Dalam Politik Praktis, Tak Ada Teman Sejati Kecuali Kepentingan Abadi

Opini359 Views

 

Penulis: Irohima | Guru

Masih tersisa beberapa bulan lagi waktu menuju penyelenggaraan pemilu 2024, namun aroma pertarungan merebut kursi di parlemen telah tercium jauh-jauh hari sebelumnya.

Sikap kompetitif tak hanya terlihat dari para kandidat, mulai dari bacaleg, bacapres, atau partai pengusungnya, tapi juga dari para pendukung atau simpatisan partai. Namun apa jadinya jika sikap kompetitif ini lantas membawa simpatisan partai kepada bersikap arogan dan menyulut kericuhan?

Belum lama ini, kerusuhan telah terjadi di Muntilan, tanggal 15 Oktober 2023.11 sepeda motor dan 3 rumah warga mengalami kerusakan akibat bentrok yang diduga melibatkan laskar PDIP Jogja (BSM dan Bregodo Wirodigdo) dengan GPK ( Gerakan Pemuda Kabah) Pemicu bentrokan karena adanya ketersinggungan yang menyebabkan kesalahpahaman dan menimbulkan gesekan di antara mereka. Sebelum bentrok, kedua belah pihak sempat adu mulut yang kemudian disusul aksi saling lempar batu ( tirto.id, 16/10/2023 ).

Bentrokan antar simpatisan parpol ini bukanlah kali pertama yang terjadi, kejadian ini kerap terjadi apalagi menjelang pemilu. Masyarakat sering terjebak pada keberpihakan kepada Partai yang umumnya dikarenakan faktor emosional, symbol dan figure, tanpa disertai pemahaman yang benar akan arah dan tujuan partai.

Keterikatan yang seperti inilah memudahkan terjadinya gesekan antar individu/kelompok lantaran kuatnya sentimen/ego kelompok dengan pemicu yang sangat sepele. Mirisnya lagi perselisihan ini biasa terjadi di akar rumput, sementara para elit justru bekerja sama demi tercapainya tujuan.

Belum adanya kesadaran penuh dari masyarakat untuk memahami arah dan tujuan partai yang benar semakin memperparah situasi, sikap taklid dan figuritas yang berlebihan membuat kita kerap lupa bahwa yang perlu kita perhatikan adalah apa yang diusung oleh sebuah partai bukan personal. Dan yang perlu diingat, faktor yang bisa membawa suatu negara ke arah perubahan adalah sistem bukan seorang sosok figur.

Sayangnya banyak masyarakat yang belum memahami bahwa siapapun figur yang terpilih akan terikat dengan sistem yang berlaku. Segala kebijakan yang akan dihasilkan akan selalu sejalan dengan sistem dan senantiasa tunduk pada UU, meski kemudian kebijakan tersebut akan merugikan masyarakat banyak.

Sistem demokrasi kapitalis yang kita anut saat ini telah membuktikan betapa negara kerap tak berdaya ketika dihadapkan pada suatu masalah yang bersinggungan dengan kepentingan para kapital, negara tersandera oleh berbagai kesepakatan yang merugikan.

Dalam sistem dan politik demokrasi dengan segala kebijakannya, memperoleh kekuasaan adalah salah satu tujuan yang diprioritaskan, meski antar partai politik awalnya bersebrangan, pada akhirnya mereka sering bergandengan tangan demi mencapai kuota suara untuk meraih kemenangan.

Partai dalam sistem dan  politik demokrasi merupakan sebuah alat atau kendaraan, jadi bukan sebuah hal yang baru ataupun tabu jika seseorang sering gonta ganti kendaraan dan berkoalisi dengan pihak lawan. Pada akhirnya rakyat lah yang menjadi korban dan kembali dipaksa menelan kekecewaan. Sudah berapa periode kita melihat yang seperti ini?

Masihkah kita akan terus membela sementara fakta sudah sedemikian jelasnya. Masihkah kita akan memungkiri bahwa dalam demokrasi tak ada teman sejati, yang ada hanyalah kepentingan abadi?

Sejatinya umat haruslah paham akan tujuan yang hendak diraih sebuah partai. Selalu waspada akan pihak-pihak yang hanya memanfaatkan suara rakyat untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Kesadaran umat harus dibangun secara hakiki agar tak mudah dibohongi.

Sebagai negara yang mayoritas berpenduduk muslim , sudah selayaknya kita menjadikan akidah sebagai asas dalam kehidupan serta senantiasa menjadikan Islam sebagai tolok ukur dalam setiap aktivitas termasuk aktivitas politik.

Keberadaan partai politik dalam Islam tidaklah dilarang. Islam memperbolehkan adanya banyak partai sebagai sarana melakukan muhasabah namun dengan catatan tetap terikat dengan aturan Allah dan Rasul-Nya serta saling menghormati dalam menjalankan amanahnya.

Partai politik dalam Islam yang senantiasa terikat dengan aturan Allah dan Rasul-Nya, memiliki tujuan yang sama yaitu membangun kehidupan Islam dengan cara membina dan mendidik umat. Partai politik dalam Islam akan benar-benar berfungsi sebagai penyambung lisan rakyat kepada penguasa, dan partai seperti ini akan mampu menghantarkan rakyat meraih kemaslahatan.

Partai politik dalam Islam juga akan menjaga keadilan, tidak berpihak, baik untuk kepentingan penguasa maupun kepentingan rakyat. Tak perlu ada lagi gesekan di akar rumput jika di level kepartaian telah memiliki visi misi yang sama. Tak perlu lagi merasa lebih superior jika sistem aturan yang dipegang sama yaitu Islam. Wallahualam bisshawab.[]

Comment