Dispensasi Nikah, Ratusan Pelajar Terbawa Arus Hedonistik

Opini421 Views

 

 

Oleh : Murni, S.E, Freelance Writer

_____________

 

RADARINDINESIANEWS COM, JAKARTA — Belakangan ini tagline berita tentang kasus ratusan pelajar ajukan dispensasi nikah kerap kali berseliweran di berbagai media sosial. Hal itu seolah menjadi biasa dan tidak menutup kemungkinan kasus serupa kembali terjadi.

Alih – alih di awal tahun 2023 bukannya menjadikan negeri ini menjadi lebih baik dengan mencari solusi jitu atas setiap problem yang ada, justru hanya diwarnai dengan beragam masalah lama tanpa ada solusi tuntas dan justru menimbulkan masalah bertubi-tubi.

Seperti dilansir oleh merdeka.com – ratusan pelajar tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur hamil di luar nikah, 13/1/2023.

Pengadilan Agama Kabupaten Ponorogo mengungkap, sebanyak ratusan anak di bawah usia 19 tahun mengajukan dispensasi nikah. Kebanyakan mereka terpaksa menikah karena sudah hamil dulu dengan sang pacar.

Miris melihat perilaku generasi saat ini yang minim visi, sibuk mengejar duniawi dan eksistensi serta harga diri. Hal yang nampak justru hanya potret betapa bobroknya generasi hari ini dan makin parah ketika negara juga tak punya visi penyelamat generasi. Jadilah generasi mengikuti kemana arus bertiup, abai terhadap bahaya yang mengancam.

Transformasi digital di negeri ini masif dikembangkan. Adanya kebebasan digitalisasi tanpa ada filter akses terhadap konten- konten yang tidak senonoh menjadi momok buruk bagi para remaja dan orang tua. Ditambah minimnya peran orangtua dalam memahamkan anaknya terhadap nilai- nilai Islam. Selain itu pengamananpun dari negara pun juga lemah.

Akibatnya terjadilah penyalahgunaan yang membahayakan generasi saat ini. Padahal seharusnya digitalisasi dapat membawa banyak manfaat dan kebaikan, apabila negara memiliki visi yang lebih mulia. Faktanya digitalisasi di negeri ini digenjot untuk kepentingan ekonomi para kapitalis.

Buah candu hedonisme barat yang telah menggerogoti pemikiran anak remaja muslim menjadikan mereka serba bebas, baik dari segi bertingkah laku, style, food and fashion semua berkiblat pada hedonisme barat. Aktivitas pacaran, sex bebas (zina), hamil diluar nikah hingga aborsi dianggap sebagai sesuatu yang lumrah terjadi tanpa mengaggap ada resiko setelahnya.

Masa depan generasi bangsa ini sepertinya semakin suram. Dekadensi moral kian marak. Perilaku para pelajar semakin liar tak terkendali.

Bagaimana tidak, pelajar yang seharusnya menjalankan tugasnya sebagai pelajar, menuntut ilmu sebagai bekal meneruskan estafet pembangunan bangsa, malah banyak di antara mereka yang harus meninggalkan bangku sekolahnya karena terpaksa harus menikah, terlibat seks bebas dan akhirnya hamil

Islam memiliki aturan rinci bagaimana memanfaatkan digitalisasi dalam bingkai keimanan, dan untuk meraih kebaikan sehingga aman dari konten berbahaya.

Media dalam Islam pun senantiasa diawasi dan diarahkan pada tayangan-tayangan yang mendidik. Konten pornografi dan pornoaksi dilarang secara mutlak. Masyarakat akan diedukasi dengan tsaqofah Islam agar keimanan dan ketakwaan akan selalu tumbuh subur dalam jiwanya.

Pacaran di dalam Islam juga merupakan aktivitas yang dilarang dan diharamkan, karena pacaran itu sama dengan mendekati zina. Zina sendiri merupakan perbuatan yang keji. Maka dalam sistem Islam perbuatan ini tidak boleh terjadi dan mendapat sanksi tegas bagi para pelakunya sehingga menimbulkan efek jera.

Peran dan fungsi negara berkewajiban mengukuhkan iman dan takwa rakyatnya.. Negara wajib menyelesaikan permasalahan hingga akarnya, melindungi generasi remaja dari pemikiran -pemikiran yang merusak, tmasuk salah satu nya mengontrol media agar pornografi tidak dapat terakses masyarakat, karena permasalahan utama masyarakat adalah ketika melihat yang menimbulkan syahwat sehingga terjadi kejahatan seksual. Maka terciptalah pemuda sebagai tonggak peradaban gemilang.

Maka jelaslah bahwa pemisahan agama dari kehidupan hanya akan menimbulkan kerusakan bagi para generasi muda. Pemuda tidak lagi menggunakan potensinya dalam hal-hal yang bermanfaat, rasa keberanian yang mereka miliki tak lagi diarahkan untuk berani membela Islam.

Rasa penasaran yang tinggi dalam diri pemuda tak lagi dijawab dengan mempelajari Islam secara keseluruhan melainkan mereka cenderung berkiblat pada gaya hedonistik dengan mencoba hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, dan bahkan pembunuhan.

Islam menutup semua celah yang memungkinkan rakyatnya berzina. Dengan penerapan sistem Islam menyeluruh ini maka kasus-kasus yang menimpa generasi hari ini akan dapat dicegah bahkan bisa jadi tidak ada sama sekali.

Masihkah kita ragu dengan sistem yang terbaik ini? Sistem yang datangnya dari Sang Mahapencipta dan Sang Mahapengatur alam semesta, manusia dan kehidupan. Wallahu a’lam Bisshowab.[]

Comment