RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari dan seterusnya hingga tahun pun ikut berganti. Jika kita mengkonversikan tahun menjadi detik maka kita dapati deretan angka yang cukup banyak namun angka tersebut bukanlah tolak ukur untuk menyatakan waktu berjalan cepat atau lambat, karena waktu bersifat relatif.
Sesuatu yang pasti adalah setiap detik waktu yang terlewat tidak akan bisa kita ulang kembali. Hal tersebut yang menjadikan waktu suatu perkara penting dan mendasar.
Dalam islam sendiri waktu itu sangat spesial. Bahkan Allah bersumpah atas waktu dengan beberapa kata yang berbeda. Salah satunya adalah firman Allah dalam Quran Surah Al-Asr.
“Demi masa. Sesungguhnya, manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-‘Ashar [103] : 1-3).
Sejatinya seorang muslim mengetahui bahwa yang menciptakan waktu adalah Allah. Tak ada sesuatu yang dapat mempengaruhi, memutarbalikan, bahkan menghentikan waktu kecuali Allah satu–satunya.
Kita tidak bisa mengibaratkan waktu adalah uang sebagaimana yang sering kita dengar. Kita tidak bisa menstandarkan waktu yang begitu berharga dengan standar yang paling rendah yaitu uang.
Jika kita kehilangan uang maka akan ada cara lain untuk mendapatkannya kembali, namun tidak dengan waktu. Jika terlewat, maka tak ada kesempatan untuk meraihnya lagi. Maka istilah yang lebih pas untuk mengibaratkan waktu yaitu laksana pedang.
Jika pedang tersebut tidak digunakan dengan baik maka pedang tersebutlah yang akan menebas kita. Maksudnya, jika kita mampu memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar menghasilkan amal sholeh maka waktu tersebut akan menyelamatkan kita, namun jika kita melalaikan waktu yang Allah berikan maka hal itu yang akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.
Begitu penting dan berharganya waktu sehingga kita perlu memanfaatkan dan mengatur waktu sebaik mungkin.
Namun masih banyak yang bingung dan tidak tahu bagaimana cara memanajemen waktu yang efektif sehingga kebanyakan malah menjadi lalai akan waktu luang yang dimilikinya.
Untuk itu maka pertama kita harus memiliki sesuatu yang mampu memecut kita untuk memanajemen waktu. Pemecut tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah mengingat si pemutus waktu, yang kita kenal dengan sebutan ajal.
Karena kita tidak tahu kapan ajal itu datang, maka hal ini yang menjadikan manusia beriman untuk senantiasa memanfaatkan waktunya di dunia sebelum Allah menghentikan waktu dunia tersebut.
Sehebat apapun kita memiliki ilmu manajemen waktu, apabila tidak mengimani ajal akan datang kapan saja, maka semuanya akan sia-sia.
Seorang sahabat pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah mukmin yang paling cerdas?” Rasulullah lalu menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati, dan yang paling baik dalam mempersiapkan kematian, itulah orang yang paling cerdas.” (H.R. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsami)
Selanjutnya setelah senantiasa mengingat kematian sebagai pemecut untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin, ada konsep dasar manajemen waktu yang bisa diterapkan yakni planning, organizing, actuating, dan controlling.
Planning, yaitu merencanakan aktivitas apa saja yang akan dilakukan dalam waktu-waktu tertentu. Perencanaan ini bisa menjadi sebuah acuan agar tidak bingung harus melakukan apa. Karena kebanyakan orang yang ingin produktif menghadapi waktunya dengan kebingungan akan aktivitas apa yang seharusnya dilakukan.
Kemungkinan kaum rebahan adalah orang yang tidak memiliki planning dikala memiliki nikmat waktu luang yang Allah berikan. Sehingga waktu yang dihabiskannya menjadi sangat sia-sia.
Organizing, atau pengorganisasian. Maksudnya adalah mengelompokan aktivitas-aktivitas yang tadi sudah direncanakan. Mana aktivitas yang wajib, sunnah, dan mubah.
Mana yang mendesak dan tidak mendesak. Mana yang bisa dikerjakan sendiri dan mana yang harus dibantu orang lain. Setelah dikelompokkan, maka aturlah waktu yang tepat untuk mengerjakan semua aktivitas tersebut.
Actuating, action! Lakukan! Semua rencana dan pengorganisasian akan sia-sia jika tidak dilakukan. Jangan lupa membenahi niat untuk selalu ikhlas karena Allah, agar setiap sesuatu yang dilakukan tidaklah ‘kosong’. Perlu diketahui untuk menjadikan kegiatan ini tidak putus dalam satu dua hari saja, maka repetition atau pengulangan action itu sangatlah penting agar menjadikannya sebuah kebiasaan.
Setelah semua langkah itu dilakukan, maka step terakhir yaitu controlling. Manajemen waktu diatas tidak hanya dibiarkan mengalir begitu saja tanpa pengontrolan atau memuhasabahi setiap aktivitas yang dilakukan tadi.
Muhasabah di sini berarti melakukan perhitungan terhadap apa yang kita lakukan. Apakah sejalan atau malah bertentangan dengan syariat. Segalanya kita kembalikan pada sudut pandang syara’ sebagai controlling terbaik yang dapat menyelamatkan umat manusia.
Begitulah kiranya konsep manajemen waktu agar kita terutama kaum muslimin lebih menghargai waktu yang Allah berikan.
Kehilangan waktu untuk hal yang sia-sia bukan hanya sebuah kerugian bagi kita, melainkan hal yang berbahaya dan genting bagi kehidupan dunia akhirat kita.Wallahualam bi Ash shawab.[]
*Mahasiswi
Comment