Darurat Moral Dan Teladan Generasi Muda

Opini755 Views

 

 

Oleh: Ifarisah Muhtadil Zanah, Freelance Writer

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Beberapa hari lalu dunia maya dikejutkan dengan berita pernikahan usia dini di daerah Wajo Sulawesi Selatan antara MF (15) dan NSS (16) dengan alasan takut jikalau kekasihnya dinikahi yang lain, padahal mereka masih berusia sekolah. Mirisnya,  keinginan mereka itu didukung tanpa ada diskusi panjang di antara kedua pihak keluarga.

Kasus yang viral juga di Majalengka misalnya, ada seorang gadis dicekoki minuman keras lalu kemudian disetubuhi oleh sebelas orang secara bergiliran di daerah persawahan.

Ada lagi kasus seorang remaja merekayasa kelahiran bayi di luar nikahnya yang ia lakukan sendiri di dalam kamar melalui tutorial yang ia lihat di YouTube. Kemudian setelah lahiran bayinya disimpan di depan rumah orang tuanya seolaah ada orang luar yang membuang bayi di depan rumah itu. Setelah ditelusuri ternyata bayi itu adalah hasil dari hubungan gelap sang anak dengan kekasihnya di keluarga tersebut.

Begitu pun kasus di Trenggalek yang viral juga.  Seorang remaja yang menganiaya orang tuanya secara keji dengan menendang dan memukulnya dengan kayu.

Menurut data di laman KPAI jika dilihat dari kasus prostitusi itu 67% adalah dilakukan oleh siswa aktif. Mirisnya, 90% pelakunya adalah mereka yang rentang usianya antara 12-17tahun. Dalam kasus kenakalan remaja saat ini pun melonjak tinggi dengan banyak kasus yang bukan hanya satu atau dua permasalahan tapi begitu pelik dan sangat membuat miris.

Keadaan ini menyentakkan keprihatinan dan sekaligus memunculkan pertanyaan, ke mana akhlak mulia, moral dan adab yang harusnya dijungjung tinggi oleh kaum remaja saat ini? Mengapa pendidikan kita seolah gagal membentuk generasi penerus yang berakhlak dan beradab?

Pandangan simplistis menganggap kemerosotan budi pekerti luhur, akhlak, moral, dan etika generasi muda saat ini karena gagalnya pendidikan agama di sekolah.

Dalam batas tertentu, pendidikan agama memang memiliki kelemahan tertentu, seperti materi yang cenderung teoritis dan pembelajaran yang lebih bertumpu pada aspek kognisi daripada afeksi dan psikomotorik peserta didik.

Krisis budi pekerti, mentalitas, moral, karakter, dan akhlak di kalangan anak didik seharusnya menjadi prioritas pokok bagi orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

Membangun mentalitas, moral dan etika, atau lebih tegas lagi karakter (moral and character building) generasi muda, memang tidak mudah. Namun, harus segera disadari, keberhasilan mendidik dan membentuk akhlak, moral, budi pekerti atau karakter peserta didik merupakan langkah paling fundamental dan mendasar untuk membentuk karakter bangsa.

Akan ke manakah jalan, alur, kisah dunia ini berlanjut itu sangat tergantung dari kualitas generasi muda yang akan menjadi generasi penerus bangsa dan dunia secara global.

Akan banyak sekali orang yang begitu pintar dalam intelektual dan prestasi, namun jika hal mengenai adab, etika, akhlak dan moral itu diabaikan maka keberkahan ilmu dan sisi intelektual setiap generasi muda akan kehilangan keberkahannya.

Mereka akan baik secara intelektual namun tidak baik dalam kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional. Akan banyak orang yang menjunjung prestasi dan prestise namun tidak dengan nilai kejujuran dan nilai-nilai agama yang lainnya.

Banyak yang berlomba menguasai dunia dengan kepintaran dan kesuksesan semu menurut pandangan dunia namun melupakan kesuksesan hakiki di akhirat nanti. Semua berlomba mengejar impian dunia namun melupakan impian akhirat.

Semua berlomba dengan tujuan mereka di dunia namun lupa diri sebagai manusia. Lupa peran dan tanggung jawab dari sang Pencipta dalam kehidupan dunia. Ke manakah langkah akan berlalu dan menuju?

Dunia penting untuk kita raih, namun sadarilah bahwa dunia hanyalah sarana dan jalan untuk kita mendapat ridha dan kebaikan akhirat. Jika meletakkan dunia dalam genggaman maka sudah sepantasnya kita meletakkan akhirat dalam hati sanubari kita.

Apa dan siapapun kita, sebagai generasi penerus, jika standarisasinya adalah agama dan Allah,  akan selalu merasa terawasi maka akan jauh lebih baik dan bijak menjalani kehidupan di dunia ini. Wallahu alam bishawab.[]

Comment