Penulis: Dr. H. J. Faisal | Dosen Prodi PAI UNIDA Bogor/ Director of Logos Institute for Education and Sociology Studies (LIESS) / Pemerhati Pendidikan dan Sosial/ Anggota PJMI
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Suatu saat, seorang Professor ahli psikologi pendidikan yang memiliki spesialisasi pemetaan bakat, atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘Mind Mapping’ kedatangan tiga orangtua siswa sekolah menengah untuk berkonsultasi tentang anak-anak mereka masing-masing.
Orangtua siswa yang pertama pun bercerita…”Anak saya dari kecil sudah senang sekali dengan hal-hal yang berhubungan dengan astronomi dan benda-benda langit. Diapun sudah mendapatkan banyak medali juara untuk lomba-lomba tentang pengetahuan antariksa. Kemanakah saya harus mengarahkan pendidikannya?”
Sang ahli pun menjawab, “Sepertinya anak ibu memiliki potensi untuk menjadi antariksawan yang kompeten. Saya sarankan untuk melanjutkan sekolah di Amerika, untuk menempuh pendidikan di sekolah antariksa NASA ya, bu….”
“Baiklah, terima kasih atas sarannya, Prof….” jawab si ibu dengan perasaan penuh bangga.
Datanglah orangtua siswa yang kedua.
“Begini, Prof….saya perhatikan anak saya sepertinya berbakat di bidang seni lukis. Kemanakah saya harus mengarahkan Pendidikan dia berikutnya agar kemampuan melukisnya dapat berkembang?” tanyanya kepada sang Professor.
“Ada banyak sekolah seni lukis dengan segala alirannya di beberapa negara Eropa, bu….saya sangat menyarankan agar anak ibu dapat disekolahkan di sana…” jawab si Professor.
Akhirnya dengan penuh rasa bangga dan harap juga, orangtua tersebut kembali pulang.
Kemudian datanglah orangtua yang ketiga.
“Begini, Prof….sebenarnya saya malu untuk menceritakan tentang anak saya dan apa yang akan dia bisa capai untuk masa depannya nanti…” kata si ibu.
“Memangnya anak ibu memiliki sifat khusus apa?” tanya balik si Professor.
“Anak saya sepertinya tidak memiliki kemampuan khusus apa-apa, Prof….namun saya perhatikan dia selalu berbohong kepada saya hampir dalam semua hal, meskipun dia lakukan kebohongannya dengan keadaan bercanda, pandai memutar kata-kata dan mencari-cari alasan, juga seringkali menganggap enteng sesuatu, dan mudah sekali terpengaruh dengan hal-hal negatif yang dilakukan oleh teman-temannya, Prof….” jelas si ibu dengan raut wajah bingung dan sedih.
Mendengar penuturan jujur si ibu, sang Professor pun akhirnya tertawa. “Ibu tenang saja, tidak perlu merasa sedih dan putus asa seperti itu. Sepertinya anak ibu memiliki bakat yang kuat untuk menjadi seorang politisi handal, karena sifat-sifat dasar politisi sudah terlihat dengan jelas pada anak ibu, berdasarkan apa yang sudah ibu ceritakan tadi, tidak perlu melanjutkan sekolah ke luar negeri, dan masukkan saja kuliahnya nanti di sembarang jurusan, saya jamin bermuaranya pasti ke dunia politiik juga….”
“Apa benar begitu, Prof?” tanya si ibu tambah heran.
“Apalagi saat ini saya curiga kalau anak saya suka minum minuman keras, Prof….” timpal si ibu lagi.
“Waaah…paslah kalau begitu, anak ibu sepertinya bisa jadi ketua umum partai….” Jawab si professor dengan penuh tawa.[]
Comment