Eksistensi dan Kemuliaan Anak Antara Islam dan Kapitalis Liberal

Opini730 Views

 

 

Oleh: Zahrotun Nurul, S.Pd, Aktivis Muslimah

_________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Peringatan hari anak tahun ini masih membawa segudang PR bagi pemerintah. Kehidupan anak di negeri ini masih jauh dari kata terlindungi. Harapan terlahir generasi sehat, cerdas, beriman dan berakhlak karimah pun masih menemui banyak tantangan.

Angka kekerasan pada perempuan dan anak terus mengalami pertambahan. Berdasarkan data real-time KemenPPPA melalui laman resminya, dari 1 Januari 2022 hingga saat ini saja, terdapat 12.933 jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak (23/7/22, Jabodetabek.pikiran-rakyat.com).

Baru-baru ini ditemukan kasus kekerasan anak di media sosial yang berujung pada depresi di media sosial. Perundungan pun dilakukan oleh teman sebayanya.

Pelaku kekerasan anak bisa dari teman, orang dewasa, guru, bahkan keluarga dan orang tua sendiri. Sungguh miris melihat kondisi ini, anak tidak memiliki tempat yang aman bahkan di rumah sendiri.

Dalam kehidupan kapitalis liberal ini manusia melakukan apapun sekehendak nafsu diri. Sehingga anak-anak menjadi korban karena mereka adalah pihak yang lemah.

Harapan memiliki generasi yang sehat juga masih menjadi hal yang harus terus diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat. Pasalnya Indonesia masih memiliki angka prevalensi stunting cukup tinggi, yaitu 24,4 persen dan masih di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen. Hal ini dikarenakan tingginya angka anemia dan kurang gizi pada remaja putri sebelum nikah sehingga pada saat hamil menghasilkan anak stunting (24/7/22, paudpedia.kemendikbud.go.id).

Faktor ekonomi, kurangnya edukasi dan kesadaran diri, serta faskes yang kurang memadai menjadi faktor terjadinya kondisi ini. Ekonomi yang masih jauh dari kata sejahtera membuat kesehatan belum mampu diperoleh oleh semua kalangan. Makanan bergizi juga tidak semua orang mampu mendapatkannya sehingga angka stunting semakin meningkat.

Harapan melahirkan generasi cerdas, beriman, dan berakhlak karimah juga terbentur dengan masalah pendidikan. Masih banyak anak yang belum memperoleh pendidikan. Jika pun mendapat pendidikan, tidak semua anak mampu mendapatkan pendidikan terbaik terlebih anak-anak yang tinggal di pinggiran.

Ekonomi menjadi faktor pengganjal pendidikan negeri ini. Anak-anak banyak yang putus sekolah karena faktor ekonomi. Bahkan ada yang memutuskan tidak bersekolah karena membantu perekonomian keluarga.

Keimanan dan ketaatan anak-anak pun terus tergerus dengan masuknya ide sekulerisme ala barat yang mengesampingkan agama dalam pembuatan aturan kehidupan. Kebahagiaan hanya diukur dengan pencapaian materi semata. Semakin jauh dari ketaatan dan mengagungkan kebebasan sehingga agama hanya sekedar identitas di KTP saja.

Alhasil muncul generasi yang pintar memperoleh uang tapi tidak memiliki sopan santun dalam kehidupan, melakukan seks bebas, gila eksistensi di dunia maya dan nyata, pecandu narkoba dan konten porno, bahkan menjadi pelaku kejahatan.

Kondisi ini pastilah sangat berbeda jika Islam diterapkan secara sempurna dalam kehidupan. Aturan Islam yang paripurna dan komprehensif mampu menjadi solusi bagi setiap permasalahan asalkan diterapkan secara menyeluruh termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Islam berpandangan anak adalah generasi yang harus dilindungi, diurus, diberi pendidikan sebaik mungkin. Saat orang tua mampu membangun pribadi menjadi anak yang sholeh dan sholehah maka anak akan menjadi amal jariyah mereka di akhirat nanti.

Anak juga merupakan calon pemimpin masa depan yang akan melanjutkan estafet perjuangan dakwah Islam dan menegakkan agama Islam sehingga harus diberi pendidikan terbaik dan dijaga dalam kondisi keimanan dan ketaatan.

Selain itu anak-anak harus diupayakan tumbuh dalam kondisi sehat karena Allah menyukai hambaNya yang kuat salah satunya kuat secara fisik. Oleh karena itu, negara dalam konteks islam akan memberikan pendidikan dan kesehatan secara gratis dan memastikan semua anak mampu mendapatkannya.

Seluruh media akan digunakan untuk syi’ar Islam. Seluruh ide-ide yang bertentangan dengan ide Islam akan dilarang, seperti ide kebebasan. Tontonan yang melanggar syari’at pun akan dilarang keras seperti tontonan yang mengajak pacaran atau mengandung konten porno.

Saat pendidikan dan media sesuai dengan Islam, terciptalah masyarakat dengan suasana islami. Masyarakat terbiasa melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan baik. Bukan masyarakat yang senang ghibah yang diharamkan dalam Islam tetapi saling mengingatkan dengan kasih sayang.

Dari segi ekonomi, Islam mengatur kepemilikan dibedakan menjadi tiga yaitu kepemilikan negara, umum, dan individu.

Sumber daya alam di wilayah negara merupakan kepemilikan umum yang akan dikelola oleh negara dan dikembalikan lagi kepada rakyat dalam bentuk fasilitas umum, kesehatan, dan pendidikan. Sehingga negara mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Jika terjadi kekerasan terhadap anak, negara akan tegas menerapkan sistem sanksi sesuai dengan syari’at. Seperti jika ada seorang yang melakukan pemerkosaan terhadap anak, jika pelaku telah menikah maka akan diberlakukan hukuman rajam.

Saat Islam diterapkan secara total, anak akan merasa aman dan terlindungi. Anak juga akan tumbuh dengan sehat, menjadi generasi yang cerdas, beriman, dan bertaqwa, serta akan menjadi generasi emas pengisi peradaban.

Namun hal ini hanya mampu saat Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan dilanjutkan Khalifah setelahnya.Wallahu ‘alam.[]

Comment