Erlina YD, S.Hut*: Mengatasi Fenomena Miris Remaja

Berita437 Views
 Erlina YD, S.Hut
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Sedih, miris, marah, bahkan jijik dan segala rasa bercampur aduk saat mencuat berita remaja kecanduan air rebusan pembalut di Jawa Tengah. Bagaimana tidak jijik, bahkan sebagian dari mereka menggunakan pembalut bekas pakai untuk direbus dan air rebusannya mereka minum. Tidak habis pikir dan benar-benar membuat mual tindakan mereka itu. 
Berdasarkan temuan Kepala Bidang Pemberantasan BNNP Jateng, Ajun Komisaris Besar Polisi Suprinarto di Semarang (8 November 2018), kasus penyimpangan itu banyak ditemukan di wilayah pinggiran Jawa Tengah, seperti halnya Purwodadi, Kudus, Pati, Rembang serta Kota Semarang bagian timur. Ironisnya, rata-rata penggunanya adalah remaja usia 13-16 tahun.
Remaja-remaja tersebut yang semuanya berjenis kelamin laki-laki merasa ‘high’ atau istilah lainnya ‘ngefly’ usai minum rebusan pembalut terbebut. 
Dalam detik.com (07-11-2018) dr. Hari Nugroho, Institute of Mental Health Addiction And Neurosience (IMAN) menjelaskan bahwa fenomena ini sebenarnya memang sudah lama. Beberapa tahun silam, semisal di tahun 2016, juga sudah marak kabar mengenai remaja yang mabuk dengan rebusan pembalut atau popok bayi. Dijelaskan pula oleh dr. Hari bahwa di pembalut ada beberapa zat kimia tertentu mulai dari chlorine sampai turunan alkohol tergantung merk pembalutnya. Chlorine (klorin), alkohol, dan chloroform (kloroform) inilah yang kemungkinan membuat remaja-remaja tersebut ‘high’. Walaupun bisa saja ada tambahan zat lain saat merebus pembalut untuk menciptakan efek yang sedemikian rupa. 
Menurut Komisioner KPAI bidang Kesehatan dan Napza, Sitty Hikmawatty, sebenarnya kasus ini bukan kasus baru. Perilaku remaja yang mencari alternatif zat untuk nge-fly, tenang, ataupun gembira berasal dari coba-coba. Dari satu bahan, para remaja ini bisa meramu bahan lain demi bisa nge-fly.
Biasanya para remaja senang mencoba-coba hal-hal baru. Apalagi diketahui kasus remaja meminum rebusan air pembalut ini adalah anak jalanan (anjal) yang banyak terpapar zat-zat adiktif semacam psikotropika. Karena harga narkoba semakin mahal dan mereka tidak bisa menjangkaunya, maka mereka mencari alternatif lain yang lebih murah. Dari hasil penelusuran melalui internet, membuat remaja semakin ‘kreatif’ meramu racikan baru. Namun sayang kreatifitasnya berbahaya dan semakin menjerumuskan mereka ke hal-hal yang merusak akal.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise sendiri telah menerjukan satgas-satgas ke lokasi untuk melakukan pemdampingan terkait kasus mabuk air rebusan pembalut ini. Menteri Yohana menyatakan bahwa hal ini sangat menghancurkan masa depan generasi muda bangsa dan negara.
Langkah Pencegahan dan Mengatasi Remaja Kecanduan 
Tentu semua kita sepakat, bahwa perilaku remaja seperti ini tidak patut dan harus segera dicari akar permasalahannya sehingga mendapatkan solusi yang tepat. Selain itu harus ada langkah pencegahan sehingga tidak ditiru remaja-remaja lain. Jika remaja tersebut sudah kecanduan, maka langkah pertama adalah segera lakukan rehabilitasi tergantung tingkat kecanduannya. Jauhkan mereka dari pencetus kecanduannya dan alihkan mereka dengan kegiatan-kegiatan positif. Langah kedua adalah perlu adanya penanaman akidah Islam yang kuat untuk menjadi benteng sehingga mereka tidak terjerumus ke hal-hal negatif. 
Langkah ketiga, menguatkan peran keluarga. Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan perlindungan anak. Dalam hal ini orang tua bertanggung jawab untuk menjaga, mengawasi dan mendidik anak-anak agar jangan sampai melakukan hal yang salah dan menyimpang. 
Langkah keempat, masyarakat juga perlu ikut mengawasi dan mengajak remaja pada kegiatan-kegiatan positif.
Langkah terakhir adalah perlindungan negara atas keberlangsungan generasi penerus. Peran negara sangatlah penting dalam menjaga kualitas generasi khususnya remaja sebagai generasi penerus dan pembangun bangsa. Negara bisa memberi sanksi bagi pelaku yang kecanduan barang-barang haram serta memberikan pembinaan baik di sekolah maupun di luar sekolah agar remaja bisa terhindar dari perbuatan ini. Para pengedar narkoba juga harus diberikan ganjaran sanksi yang berat. Jika semuanya bersinergi maka remaja akan terjaga dan tidak terjerumus pada perilaku menyimpang.

*Founder Komunitas Muslimah Peduli Generasi, Member Revowriter Brebes

Comment