat.
Dahulu Pemilu kita dilaksanakan secara tidak langsung dan sekarang telah menjadi langsung. Saat ini saya mau mengajak para awak media agar tidak menyebarkan berita hoax dan membuat ujaran kebencian misalnya menerbitkan issue SARA.
Sebelum negara kita berdiri, para pendiri bangsa sejak tahun 1908 sudah bersepakat di bidang sosial, ekonomi, budaya, politik untuk bersama sama membuat NKRI menjadi negara yang kuat.
Nilai nilai kebangsaan / kebersamaan terus dipertahankan hingga tahun 1928 (dikenal dengan Sumpah Pemuda). Tahun 2050 diprediksi ahli ekonomi bahwa Indonesia termasuk negara ke-4 terkuat ekonominya setelah negara Cina, Amerika, dan India.
Indonesia memiliki 715 suku bangsa di Indonesia, dimana 117 juta penduduk Indonesia memakai alat HP digital/ dan menggunakan internet ini dapat menimbulkan berita- berita hoax. Kita harus menempatkan media sebagai Pilar Ke – 4,.Media harus menciptakan cooling system bersama TNI/ Polri. Karena kita mempunyai visi untuk menjaga negara kesatuan Republi, pungkasnya.(hrt)
Comment