Encu Inqilabi*: Mimpi Buruk Kota Roma

Opini740 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Panas terik membakar tubuh kaum Muslim ketika menggali parit sejauh 8 km di selatan Madinah pada tahun 5 hijriyah. Kala itu, pasukan kaum Muslimin berjumlah 3.000 pasukan siap melawan 10.000 pasukan musuh. Sebelum berlangsungnya peperangan, Rasulullah dan para sahabat mengatur strategi perang, lalu munculah Salman Al-farisi yang kemudian memberi ide untuk menggali parit.

Saat sedang menggali parit, terdapat bongkahan batu keras dan besar yang tidak satupun sahabat mampu menghancurkan, Salman memberitahukannya pada Rasulullah SAW.

Rasulullah mengayunkan kapaknya sebanyak 3 kali, setiap ayunan disambut dengan takbir dan diikuti kilatan cahaya, seorang sahabat bertanya “Kenapa engkau bertakbir dan apa kilatan sinar yang kami lihat tadi?” Rasulullah SAW menjawab Sinar yang pertama, Allah akan menaklukkan Yaman untukku, sinar kedua, Allah akan menaklukkan Syam dan negeri (barat; Romawi) untukku, Sedangkan sinar ketiga, Allah menaklukkan negeri (timur; Persia) untukku.

Tatkala lelah menghampiri sahabat saat dalam proses penggalian parit, mereka pun beristirahat. Saat itu sahabat bertanya pada Rasulullah “Ya Rasulullah, yang mana akan kita taklukkan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” Rasulullah menjawab dengan sangat jelas “Kotanya Heraklius akan di-futuh (dibuka) terlebih dahulu (Konstantinopel)

Bisyarah atau kabar gembira dari Allah dan Rasul-Nya adalah milik kaum Muslimin dan merekalah yang meyakininya, Rasulullah kembali menegaskan “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” ( HR Bukhari, Ahmad, dan Al- Hakim).

Dari sejak Bisyarah ini di ucapkan oleh Rasulullah SAW, para shahabat-tabiin-tabiut tabiin berlomba dalam mencapai gelar mulia ‘Al-Fatih’ (sang penakluk). Tercatat Abu Ayyub sang pemegang bendera perang nabi (80th), Yazid bin Muawiyah, Maslamah bin Abdul Malik (Khilafah Umayyah). Harun Al-Rasyid, Sultan Beyazid, Sultan Murad II (Khilafah Abbasiyyah), mereka semua berupaya keras menaklukan Konstantinopel.

Namun usaha mereka gagal karena kuatnya ketahanan musuh.

Konstantipel merupakan kota termegah yang dibangun oleh kaisar Konstantin tahun 330 M dan menjadi ibukota terkuat Kerajaan Byzantium (Romawi timur). Pada tahun 1432, sebuah komet melintas di atas langit Konstantinopel, seluruh masyarakat Konstantinopel yang mayoritasnya beragama Kristen Ortodoks mengaggap bahwa itu sebagai pertanda jatuhnya Konstantinopel, pada tanggal 30 Maret 1432, di sebuah istana di kota Edirne, Sultan Murad II menantikan kelahiran putra ketiganya seraya membaca ayat suci Al-qur’an.

Sang sultan membaca Surah Al-fath yang didalamanya berisi janji dari Allah berupa kemenangan kaum mu’minin atas orang-orang kafir. Dialah M.Al-Fatih, putra dari pasangan Sultan Murad II dengan Turki Hatun binti Abdullah itu menjadi jawaban atas Sabda Rasulullah SAW yang selama lebih dari 800 tahun telah diperjuangkan oleh kaum Muslimin.

Ayahnya, Sultan Murad II memiliki perhatian besar terhadap pendidikan putranya, Muhammad di titip kepada Syeikh Aq Syamsudin yang menjadi gurunya oleh Sultan Murad II, sehingga Muhammad kecil mampu menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Qur’an, hafal hadits, memahami ilmu hukum, mempelajari matematika, astronomi, dan strategi perang.

