RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Apa yang terjadi hari ini, semua terasa tidak masuk akal di mana Indonesia berada di puncak masa ketidakpastian dalam berbagai hal. Dimulai sejak lima tahun yang lalu, satu persatu batas pondasi dipreteli. Indonesia seakan dikondisikan pada sebuah tatanan baru secara struktural dan sistematis, menuju pondasi kekuatan dengan poros yang ditentukan.
Berbagai sisi dan bidang kehidupan mulai dilakukan perubahan. Pada dasarnya rakyat awam sendiri memiliki pertanyaan besar, akan dibawa kemana rakyat ini? Apakah akan dibawa pada kemakmuran atau sebaliknya?
Apa herangan yang menyebabkan perubahan tatanan negara ini terjadi?
Selama 74 tahun Indonesia “merdeka” secara harfiah, perubahan demi perubahan telah neproses dan dialami negara ini. Melalui fase kepemimpinan 7 kali pergantian pemimpin, di fase akhir kepemimpinan (Presiden Joko Widodo) gelombang perubahan yang dibawa semakin terasa. Perubahan arah tatanan negara semakin tergambar yaitu merujuk pada konsep pembangunan yang lebih dekat dengan pemerintah China.
Konstelasi politik periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo, seakan menerima tawaran konsep pembangunan negara yang condong pada timur. China mencoba menawarkan berbagai pembangunan infrastruktur yang dipaksakan pada Indonesia. Hutang besar-besaran yang dianggap sebagai modal dan investasi itu pun dijadikan sebagai tonggak pembangunan pemerintah periode terkini.
Proyek OBOR (one belt one road) yang sedang di bangun China, salah satunya melibatkan peran negara Indonesia dalam mega project Sabuk Ekonomi Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Obor merupakan strategi pembangunan yang diusulkan oleh pemimpin tertinggi Tiongkok Xi Jinping yang berfokus pada konektivitas dan kerja sama. Maka untuk memuluskan rencana mega proyeknya itu, pemerintah China harus mempersiapkan investasi sebesar-besarnya dalam bentuk pinjaman dana untuk Indonesia.
Berbagai bentuk opini dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kita terasa semakin memudahkan investor, sebagai jalan mulus memasukkan berbagai kepentingan politiknya di negara ini. Akibatnya atsmosfir perubahan arah politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negara Indonesia yang ekstrim, semakin menimbulkan polemik di masyarakat.
Perubahan ekstrim berbagai bidang dan kelembagaan kepentingan umum di era pemerintahan terkini, antara lain:
Bidang Transportasi
Kemenangan China dari Jepang sebagai pengguna dan penghasil teknologi di dunia menunjukkan bahwa inilah pembuka jalan sebagai langkah awal perubahan. Kemenangan dalam “bidang” perusahaan kereta cepat menunjukkan kecondongam arah kerjasama terstruktur.
Dalam Bidang Pertanian
Berbagai macam hasil pertanian seharusnya menjadi primadona Indonesia karena sebagian besar wilayahnya merupakan tanah subur penghasil pertanian terbesar. Namun, proses peralihan poros ekonomi yang sedang dijalankan negara dengan membuat impor besar-besaran bidang pertanian seperti buah, sayur dan cabe masuk ke Indonesia secara masif justeru mematikan produktifitas dan daya jual yang berujung merugikan petani lokal.
Dalam Bidang Pertambangan
Peristiwa di berbagai daerah pernah viral di media Indonesia. Bahwa perusahaan tambang nasional memiliki banyak pekerja tambang legal maupun ilegal yang berasal dari negara China. Namun yang membuat rakyat merasa miris, ketika diketahui tingkat pendapatan lokal jauh lebih rendah dari pendapatan warga asing meskipun dengan beban kerja yang sama.
Munculnya penambangan emas ilegal oleh warga China di Gunung Pongkor Bogor, penambangan ilegal emas di wilayah pedalaman pegunungan di Sumatera Barat serta masih banyak lagi yang lainnya. Seakan penyebaran tenaga kerja asing dari negara China telah dilakukan secara sistematis.
Bidang Sosial dan Pendidikan
Budaya- budaya animisme, sinkritisme mulai disosialisasikan. Toleransi yang kebablasan dilebur dalam satu pemikiran. Pluralisme menjadi pembenaran saat mengawali masuknnya budaya-budaya Cina di Indonesia.
