Diah Winarni, S.Kom*: Normal Baru Dunia Pendidikan, Siapkah?

Opini1033 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Tahun ajaran baru 2020/2021 siap menyambut kedatangan siswa baru pada 13 Juli 2020 mendatang. Namun, seiring dengan kondisi pandemi membuat semua pihak harus menahan diri. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan beberapa waktu lalu mengumumkan akan memulai tahun ajaran baru dengan tetap memperhatikan protokoler penanganan Covid-19 dan itupun dapat dimulai dari wilayah yang terkategori zona hijau.

Namun penolakan datang dari IDAI, (Ikatan Dokter Anak Indonesia), mereka merespon wacana pembukaan sekolah seiring berakhirnya masa tanggap darurat Covid-19 pada 29 Mei 2020, serta berakhirnya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah hingga transisi New Normal.

Ketua Umum IDAI, Dr Aman B Pulungan mengatakan IDAI telah melaksanakan deteksi kasus pada anak secara mandiri hingga 18 Mei 2020. Diketahui, jumlah anak terpapar positif Covid-19 berjumlah 584 anak dan 14 anak meninggal dunia. Sedangkan jumlah PDP anak sebanyak 3.324 anak dan 129 anak PDP meninggal dunia. Artinya, anak di Indonesia yang terinfeksi dan meninggal (karena Corona) dibanding negara lain masih cukup tinggi.

IDAI mengimbau sekolah-sekolah tetap menerapkan bentuk pembelajaran jarak jauh atau online kepada siswa dengan melibatkan guru dan orang tua, mengingat sulitnya pengendalian penyebaran virus. (Vivanews.com)

Nadiem Anwar Makarim sendiripun belum memutuskan model pembelajaran yang dipilih secara pasti mengingat tahun ajaran baru tetap dibuka mulai 13 Juli 2020, apakah pelaksanaannya dengan metode pembelajaran jarak jauh ataupun tatap muka secara langsung, atau dengan menggunakan sistem zonasi.

Namun kekhawatiran sangatlah dirasakan oleh hampir sebagian orang tua, sekalipun protap Covid-19 dijalankan nantinya di sekolah-sekolah yang wilayahnya berzonasi hijau. Namun untuk sekolah yang masih berada diwilayah zonasi merah maka sekolah masih akan dilakukan melalui metode daring.

Dengan dimulainya kondisi normal baru, pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dituntut mengambil peran untuk mempersiapkan keseluruhan kebutuhan, baik pembelajaran daring maupun pertemuan fisik. Apapun kebijakan yang diambil, keselamatan anak, guru dan orangtua mesti menjadi prioritas utama.

Maka di dalam masa transisi ini semua pihak diharapkan mempersiapkan kondisi tersebut, namun khusus dunia pendidikan masih terus menunggu evaluasi penurunan kurva Covid-19 khususnya korban yang terjadi pada usia anak sekolah.

Kondisi normal baru butuh waktu dan kesiapan maksimal bagi dunia pendidikan, karena terkait dengan nyawa generasi penerus bangsa, yang masih rentan dengan segala kondisi yang ada terutama wabah corona saat ini. Semoga pandemi segera berlalu sehingga kondisi normal baru bisa dilaksanakan sesuai aturan yang mampu menjaga setiap nyawa dinegeri ini.

Islam Menjawab Solusi

Kondisi normal baru bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan, karena sesungguhnya yang menjadi perhatian kita adalah anak-anak sebagai aset negeri yang harus dilindungi.

Dalam sejarah, wabah penyakit menular pernah terjadi pada masa Rasulullah saw. Wabah itu ialah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut, salah satu upaya Rasulullah saw. adalah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasulullah saw. memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta tersebut. Beliau bersabda:

‏ لاَ تُدِيمُوا النَّظَرَ إِلَى الْمَجْذُومِينَ

Janganlah kalian terus-menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta (HR al-Bukhari).

Dengan demikian, metode karantina sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah saw. untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul saw. membangun tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah. Peringatan kehati-hatian pada penyakit kusta juga dikenal luas pada masa hidup Rasulullah saw. Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jauhilah orang yang terkena kusta, seperti kamu menjauhi singa.” (HR al-Bukhari).

Rasulullah saw. juga pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar. Beliau bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninginggalkan tempat itu (HR al-Bukhari).

Melihat contoh diatas, maka Pemerintah harusnya lebih memprioritaskan keselamatan nyawa seluruh generasi bangsa, serta mempersiapkan seluruh instrument kebutuhan jika pembelajaran jarak jauh yang dipilih guna memudahkan seluruh pihak baik guru, murid atau orang tua sebagai pengawas di rumah, hingga kondisi pandemi berangsur hilang.

Normal baru bukanlah praktek coba-coba terlebih sektor pendidikan, salah-salah bukanlah proses pembelajaran yang didapat tapi korban baru dari pihak sekolah karena bisa jadi sekolah merupakan kluster baru penularan Covid-19 selama pandemi ini belum usai.[]

* Praktisi Pendidikan

Comment