Dariani, S.Pd: Isu Radikalisme,Tak Menghentikan Dakwah

Opini576 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – isu radikalisme menjadi trending topik di hampir semua lini, seperti tidak ada persoalan lain yang lebih penting yang semestinya diselesaikan.

Mediapun gencar mengopinikan isu radikalisme tersebut di tengah masyarakat.

Isu ini menyerang para aktivis dakwah yang dianggap radikal dalam menyampaikan dakwahnya. Isu ini, dijadikan jalan untuk membungkam para aktivis dakwah agar tidak bisa berkutik lagi atau bahkan berhenti dari jalan dakwah yang telah dilaluinya.

Tak hanya itu, para aktivis dakwah yang masih Istiqomah dalam dakwah berusaha dicari-cari kesalahannya hingga bisa diamankan di hotel prodeo alias jeruji penjara.

Para aktivis dakwah harus pemahaman bahwa dalam sejarah manusia tidak akan pernah kosong dari pertarungan antara kebenaran dan kebatilan. Sehingga para penyeru kebaikan akan senantiasa mendapat tantangan dan halangan dari para penyeru kebatilan serta dari orang – orang yang suka berbuat kerusakan dan bersikap pragmatis yakni hidup sekedar mencari kemanfaatan duniawi dan hawa nafsu belaka.

Demikian halnya, yang dialami oleh seluruh Nabi sekaligus menjadi sunnatullah dalam dakwah mereka.

Pada awal bergulirnya dakwah Islam, Rasulullah saw. sudah mendapat tantangan yang demikian keras dari masyarakat Quraisy. Mereka senantiasa memerangi dakwah beliau dan para sahabatnya.

Berbagai penganiayaan ditimpakan kepada Rasul dan para sahabat. Keluarga Yasir disiksa dengan siksaan yang sangat pedih. Abu Bakar pernah dipukuli akibat seruan dakwahnya di hadapan orang banyak di samping Ka’bah hingga wajahnya babak-belur.

Rasulullah sendiri pernah disiram dengan kotoran binatang, diludahi, dan diperlakukan dengan perlakuan buruk lainnya. Berbagai jenis perlakuan buruk dan siksaan ditimpakan kepada kaum Muslim.

Semua itu mereka alami hanya karena mereka menyerukan Islam. Akan tetapi, semua bentuk penyiksaan dan penganiayaan itu tidak membuat kaum Muslim goyah dan terpalingkan dari keimanan dan dakwah mereka.

Penyiksaan dan penganiayaan itu ternyata tidak berhasil. Karena itu, orang-orang kafir Quraisy menjelek-jelekkan Rasulullah dan apa saja yang diucapkannya. Mereka menuduh ucapan dan kegiatan dakwah Rasul sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.

Mereka melakukan propaganda dan penyesatan opini tentang Rasul dan dakwahnya. Bahkan, sekelompok orang kafir Quraisy pernah berkumpul di rumah Walid bin Mughirah untuk membahas julukan apa yang pantas mereka sematkan bagi Rasulullah dan diopinikan kepada bangsa Arab.

Ditambah lagi, Ada salah satu dari mereka yang mengusulkan agar Muhammad dicap sebagai seorang dukun meskipun kemudian ditolak karena Muhammad tidak menampakkan diri seperti seorang dukun.

Ada yang mengusulkan agar Muhammad dicap sebagai orang gila. Akan tetapi, tuduhan ini pun ditolak karena sangat jauh dari realitanya.

Ada yang mengusulkan untuk mencap Muhammad sebagai tukang sihir. Tuduhan ini juga ditolak karena tidak pernah Muhammad berperilaku seperti tukang sihir.

Pada akhirnya, mereka sepakat untuk menjuluki Muhammad sebagai tukang sihir yang ungkapannya dapat menarik perhatian orang banyak. Setelah itu, mereka menyebar ke kalangan jamaah haji dan menyebarkan opini sesat yang telah mereka sepakati agar jamaah haji tidak mau mendengarkan seruan Rasulullah.

Namun demikian, semua upaya jahat mereka itu gagal total.

Setelah semuanya gagal, mereka lantas memboikot Nabi saw dan kaum Muslim serta Bani Hasyim. Akibatnya, kaum Muslim benar-benar merasakan penderitaan yang luar biasa akibat kelaparan dan wabah penyakit yang menyebar di permukiman mereka.

Pemboikotan itu berlangsung selama tiga tahun. Akan tetapi, semua itu pun tetap tidak berpengaruh kepada kaum Muslim, kecuali membuat keimanan dan dakwah mereka semakin bertambah kuat.

Semua itu dilakukan untuk memalingkan kaum Muslim dari agama mereka. Inilah yang dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

Orang-orang kafir tidak pernah berhenti memerangi kalian hingga mereka mengembalikan kalian dari agama kalian (pada kekafiran) seandainya mereka mampu. (QS al-Baqarah 217).

Inilah karakter orang-orang kafir sejak dulu hingga sekarang dan bahkan sampai kapanpun.

Saat ini, misalnya, orang-orang kafir Barat berupaya melakukan propaganda negatif terhadap Islam dan kaum Muslim, khususnya para pengemban dakwah.

Mereka membuat berbagai pertemuan untuk membahas sebutan yang pantas bagi Muslim yang berpegang teguh dengan agamanya; mulai dari gelar ekstremis, fundamentalis, hingga teroris bahkan yang terbaru radikalisme.

