Djumriah Lina Johan |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – “Kebohongan pertama akan melahirkan kebohongan-kebohongan lain yang akan menyebabkan seseorang kehilangan jati diri dan kemuliaannya.” – Ustadz Abdullah Gymnastiar –
Berbohong pada dasarnya adalah sebuah kejahatan. Apalagi jika kebohongan tersebut dilakukan penguasa untuk mengelabui rakyatnya. Tujuannya hanya satu, yaitu demi melanggengkan kekuasaan. Benarlah apa yang disampaikan oleh AA Gym, bahwa kebohongan pertama akan diikuti kebohongan-kebohongan yang lain serta akan menyebabkan kehilangan jati diri dan kemuliaannya. Wajar jika rakyat muak dengan politik kebohongan yang dilancarkan hingga kini.
Dilansir dari RMOL.co, pada Senin (4/2/2019), Pemerintah dinilai paling bertanggung jawab atas maraknya kabar bohong atau hoax. Sebab, kekuasaan ada di tangan Pemerintah. Hal ini disampaikan oleh Jurukampanye BPN Prabowo-Sandi, Ahmad Riza Patria terkait tudingan sumber hoax yang dialamatkan ke kubunya. “Benar kata Rocky Gerung bahwa pabrik hoax itu ada pada penguasa ya Pemerintah. Karena Pemerintah punya kekuasaan, membuat regulasi, punya aparat, punya media, punya logistik, punya banyaklah Pemerintah,” kata beliau kepada wartawan di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/2).
Berdasarkan pemberitaan RMOL.co pula tertanggal 6 Februari 2019 pada hari Rabu, ketika Jokowi bertemu dengan sejumlah pendukungnya di Solo, Ahad (3/2) dan melancarkan tuduhan Prabowo-Sandi menggunakan konsultan asing dan mereka menerapkan strategi “Propaganda Rusia”. Hal ini lantas dibantah oleh Kedubes Rusia. Sedang, terkait konsultan asing, justru Jokowi yang tercatat pernah menggunakan jasa konsultan politik top asal AS Stanley Greenberg. Dalam web www.Political-Strategist.com nama Jokowi masuk dalam daftar klien Greenberg dari berbagai penjuru dunia.
Sangat terlihat jelas bagaimana pertarungan politik di tahun 2019 ini menyiratkan kerusakan sistem sekuler secara gamblang. Hoax/berita bohong dilemparkan ke tengah-tengah umat demi meraih kekuasaan. Tidak lagi terikat dengan nilai-nilai agama bahwa sebuah kebohongan adalah dosa.
Inilah buah busuk sekulerisme. Memisahkan antara agama dengan kehidupan justru menjerumuskan umat ke jurang tak berdasar. Dimana umat tidak lagi menjadi fokus utama. Kesejahteraan umat tidak lagi dijadikan pacuan. Dan aturan agama tidak lagi dihiraukan.
Hal ini persis seperti apa yang disabdakan Rasulullah saw lebih dari 13 abad yang lalu. Kala itu beliau bersabda, “Akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh tipudaya. Pada tahun-tahun itu pendusta dibenarkan, orang jujur didustakan, pengkhianat dipercaya, orang terpercaya dianggap pengkhianat. Pada masa itu yang banyak berbicara adalah ruwaybidhah” Lalu ada yang bertanya, “Apa itu ruwaybidhah?” Rasul menjawab, “Yaitu orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak”. Hadits shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Sebaliknya dalam Islam politik merupakan bagian dari ibadah, yang mulia serta agung. Dimana kesadaran berpolitik hadir disebabkan oleh ketaatannya kepada Allah. Sehingga seorang politikus muslim memahami batasan syariat yang boleh maupun tidak boleh dalam berpolitik mulai dari tujuan hingga cara-caranya. Ridho ilahi dan terwujudnya kepentingan umat menjadi tujuannya. Kebenaran adalah pijakannya. Hukum syara adalah batasannya.
Dengan politik, negara dan penguasanya mengurus dan melindungi umat atau rakyat hingga mereka bisa merasakan kebahagiaan hidup sebagai manusia sekaligus sesuai dengan tujuan ia diciptakan. Karena berpolitik bukan hanya untuk kehidupan dunia tetapi juga di akhirat.
Inilah sebab mengapa sistem sekuler tidak akan pernah menghasilkan peradaban yang agung. Amat sangat berbeda dengan sistem Islam. Oleh karena itu, tidakkah anda muak dengan sistem yang penuh dengan kecacatan ini? Wallahu a’lam bi ash shawab.[]
Penlis adalah Fasilitator Komunitas Hijrah LINK,Learn Islam Needs Knowledge
Comment