Demokrasi Belenggu Kebebasan Berpendapat 

Opini736 Views

 

 

 

Oleh : Emmy Emmalya, Pegiat Literasi

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA- Banyak kritik yang dilontarkan masyarakat tentang kinerja pemerintah melalui mural dan video-video yang beredar di media sosial membuktikan bahwa masyarakat telah jengah dengan kondisi yang terjadi.

Kejadian aparat kepolisian menghapus mural karena dianggap menghina simbol negara ternyata tidak membuat masyarakat menghentikan aksi tersebut.

Malah ada yang membuat perlombaan mural yang pemenangnya itu adalah mural yang paling cepat di hapus oleh aparat. Adanya penangkapan terhadap pembuat muralpun tidak menyurutkan sebagian masyarakat ini untuk menyuarakan ungkapan hatinya lewat mural.

Hal ini semestinya ditanggapi secara arif oleh pemerintah. Demokrasi yang dianut oleh negara saat ini sejatinya  memberi ruang kebebasan bagi rakyat untuk menyuarakan pendapat.

Namun realitanya, meskipun secara konstitusi dijamin melalui undang undang pasal 28, kebebasan berpendapat itu masih terbelenggu.

Begitulah tabiat sistem demokrasi, selalu bersikap hipokrit. Jika yang disuarakan rakyat dianggap merugikan penguasa maka suara dan atau kritik itu segera ditindak tapi jika merugikan pihak oposisi maka tidak akan ada tindakan apapun.

Mereka yang gila dengan kekuasaan akan terus mempertahankan kekuasaannya hingga titik darah penghabisan, meskipun harus menjilat ludahnya sendiri dengan mengobral janji kepada rakyat saat kampanye tapi setelah berkuasa rakyat tak lagi menjadi prioritas.

Penguasa hanya berorientasi dunia, pelayanan terhadap rakyat bukanlah prioritas. Fokus mereka adalah bagaimana dunia bisa dikuasai untuk anak cucu hingga tujuh turunan.

Firman Allah Swt dalam Al Qur’an surat Hud ayat 15 dan 16 menyindir manusia yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya ;

مَنْ كَا نَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَ زِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَا لَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ(١٥)
اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ لَـيْسَ لَهُمْ فِيْ الْاٰ خِرَةِ اِلَّا النَّا رُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ (١٦)

“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud 11: Ayat 16).

Penguasa yang lebih condong dan menjadikan dunia sebagai tujuan hidup, maka kekuasaannya tidak akan langgeng karena tidak didukung oleh rakyatnya.

Pemimpin yang tidak dicintai, sudah pasti tidak akan di dukung oleh rakyat dan kesejahteraan tidak akan terwujud.

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah tatanan kehidupan baru yang bisa membawa kepada kehidupan yang sejahtera untuk semua lapisan masyarakat.

Penguasa dan rakyat yang saling mencintai dan mendoakan kebaikan akan memberi dampak positif. Negeri akan aman dan sentosa dengan keberkahan dari langit dan dirasakan oleh segenap alam.

Semoga Indonesia ke depan menjadi negara mandiri dan disegani oleh negara lain. Tentu saja ini bisa tercapai jika penduduk di negeri ini mau tunduk dan taat pada hukum syariat, hukum dari Rabb Semesta Alam. Wallahu a’lam bishowab.[]

Comment