Oleh: Eka Purwaningsih, S.Pd, Aktivis Muslimah, Pegiat Literasi
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Setelah beberapa waktu ke belakang, santer isu Garuda Indonesia yang terancam gulung tikar, kini ramai menjadi perbincangan beberapa prediksi BUMN yang bangkrut karna terus menerus merugi menyusul Istaka Karya yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Perusahaan plat merah tersebut diantaranya:
1. PT. Industri Sandang Nusantara
yang merupakan pabrik tekstil dan benang ini sebelumnya beroperasi di tujuh wilayah yakni Makassar, Pasuruan, Malang, Semarang, Bandung, Cilacap, dan Tegal.
2. PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional (PANN) masuk dalam daftar BUMN selanjutnya yang banyak menanggung kerugian. BUMN yang bergerak di bidang multifinance untuk perkapalan ini memiliki beban utang sejak 1994 tanpa memperoleh pemasukan.
PANN juga telah mengeluarkan pembiayaan USD 34 juta untuk pesawat dan Rp150 miliar pinjaman bank namun tak bisa membayar cicilannya.
3. PT Kertas Kraft Aceh (KKA) yang berbasis di Lhoksumawe ini berhenti beroperasi sejak 2007 lantaran kesulitan memperoleh bahan baku. Padahal produsen kertas pembungkus semen ini memiliki kapasitas terpasang 135.000 ton per tahun.
4. Merpati Nusantara Airlines berhenti mengudara berhenti terbang sejak 2014 silam. Pesawat ini kalah saing dengan armada bertarif murah seperti Lion Air.
Setahun setelah resmi berhenti beroperasi, Merpati Nusantara masih membukukan pendapatan Rp43 miliar, atau turun 64% daripada pendapatan tahun terakhirnya. Namun, perusahaan ini mencetak rugi bersih Rp2,48 triliun.
5. PT Industri Gelas tidak mampu lagi menanggung beban usaha. Kendati memiliki pendapatan Rp690 juta dan pendapatan lain-lain senilai Rp2,84 miliar namun pada 2018 beban usahanya mencapai Rp6,56 miliar. Selain itu masih terdapat beban lain-lain Rp57,13 miliar dan beban bunga Rp48 miliar. (Suara.com 20/7/22).
Kalau kita telisik, kerugian yang dialami oleh perusahaan-perusahaan plat merah bukan hanya karna mismanagemen, atau korupsi internal, namun hal ini sebenarnya sangat lazim terjadi pada negara yang menganut sistem ekonomi kapitalisme sekuler.
Sistem ini berimbas kepada orientasi berdirinya BUMN yang kinerjanya diukur dengan takaran untung rugi sebagaimana korporasi swasta. Problem mendasar menejemen kapitalistik yang jauh dari periayahan umat.
Sehingga dalam sistem kapitalis fungsi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah sebagai alat negara untuk mendatangkan keuntungan semata. Keuntungan yang diperolehpun lebih banyak dinikmati oleh segelintir pihak dan menghalangi kemaslahatan publik secara luas.
Coba kita lirik sistem Ekonomi Islam. Islam menetapkan Industri vital negara adalah milik umum sedangkan moda transportasi, barang-barang produksi adalah milik negara. Harus dikelola dengan baik sebagai milik rakyat. Bukan di tangani swasta yang berhitung komersialisasi.
Dalam Islam, kepemilikan dibagi menjadi kepemilikan individu, umum, dan negara. Sumber daya alam atau apapun yang menjadi hajat hidup orang banyak bergantung padanya, tidak akan dibiarkan dikuasai oleh individu, kelompok, korporasi apalagi pihak asing.
Negara dalam konteks Islam mengoptimalkan pengelolaan dan mendistribusikan hasilnya untuk kemaslahatan rakyat atau ummat.
Beginilah sistem Ekonomi Islam dalam sistem pemerintahan yang berdasarkan pada syariat Islam. Negara berfungsi sebagai penanggung jawab penuh terkait urusan-urusan umat, karena dalam Islam semua akan dikembalikan kepada aturan Allah SWT, dan kelak akan ada pertanggung jawabannya di akhirat.
Menghasilkan solusi tuntas, bukan hanya permasalahan tata kelola industri vital negara saja tapi bahkan seluruh permasalahan dari berbagai aspek kehidupan. Wallahu’allambishawab.[]
Comment