Bahkan juga, melibatkan para agennya untuk menangkapi, memenjarakan, dan menyiksa kaum Muslim dan para pengemban dakwah yang konsisten memperjuangan tegaknya Islam seperti yang terjadi di Palestina, Suriah,dan negara lainnya.

Mereka melakukan embargo seperti terhadap kaum Muslim di Uighur, Mereka membombandir Palestina hingga ribuan kaum Muslim terbunuh. Mereka pun membiarkan dan bahkan mendukung pembantaian kaum Muslim di berbagai negeri Islam.

Semua itu mereka lakukan dalam rangka memalingkan kaum Muslim dari agama merek, sama persis dengan aktivitas kaum kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya sekitar 14 abad silam.

Sikap Kaum Muslimin Terhadap Isu Radikalisme

Kaum Muslim telah memiliki modal yang luar biasa untuk menghadapi semua tantangan dan halangan dakwah Islam, yaitu modal keimanan. Mereka mengimani tujuan keberadaan mereka di dunia yaitu untuk beribadah kepada Allah.

Beriman kepada Allah berarti membenarkan dengan pasti bahwa tidak ada Zat yang patut disembah, tidak ada pembuat hukum yang layak ditaati, tidak ada yang harus ditakuti, dan tidak ada yang selalu dirindukan keridhaan-Nya selain Allah semata.

Ketakutan mereka kepada Allah dan azab-Nya yang sangat pedih mengalahkan ketakutan dan kekhawatiran mereka kepada manusia dan siksaan mereka. Kenikmatan yang akan mereka peroleh kelak di akhirat lebih mereka cintai dan mereka harapkan daripada secuil kenikmatan yang diberikan para pembual.

Kaum Muslim harus tetap melaksanakan dakwah sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya meskipun mereka banyak menghadapi berbagai rintangan, ancaman, dan bahkan penyiksaan dalam berdakwah. Mereka terus melakukan dakwah tanpa terjebak melakukan kekerasan, karena Rasulullah melarang untuk melakukannya.

Meskipun Rasul dan para sahabat mengalami penderitaan yang luar biasa, mereka hanya diharuskan oleh Allah untuk bersabar dan tetap berpegang teguh pada syariat-Nya.

Diriwayatkan bahwa akibat penderitaan yang luar biasa yang dialami oleh mereka akibat berbagai macam siksaan dan penganiayaan orang-orang kafir, mereka sampai bertanya-tanya; kapan pertolongan Allah akan datang? Karena itu, Allah SWT menurunkan firman-Nya:

Apakah kalian mengira akan masuk surga, padahal belum datang atas kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan (dengan berbagai macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS al-Baqarah : 214).

Di antara tantangan yang dihadapi oleh kaum Muslim adalah adanya berbagai propaganda dan penyesatan opini yang dilakukan oleh kaum kafir dan antek-antek mereka; juga berbagai fitnah, cap buruk, dan sebutan jahat lainnya yang dipaksakan kepada kaum Muslim.

Dalam menghadapi berbagai informasi yang menyesatkan itu kaum Muslim haruslah berpegang teguh pada tatacara penerimaan berita yang telah ditunjukkan oelh Allah.

Allah SWT berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik dengan membawa berita, maka periksalah berita itu dengan teliti agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatanmu itu. (QS al-Hujurat : 6).

Sehubungan dengan ayat di atas, kita memahami bahwa terhadap informasi yang dibawa oleh orang Muslim yang fasik-yaitu yang melakukan dosa besar secara terang-terangan atau yang melakukan dosa kecil secara terus menerus-saja kita diharuskan melakukan klarifikasi (tabayyun).

Apalagi jika berita itu datang dari orang kafir yang memusuhi kita, yang jelas-jelas memiliki itikad dan maksud jahat untuk menghancurkan kita. Karena itu, terhadap berita yang datang dari orang-orang kafir musuh Islam dan kaum Muslim, klarifikasi (tabayyun) pun sebetulnya tidak relevan.

Sebab, yang mesti dilakukan adalah melakukan counter opini karena saat ini yang terjadi sebetulnya adalah perang opini, bukan semata-mata kekeliruan berita atau informasi.

Artinya, yang harus kita lakukan bukanlah sikap defensif (membela diri), tetapi justru bersikap ofensif, yakni balik melakukan serangan opini dan propaganda yang seimbang. Dengan sikap seperti ini, kita tidak akan terjebak oleh propaganda musuh (orang kafir) yang sengaja diciptakan untuk menyudutkan Islam dan kaum Muslim.

Tantangan yang lainnya antara lain adalah adanya upaya kaum kafir untuk menakut-nakuti kaum Muslim. Kekuatan mereka tampak seolah-olah mengepung kaum Muslim sehingga sebagian kaum Muslim ada yang berpikir bahwa mereka tidak mungkin bisa melawan kekuatan orang-orang kafir.

Padahal, dalam menghadapi semua itu, kaum Muslim selayaknya meneladani Rasul dan para sahabat tatkala ada orang yang memberitakan kepada mereka bahwa manusia telah berkumpul dan siap menghancurkan mereka.

Saat itu, Rasul dan para sahabat justru mengatakan, “Cukuplah Allah Penolong kami. Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”

Demikianlah sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya: Orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul-Nya) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia (yakni Abu Sufyan dan orang Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian. Karena itu, takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS Ali ‘Imran: 173).Wallâhu a’lam bi ash-sawâb.

*Aktivis media Konawe, Sultra

Comment