Oleh : Irohima, Guru
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Saat harga sejumlah komoditas bahan pokok melambung tak terkira, saat itulah dunia para Emak sedang tidak baik-baik saja. Meski mereka menyiasati belanja dengan berbagai cara, tetap saja pada akhirnya kebutuhan tak pernah sejalan dengan rupiah yang dipunya. Tapi bagaimana lagi, kalau kenaikan ini adalah fenomena yang akan selalu ada di setiap menjelang bulan puasa dan juga hari besar agama ? hm…memang serba salah.
Cabai, minyak goreng, gula pasir, dan daging ayam adalah sejumlah komoditi yang telah mengalami kenaikan saat 20 hari menjelang Ramadhan. Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga cabai merah besar yang sebelumnya berkisar sekitar Rp 36.250/kg kini menjadi Rp 42.200/kg, cabai rawit hijau sebelumnya Rp 42.600 kini naik menjadi Rp 48.700, kisaran cabai rawit merah sebelum menjadi Rp 65.950/kg adalah Rp 54.800/kg.
Sementara itu harga minyak goreng bermerek pun tak mau ketinggalan, jika sebelumnya berada di kisaran Rp 20.100 kini naik hingga Rp 21.750/kg. Harga gula pasir yang sebelumnya Rp 15.850/kg kini menjadi Rp 15.900/kg. Disisi lain harga ayam ras segar yang biasanya berada di angka Rp 34.100/kg kini menyentuh angka Rp 33.800/kg ( katadata.co.id, 3/3/2023 ).
Ramadhan adalah bulan suci yang paling dinanti-nanti, namun sayang bulan suci ini kerap kali diikuti oleh fenomena naiknya harga kebutuhan pokok yang seolah menjadi tradisi. Akibatnya masyarakat tak hanya bersuka cita dalam menyambut puasa namun juga gelisah dan susah mencukupi kebutuhannya. Rakyat tak henti-hentinya menghadapi situasi harga yang selalu bergejolak, langkanya barang hingga kecurangan oknum yang menimbun barang atau memonopoli perdagangan barang tertentu.
Permintaan yang tinggi dan tidak diimbangi oleh persediaan yang cukup, kerap dijadikan salah satu alasan naiknya harga komoditas barang. Masalah produksi hingga cuaca alam juga tak pernah lupa dijadikan sebagai alasan, padahal permasalahan ini harusnya sudah bisa diantisipasi dan bisa teratasi mengingat hampir setiap tahun kita selalu mengalami gelombang pasar yang naik turun dan berkutat dengan persoalan yang sama.
Abdullah Mansuri sebagai Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia juga menilai bahwa kenaikan harga pangan saat ini bukan karena permintaan yang tinggi menjelang Ramadhan tetapi lebih disebabkan karena manajemen pangan yang belum baik. Bisa dilihat dari fakta harga yang naik lebih dulu bahkan sejak awal 2023 padahal permintaan belum tinggi ( Beritasatu.com ).
Pada sebuah penelitian di tahun 2017 dilaporkan tentang beberapa faktor penyebab kenaikan harga menjelang bulan Ramadhan. Yaitu hukum permintaan dan penawaran, penimbunan barang, terganggunya kinerja pasokan dan naiknya gaya hidup yang lebih konsumtif.
Dalam sistem kapitalisme, prioritas utama dalam hidup adalah meraih materi sebanyak-banyaknya tanpa peduli akan dampak buruk dan merugikan orang banyak, hal-hal seperti pelaku pasar yang menimbun barang dan menjadikan gaya hidup masyarakat yang konsumtif sebagai peluang menaikkan harga hingga setinggi langit adalah hal yang lumrah dan legal.
Sungguh sistem kapitalisme telah melahirkan orang-orang yang egois, invidualistis dan materialistis. Sistem ini juga begitu kejam, di mana sebagian orang meraih keuntungan di atas penderitaan yang lainnya.
Sistem ini juga menjadikan negara sebagai institusi pelindung rakyat menjadi mandul. Perannya yang harus mengedepankan kepentingan rakyat menjadi teramputasi oleh berbagai kepentingan korporasi.
Ini adalah bukti bahwa kenaikan harga yang menjadi tradisi adalah kegagalan hakiki negara sebagai sebuah institusi dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan yang cukup bagi rakyatnya.
Dalam Islam, negara akan menjalankan perannya sebagai periayah yang mengurusi seluruh urusan kemaslahatan umat secara totalitas, termasuk urusan pangan. Islam memandang bahwa pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang wajib dipenuhi. Maka dari itu pemerintahan dalam Islam akan mengatur berbagai aspek dalam upaya pemenuhan pangan.
Pemerintahan dalam Islam akan begitu ketat melakukan pengawasan mulai dari produksi, distribusi hingga penentuan harga barang di pasar. Pemerintah juga akan menindak keras pelaku penimbunan, monopoli, dan penipuan.
Hanya dengan Islam, meroketnya harga barang bisa diatasi. Kesejahteraan rakyat juga bisa diraih. Dengan menerapkan aturan Allah Ta’ala sajalah, Ramadhan akan kita sambut dengan penuh sukacita tanpa diguncang prahara kenaikan harga. Wallahualam bis shawab.[]
Comment