Tak kalah viralnya dalam dunia pendidikan, impor rektor asing akan dilakukan aecara berkala, dengan alasan agar pendidikan di Indonesia nampu bersaing di era globalisasi. Nyatanya rektor asing dari negara China telah masuk dalam jajaran tertinggi pimpinan universitas swasta di Indonesia.
Bidang Keagamaan
Agama sejatinya merupakan tameng dan pembentukan karakteristik kepribadian seseorang. Agama juga merupakan hak setiap WN sepenuhnya untuk memilih dan menjalankan ajarannya masing-masing. Faktanya, agama ternyata turut menjadi sasaran agenda penguasa karena sangat diperlukan penyesuaian iklim perubahan politik negara.
Mayoritas umat muslim yang ada di Indonesia, disadari akan menjadi “duri” dalam proses perubahan poros ini. Karena umat Islam sadar, bahwa negara China memiliki poros ideologi komunisme, yang jelas sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
Negara pun memiliki pengalaman kelam bersama komunis. Jika pemerintahan sekarang ingin masuk dan ikut dalam permainan konstelasi politik China dengan obornya, maka dikhawatirkan Indonesia harus kembali bersinggungan dengan ideologi ini.
Maraknya kriminalisasi ulama, membenturkan syariat Islam dalam politik praktis bahkan pembatasan kajian-kajian Islam, serta simbol-simbol Islam mulai ditenggelamkan saat ini.
Bidang Pemerintahan
Dukungan, kerja sama, dan jalur-jalur kemudahan yang diberikan pada negara China semakin ditunjukkan oleh pemerintah. Undang-undang, Kepres, dan berbagai kebijakan lain banyak dilakukan revisi besar-besaran di dalamnya.
Sehingga yang sedang viral saat ini, terjadi reaksi masyarakat atas berbagai kebijakan RUU yang dirasa tidak berpihak pada rakyat. Adanya upaya perubahan secara legalitas dari penguasa Indonesia, justru membuat investor asing lebih diuntungkan.
Menata Ulang Sistem Negara
Telah banyak perubahan yang dilakukan di berbagai bidang. Demi satu tujuan yang sangat tidak Indonesia. Para pakar negara telah banyak mengeluarkan analisa dan pendapat, bahwa kondisi Indonesia saat ini berada dalam sebuah cengkraman kuat sistem yang tidak dapat menampung aspirasi dan keadilan menyeluruh.
Sekularis, kapitalis dan liberalis dimuluskan oleh demokrasi sebagai jalan pelemahan negara. Indonesia kembali terjajah oleh neoliberalis dan neokapitalis. Penjajahan gaya baru untuk menguras dan mengusai apapun yang dimiliki negara ini.
Ketika hati nurani rakyat menggugat, gelombang demonstrasi, tuntutan rakyat, dan keberatan rakyat atas kebijakan yang tidak pro rakyat menjadi alasan mereka menggugat penguasa. Kepedihan, kesengsaraan, dan kesulitan hidup, rakyat alami saat ini. Bahkan peraturan-peraturan hukum yang semakin mencekik rakyat kian mencuat.
Saatnya rakyat Indonesia segera menyadari, bahwa negara ini tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja. Negara ini sedang sakit akibat kerusakan pelaku yang mengatasnamakan demokrasi. Upaya-upaya pelemahan masyarakat semakin nyata ditunjukkan. Kekuatan supremasi hukum buatan penguasa seakan berfungsi hanya sebagai sarana intimidasi rakyat dan kekebalan hukum mereka.
Waktunya negara melakukan instropeksi diri. Membuka babak baru, menjadi sebuah negara yang bebas dari kerusakan nafsu angkara murka manusia. Maka saat itulah rakyat sepenuhnya kembali berpegang teguh dan tunduk pada pemimpin. Pemimpin yang mampu mengurus rakyatnya. Pemimpin yang memiliki akidah dan jati diri yang kuat tanpa melanggar aturan aturan syariat yang bersifat universal.
Pemimpin sejati akan selalu nemikirkan nasib dan menjadi pelindung rakyatnya. Kemakmuran negara menjadi tujuan utama saat menjalankan kekuasaan. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang dicintai dan bukan yang menghianati rakyat.
Hadis Rasulullah SAW; Dari ‘Auf Ibn Malik, berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang yang mencintai kalian dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian doakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin ialah orang-orang yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian. Wallahu a’lam bishawab.[]
Comment