RADARINDONESIANEWS.COM, NEW YORK – Dunia kita sekarang dunia yang mengglobal. Meskipun kita berada dalam sebuah kampung yang terbatas tapi wawasan dan mindset kita tidak lagi dibatasi oleh batasan kampung atau kota.
Demikian dikatakan Pendiri Nusantara Foundation di New York, Dr. M. Syamsi Ali, Lc M.A, Ph.D dalam sebuah zoom meeting dengan tema “Menang di Dunia dan Akhirat”, Sabtu (9/11/24).
Syamsi beralasan, dikarenakan keterbukaan media menjadikan kita melanglang buana ke seluruh dunia.
Dalam zoom meeting lintas benua (Amerika, Eropa dan Asia) yang dipandu M. Sidiq ini, Dr Syamsi Ali, Lc, M.A, Ph.D menambahkan, mungkin kita duduk di sebuah kamar tapi sesungguhnya kita sedang terbang kemana mana, menjelajahi dunia.
“Itulah ciri khas dunia kita. Dunia global internasional. Batas batas negara hampir tidak ada.” Ujarnya.
Menurut Direktur Jamaica Muslim Center, New York, Amerika Serikat ini, dunia global sekarang ini memiliki tiga karakter utama.
Pertama, kecepatan yang dahsyat di luar nalar kita memahaminya.
“Saya bisa ceramah di kota New York ke mana-mana karena adanya kecepatan. Apa lagi sekarang ada Artificial Intellegent (AI) yang membuat percepatan luar biasa. Dengan demikian tidak ada lagi batasan batasan itu karena terjadi konektifitas yang sangat cepat antar negara dan benua.” Tambahnya.
Kedua, kompetisi. Syamsi Ali menambahkan, dalam politik terjadi kompetisi, dalam segala hal terjadi kompetisi. Dalam ekononi terjadi kompetisi luar biasa, seperti China dan Amerika. Amerika dan Rusia berkompetisi dalam bidang militer dengan menempatkan pangkalan militernya di belahan dunia.
Ketiga, partnership. Rusia membangun kerjasama dengan negara negara yang dianggap tidak senang dengan Amerika di barisan bendera Brics (Brazil, India, China dan South Africa).
“Saya dengar Indonesia ikut dalam pertemuan Brics di Kazakhtan. Ini namanya partnership. Maka dunia internasional ini, tidak bisa lepas dari partnership atau kerjasama.” Jelasnya.
Namun demikian, lanjut Dr. M. Imam Syamsi Ali, Lc., M.A., Ph.D yang pernah menjadi pembicara dalam Panel Discussion on Islamophobia by Consulate Generals of Pakistan, Turkiye and Indonesia on June 5th 2024, at Turkish House ini, di balik kompetisi terjadi kerjasama.
Kalau kita kaitkan dengan islam, tambahnya, ketiga karakter dunia itu tidak asing lagi. Semua ini menjadi karakter dasar islam. Artinya islam tidak pernah ketingggalan zaman.
Terkait kecepatan, Syamsi Ali mengatakan, Islam telah bicara soal percepatan di abad 7/8 lalu. Dia mengutip QS (3:133):
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
Walaupun ayat ini bicara kecepatan terkait maghfiroh, pengampunan dan surga, tapi sebelum kita mencapai ampunan itu kita harus membangun percepatan di dunia ini. Kita harus bergegas membangun dunia ini. Hanya saja kaum muslim tidak memahaminya.
Dunia kata Dr. Imam Syamsi Ali, mengalami percepatan sedemikian rupa tapi kita masih berpikir masa lalu. Inilah yang menjadi masalah. Sehingga ketika ada yang baru ditemukan karena percepatan itu, kita mengatakan sebagai bid’ah.
Kita hanya bisa menyalahkan. FB kita salahkan karena pembuatnya, Mark Zukenberg seorang Yahudi padahal kita memakainya. Demikian juga dengan aplikasi Zoom yang dibuat oleh orang China. Kita menyalahkannya dengan alasan si pembuatnya seorang komunis.
“Islam menyuruh kita bertindak cepat, jangan lambat, malas malasan, harus proaktif, kalau perlu kita ada di garda terdepan dalam seluruh lini kehidupan. Dalam bidang ekonomi, politik dan militer juga pendidikan.” Tegasnya.
Bagaimana dengan karakter dunia yang kompetitif? Terkait karakter dunia yang kompetitif, M. Syamsi Ali mengutip QS. (2:148) dan Al Maidah: 48.
Dalam islam, lanjutnya, kompetisi itu berarti saling. Bukan menang dengan mengalahkan orang lain. Islam itu win win solution. Kompetisi dalam islam tidak mesti menginjak injak lawan.
Ketiga, partnership. Karakter ini bisa dilihat bagaimana kerjasama BRICS. Ini merupakan bentuk kerjasama atau partnership. Dalam konteks ini Syamsi mencontohkan hadirnya OKI, Uni Eropa, Uni Africa dan lain sebagainya.
“Dalam islam, jamaah itu sangat penting. Communal atau collective work adalah fondasi kemenangan. Tidak ada kemenangan yang dicapai secara sendiri sendiri (individu).
“Setelah islam menyuruh kita bertaqwa kita diperintahkan untuk berpegang teguh bersama jamaah. Itulah pentingnya partnership. Muhammad Rasulullah SAW mengatakan, “Yadullah maal jamaah”. Imbuh pendakwah islam di benua Amerika ini menyudahi.[]
Comment