Oleh : Risma Febrianti, Guru
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Ramai, Citayam Fashion Week jadi sorotan akhir-akhir ini. Mulai dari masyarakat biasa yang notabene para remaja hingga kalangan artis ternama pun ikut memeriahkan fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat.
Pencetus Citayam Fashion Week adalah Abdul Sofi Allail atau Ale (19), merupakan seorang pegawai swasta yang bekerja sebagai digital marketing, kreator konten, sekaligus model freelance.
Ale sendiri, mengadakan acara tersebut awalnya hanya iseng. Karena melihat antusiasme remaja yang nongkrong di Sudirman sangat tinggi, lalu ia membuat “catwalk” dengan mengajak teman-temannya.
“Fashion week kan ada runaway jadi aku cetusin (coba) jalan di situ, eh ramai dan mereka appreciate aku banget. Akhirnya aku coba tarik lagi teman-teman aku yang berpakaian beda,” ujarnya.
Diketahui, seperti ditulis kompas.com, Citayam Fashion Week pertama kali digelar pada Sabtu malam (16/7/2022) dan banyak remaja yang meramaikan acara tersebut.
Karakteristik Citayam Fashion Week adalah hadirnya para remaja dari berbagai tempat, yaitu dari Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok alias SCBD yang seharusnya berarti Sudirman Central Business Districk.
Mereka berpenampilan layaknya model yang tampil di atas panggung catwalk. Gaya yang nyentrik dengan modal yang seadanya sehingga mereka memiliki perhatian khusus dari masyarakat Indonesia. Biasanya Citayam Fashion Week bisa sampai pada larut malam.
Tak mau kalah atau sekadar penasaran, sederet artis bahkan model jebolan Asian Next Model turut hadir di Citayam Fashion Week. Mereka bergaya dan melakukan catwalk di zebra cross bersama pemuda yang ada di Citayam Fashion Week ini.
Mereka membagikan momen tersebut di sosial media pribadi mereka bahkan dijadikan konten di kanal YouTube mereka.
Hal ini menjadi keuntungan tersendiri karena viewers dan like yang melimpah bagi mereka. Apresiasi dari kalangan atas turut hadir bagi pegiat Citayam ini, seperti Sandiaga Uno yang hendak memberi beasiswa kepada “artis” Citayam yang bernama Roy, namun Roy menolak dengan alasan ia hanya ingin fokus untuk berkonten.
Bagai dua bilah pisau, satu sisi bagi mereka yang mengusung asas kebebasan adalah aktivitas positif yang harus diapresiasi bahkan kalau perlu diberikan wadah atau ruang untuk pegiat Citayam Fashion Week ini.
Begitupun, dengan para pengusung kapitalisme yang melihat fenomena ini sebagai pasar besar bagi mereka. Karena pegiat Citayam Fashion Week yang notabene para remaja dengan semangat menggelora untuk terkenal atau eksis di kancah hiburan Indonesia, mereka harus merogoh lebih dalam uang saku untuk menunjang style mereka dan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Satu sisi lainnya, remaja atau pemuda adalah calon penerus bangsa, pemimpin, dan agen dalam melakukan sebuah perubahan. Masa, dimana energi mereka seharusnya diarahkan kepada hal positif, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Hingga mereka mengerti bagaimana seharusnya mereka bersikap, survive, dan jiwa juang di dalam diri tertanam untuk menolong dan membantu sesama.
Berkaca pada pemuda tempo dulu, sebut saja Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur saat menjalankan tugas semasa perang Indonesia-Belanda di Sumatera, yaitu ketika ditugaskan membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari Thailand. Beliau gugur pada usia 25 tahun, dan atas dedikasinya kini nama diabadikan sebagai nama bandar udara Halim Perdanakusuma, Jakarta dan kapal perang KRI Abdul Halim Perdanakusuma.
Satu lagi tokoh pemuda pejuang nasional beliau adalah I Gusti Ngurah Rai (30 Tahun, beliau gugur dalam Pertempuran Margarana. Ngurah Rai kini disemayamkan di Marga, Bali.
Pada 9 Agustus 1975, ia pun dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keppres No. 063/TK/TH 1975. Tak hanya itu, namanya kini diabadikan sebagai nama bandar udara di Bali.
Pemuda pada masa keislaman pun tak kalah banyak yang berjuang demi sebuah peradaban mulia, sebut saja Muhammad Al-Fatih. Pada usianya Yang baru 22 tahun, belisu dapat menaklukkan Konstantinopel, dengan kegigihan dan ketakwaannya terhadap Allah.
Lalu, ada Al-Arqam bin Abil Arqam. Pada usia 16 tahun menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasulullah selama 13 tahun lamanya. Dan masih banyak tokoh Indonesia yang berjasa dan tokoh Islam yang cemerlang lagi membawa pengaruh besar bagi kehidupan.
Pemuda hebat, mereka hadir pada kondisi gelora, semangat juang yang tinggi serta memiliki visi dan misi. Mereka rela waktu tidur tersita demi perjuangan bahkan nyawa pun sebagai taruhannya.
Kondisi yang berkebalikan dengan sekarang, pemuda disuguhkan dengan keindahan dunia, serunya nongkrong sampai larut malam tanpa aturan, konsumtif demi sebuah eksistensi di tengah masyarakat, hidup jadi tak terarah. Mereka hanya mendapatkan kebahagiaan semu, motivasi yang selalu mengikuti trend bangsa barat saja.
Perlu kesadaran dari pihak keluarga dalam upaya mengontrol masa depan anak-anaknya dengan diajarkan keimanan dan akhlak yang mulia. Begitu pun dengan kontrol masyarakat juga dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup sesuai dengan norma-norma yang sudah ada.
Tak kalah penting, peran negara sangat diperlukan dalam kaitan membuat sebuah peraturan, kebiasaan yang mengarah kepada keimanan dan akhlak yang baik dan memfasilitasi pemuda bahkan masyarakat Indonesia untuk mewujudkan setiap cita-cita mereka, demi generasi cemerlang ke depan.Wallahu ‘alam bissawab. [ ]
Comment