Oleh: Lilis Sulistyowati, S.E, Ibu Rumah Tangga
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Pandemi hampir dua tahun berbagai cara telah ditempuh guna menekan laju perkembangan dan penyebaran covid 19. Termasuk dalam hal pendidikan, segala upaya pun dilakukan guna menyelamatkan anak didiknya agar tidak menjadi korban penyebaran covid 19. Mulai dari pembelajaran semi jarak jauh yakni ada yang online dan ada yang offline secara gantian. Adapun yang benar-benar melakukan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) . Hal ini dilakukan semata-mata agar anak didik tetap bisa belajar selama masa pandemi berlangsung.
Kontroversi pun terjadi baik terjadi pada kalangan pendidik, orang tua maupun pada peserta didik itu sendiri. Hal ini terjadi karena ada adaptasi baru baik bagi para pendidik, orang tua dan peserta didik. Bagi para pendidik memiliki tugas besar bisa mentransfer ilmu dengan baik kepada para peserta didik. Bagi orang tua memiliki tambahan tugas untuk mendampingi putra – putrinya belajar di rumah. Sedangkan bagi peserta didik memiliki tambahan tugas agar mereka lebih fokus untuk memperhatikan pelajaranya walaupun tanpa tatap muka. Semua ini dilakukan demi menyelamatkan generasi bangsa ini.
Kontroversi Sekolah Online
Saat ini PPKM darurat, ada sebanyak 7 Propinsi yang wajib melakukan PJJ dalam proses KBM, yaitu DKI, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim dan Bali. Jika ada tren penurunan kasus Infeksi Covid 19 PPKM Level 4 akan dilonggarkan secara bertahap. PTM terbatas sudah dilakukan di 35% wilayah Indonesia.
Mendikbudristek beralasan bahwa harus segera dibuka PTM terbatas, karena melihat dampak negatif dari PJJ, seperti kebosanan di rumah, jenuh dengan banyaknya video Conference, kondisi belajar yang tidak dinamis, kesepian, depresi karena tidak bertemu dengan guru atau teman. Stres tak keluar rumah, dll.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Suratno, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi menjawab pertanyaan wartawan tentang dampak negatif pembelajaran daring bagi peserta didik atau siswa di sekolah seusai penandatangan MoU Pemkab Banyuwangi dengan Perguruan Tinggi (PT) yang ada di Banyuwangi di Pendapa Sabha Swagatha Blambangan Banyuwangi.
Menurut dia dugaan kasus yang terjadi dinilai sangat normatif, di mana anak-anak yang biasanya sebelum masa pandemi Covid-19 dulu sangat diproteksi oleh orang tua untuk tidak memegang Handphone (HP) bahkan sekolah juga banyak sekali yang melarang membawa HP ke sekolah.
“Tiba-tiba langsung dijebol telephon pintar tersebut boleh digunakan bahkan untuk sarana kegiatan belajar mengajar bukan tidak mungkin fenomena psikologis keterusan sehingga anak kecanduan HP itu juga jadi perhatian, khususnya tim Bimbingan Konseling (BK) untuk melakukan terapi, maka dari itu kami berani menekankan pembelajaran tatap muka (PTM) salah satu tujuannya mencegah fenomena pengaruh HP bagi anak didik,” jelas Suratno. (Jatimtimes.com)
Disisi lain sebenarnya Banyuwangi sendiri juga mrmiliki Program Smart Student yang telah digeber Pemkab Banyuwangi sejak tahun 2018, terus memberikan dampak positif pada peningkatan kualitas pembelajaran siswa, khususnya di masa pandemi ini. Smart Student adalah salah satu inovasi Banyuwangi di sektor pendidikan yang salah satu programnya adalah pemberian beasiswa bimbingan belajar (bimbel) online. Program ini telah diikuti masing-masing 400 siswa di jenjang SD dan SMP.