Bahkan pada usia 21 tahun, Muhammad sangat fasih berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani. Muhammad diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H atau 7 Febuari 1451 M dalam usia yang masih sangat muda. langkah pertama yang diambil adalah mewujudkan Bisyarah Rosulullah SAW, yakni takluknya Konstantinopel.

Sultan M. Al-Fatih mengirim surat kepada penguasa Bizantium yang berisi ajakan untuk masuk Islam atau menyerahkan Konstantinopel secara damai. Perang menjadi pilihan terakhir. Akan tetapi, penguasa kota itu Constantine Paleologus menolak seruan dakwah dan berkukuh tidak mau menyerahkan Konstantinopel ke tangan Umat Islam. Paleologus lebih memilih jalan perang.

Pasukan tentara Bizantium dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa, siap menghadapi meriam-meriam tercanggih dan 130 ribu tentara Muslim. Lantaran tawarannya ditolak, Sultan ketujuh dari Kerajaan Turki Usmani itu pun mulai mengobarkan semangat jihad dan gendera perang pun dimulai.

Gema takbir terus membahana seiring derasnya serangan yang dilancarkan pasukan Sultan Mehmed  begitu orang Barat menyebutnya ke benteng Bizantium yang kokoh. Pertempuran hebat pun meletus.

Kerajaan Ottoman dengan strategi, teknologi perang, serta kepemimpinan militer yang tangguh dan 130 ribu pasukan akhirnya berhasil membungkam kepongahan Bizantium.

Setelah 53 hari berjibaku angkat senjata, dengan semangat jihad, pasukan Sultan Muhammad akhirnya berhasil menguasai Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453 bertepatan saat fajar 20 Jumadil Awwal 857 H, Setelah pengepungan hampir dua bulan, sejak 26 Rabiul Awal. Penaklukan ini menjadi bukti dari bisyarah Rasulullah SAW, ‘Sungguh Konstantinopel pasti ditaklukkan, maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin penaklukan itu dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu’,”

Sekarang, setelah janji Rasulullah direalisasikan oleh Muhammad Al Fatih. Masih ada tiga kabar gembira Rasulullah Saw yang akan terealisir, sebagaimana yang pertama. Setelah penaklukan Konstantinopel, Roma pun akan ditaklukkan, kemudian kembalinya al-Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah, perang terhadap Yahudi dan kekalahan mereka secara telak.

Syekh Aq Syamsudin sebagai Mursyid Murabbinya Muhammad Al Fatih, selalu menyampaikan janji Rasulullah tentang penaklukan Kontantinopel. Dan Muhammad Al Fatih memahaminya dengan baik. Sehingga ia melayakkan diri untuk menjadi pemimpin pasukan terbaik.

Syekh Aq Syamsudin mengatakan kepada muridnya, ketika Rasul menyampaikan hadis ini, hati para sahabat betul-betul meyakini Konstantinopel sudah takluk. Tinggal bagaimana usaha mewujudkan hal tersebut.

Para sahabat tidak mencukupkan diri pada amalan hati, tapi melaksanakan amal yang sebanding, sehingga Bisyarah Rasulullah terwujud dengan jatuhnya Konstantinopel ke tangan kaum Muslimin.

Di tengah sistem kehidupan yang bermasalah akibat kapitalisme dan sekularisme, maka umat harus menyegerakan kewajiban untuk mewujudkan kembali kabar gembira Rasullah yakni menaklukan kota kedua setelah Heraklius (Konstantinopel) yaitu Roma.

Karena itu, pilihan hanya ada dua, berada dalam dakwah menyerukan Islam di muka bumi sampai tegakknya kembali Daulah Khilafah, atau berhadapan dengan perjuangan ini.

Karena tidak ada pilihan diam. Mereka yang mendiamkan, akan dilibas oleh penjajahan ekonomi dan politik yang kini sedang berjalan.[]

*Pemerhati remaja Gayo

Comment