Dewi Rahayu Cahyaningrum*: Wanita Dalam Kesetaraan Gender, Perlukah?

Opini706 Views

RADARINDONESIANEWS. COM, JAKARTA – Di era milenial ini, wanita mana yang tidak mau mendapat gelar sukses, memiliki kebebasan untuk menentukan hidupnya, bebas melakukan dan menjadi apapun? Pasti semua mau.

Memiliki penghasilan sendiri, menempati jabatan tertentu, memimpin perusahaan atau instansi merupakan impian dan cita-cita wanita zaman now daripada wanita yang berdiam diri dirumah mengurus keluarga dan anak-anaknya.

Cita-cita wanita masa kini juga didukung dengan banyaknya program dan kebijakan dari pemerintah, dengan diadakannya pertemuan negara-negara Asia Pasifik yang mengadopsi deklarasi untuk memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan pada tanggal 2/12/2019 di Bangkok Thailand yang dihadiri para menteri dan pejabat tinggi dari 45 negara (unwomen.org).

Terbukti Indonesia sendiri merupakan negara dengan mobilitas yang cukup tinggi sehingga mampu membuat wanita Indonesia sangat tangguh didalam dunia kerja. Sebanyak 46% wanita Indonesia mendapat posisi tertinggi diperusahaan dimana mereka bekerja (sleekr.co, 13/8/’19)

Menurut mereka, pria bergaji 10 juta wanita juga harus bergaji 10 juta, pria jadi presiden wanita juga bisa menjadi presiden, pria bisa menjadi sopir truck wanita juga mau menjadi sopir truck dan itu sudah terbukti untuk saat ini.

Akibat dari hal tersebut peran wanita didalam rumah tangga menjadi terganggu. Percekcokan rumah tangga meningkat, perceraian melonjak, kondisi psikologis anak terganggu. Kegagalan dalam bahtera rumah tangga naik drastis.

Jadi apakah benar, wanita dengan program pemerintah itu bisa benar-benar berdaya dan sukses?

Padahal secara fitrah penciptaan, tidak ada yang bisa memungkiri bahwa pria dan wanita memang diciptakan berbeda, sehingga tidak adil ketika menilai pria dengan standard wanita ataupun sebaliknya.

Pria dan wanita tercipta berbeda bukan diciptakan untuk dikompetisikan dan bersaing sebab memang bukan didesain untuk fungsi yang sama, karena pria dan wanita punya karakter yang berbeda.

Jadi pria TIDAK SAMA dengan wanita, memperlakukan mereka setara justru bentuk ketidakadilan.

Perbedaan itu bukan ditujukan untuk bersaing tetapi untuk saling melengkapi.

Dalam Islam pria dan wanita dipandang sama sebagai makhluk Allah SWT dengan tujuan penciptaan yang sama yaitu untuk menyembah Allah SWT dengan sebaik-baiknya ibadah. Islam tidak pernah punya masalah tentang relasi antara pria dan wanita sebab datangnya Islam justru mengangkat derajat wanita yang direndahkan oleh sistem kehidupan yang ada sebelum Islam.

Islam datang memberikan keadilan dengan memuliakan wanita dan ruang sesuai fitrahnya. Bukan malah memaksa wanita itu beraktifitas yang bertentangan dengan fitrahnya.

Dan Allah berfirman (QS. An-NIsa : 32) :
“ Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki sebahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Islam datang dari Dzat yang Maha Adil dan Maha Tahu, itulah mengapa Islam memberikan kepada pria hal yang paling mampu dilaksanakannya dan juga kepada wanita sesuai dengan keahliannya.

Pria dan wanita dapat berbagi tugas dan berkolaborasi dalam perbedaan. Jadi bukan tentang siapa yang kalah atau menang, bukan tentang siapa yang mengendalikan dan yang dikendalikan.

Tetapi, tentang menjalankan ketaatan pada Allah sesuai apa yang Allah perintahkan sesuai dengan fitrahnya masing-masing.
Allahu’alam bisshowab.

*Komunitas Rindu Jannah Jember

Comment