Bapak Anas waktu itu mengungkapkan hasil evaluasi pada awal hingga akhir program menunjukkan adanya peningkatan nilai siswa pada hampir semua mata pelajaran yang diujikan. Setelah menyelesaikan program pelatihan, capaian hasil siswa yang diukur dengan Try Out mengalami peningkatan sebesar 32 persen. (timesindonesia.co.id)
Lalu mana sebenarnya yang lebih baik PJJ atau PTM?
Dilema Sekolah Online
Jika kita lihat ada program anak negeri yang mampu meningkatkan kualitas, sebenarnya PJJ pun tidak akan menjadi masalah. Sebenarnya masalah kenakalan remaja juga banyak yang timbul ketika PTM, tidak hanya game online tapi freesex, narkoba, tawuran dan sebagainya.
Sehingga ada yang memang perlu kita pelajari sebenarnya apa yang menjadikan mereka tidak memiliki kepribadian luhur baik PJJ atau PTM.
Kita perlu memilah satu-persatu masalah ini, jika yang dikeluhkan adalah PJJnya maka yang perlu dipikirkan adalah membenahi secara teknis dan cara pengajaran seperti yang disampaikan dalam salah satu media terkait kebutuhan kreativitas tidak hanya guru tapi juga Kepala Sekolah.”
Di era pandemi saat ini dibutuhkan banyak inovasi Kepala Sekolah dalam Pembelajaran Jarak Jauh. Kelimpahan fasilitas belajar tidak akan berguna tanpa kreativitas Kepala Sekolah dan guru – guru sekolah. Steve Jobs pendiri Aple menulis bahwa yang membedakan pemimpin dan pengikut adalah inovasi. (kumparan.com)
Masih banyak lagi yang butuh diperbaiki terkait peningkatan kualitas dari PJJ, termasuk penyediaan kuota internet atau pulsa bagi siswa, apa lagi siswa yang sulit mendapatkan signal, juga butuh untuk diberikan solusi. Perbaikan ini perlu dilakukan agar siswa mampu menyerap ilmu yang diberikan dengan baik walaupun jarak jauh.
Jika yang menjadi masalah adalah faktor ekonomi keluarga yang mengharuskan keluarga juga membantu proses belajar di rumah. Maka dibutuhkan anggaran untuk membantu ekonomi keluarga terutama ibu agar tidak bekerja sehingga dapat mendampingi anak – anaknya belajar di rumah. Hal ini meminimalisir konflik diantara keluarga yang dapat menimbulkan kesetresan ibu karena harus mendampingi anaknya, sedangkan untuk makan tidak ada.
Jika yang menjadi masalah adalah output generasi yang belum memiliki kepribadian luhur, maka yang perlu dibenahi adalah kurikulumnya. Bagaimana bisa menciptakan kurikulum yang dapat membuat siswa semakin beriman dan bertakwa.
Karena dengan keimanan dan ketakwaan inilah yang akan membuat anak itu mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Tentunya hal ini tidak akan pernah terwujud dengan kurikulum yang memisahkan agama drengan kehidupan. Butuh porsi agama yang lebih besar untuk membentuk kepribadian anak agar menjadi luhur.
Sebenarnya ketika sebelum pandemi dineberapa sekolah ada sholat duha sebelum masuk, membaca asmaul husna dan masih banyak cara yang dilakukan sekolah untuk membuat anak lebih dekat dengan Sang Penciptanya. Begitu pula saat pandemi, sangat dibutuhkan selalu penguatan keimanan disetiap materi ajar yang diberikan. Sehingga dengan kuatnya keimanan mereka akan mampu menjaga diri mereka dari kenakalan remaja. Dan juga mampu memanfaatkan ilmu yang mereka ajari untuk kemaslahatan umat.
Harapanya dengan upaya perbaikan seperti ini mampu menekan laju penyebaran Covid 19, dan anak-anak juga masih mendapatkan pengajaran yang baik walaupun dalam jarak jauh.Wallahu’alam bi sowab.[]
Comment